TIGA di antara 10 tokoh yang pernah diwawancarai RRI atau
TVRI selama bulan bahasa (Oktober 1980), dan dinilai berbahasa
Indonesia paling baik, ialah Gubernur NTT Ben Mboi, Ketua Umum
Lembaga Kanker Ny. Umar Wirahadikusumah dan jago bulutangkis
Rudy Hartono.
Yang dinilai oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa itu
meliputi lafal kejelasan suara, kelancaran, intonasi dan
ketepatan pemenggalan kalimat. Penilaian yang dilaksanakan
diam-diam itu "memperingatkan saya agar lebih berhati-hati baik
dalam berbahasa maupun bertinkah- laku," komentar Ben Mboi, 45
tahun
Ayah tiga anak yang menguasai bahasa-bahasa Inggris, Jerman
dan Prancis itu mengaku bahasa sehari-harinya di rumah bahasa
Indonesia. Kecuali kalau ada hal yang intim sekali, atau sesuatu
yang rahasia yang tak boleh diketahui anak-anak, "saya memakai
bahasa Inggris dengan istri saya," katanya.
"Saya sering dinilai sebagai orang asing karena berbahasa
Indonesia terlalu baik," katanya lagi. "Sebab orang asing 'kan
sering berbahasa Indonesia seperti buku. Saya tidak tahu apakah
itu penghormatan atau penghinaan." Ia tertawa.
Ny. Umar Wirahadikusumah, 51 tahun, pun kini merasa harus
lebih berhati-hati. Bahkan ia pun mulai kritis menilai bahasa
orang lain. "Misalnya, masih ada orang yang mengucapkan 'sesuatu
langkah-langkah' . . . " katanya.
Kepada kedua anaknya (perempuan), istri Ketua Badan Pemeriksa
Keuangan itu kecuali mengajarkan bahasa Indonesia yang baik juga
masih merasa perlu mengajarkan bahasa Sunda. "Anak-anak perlu
juga mengetahui bahasa ibunya," kilahnya. Kalau tidak, "kasihan,
menjadi kaku terhadap kakek dan neneknya. "
Akan halnya Rudy Hartono, kecuali merasa kaget atas pemilihan
itu, juga nyeletuk. "Mestinya juri mewawancarai saya dulu dong.
Untuk membuktikan apakah betul saya berbahasa Indonesia baik
atau tidak . . . " Ia tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini