Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LAGU Said Efendy, Kali Ciliwung, berkumandang di studio foto majalah ini menjelang tengah malam Ahad dua pekan lalu. Irama Melayu terdengar kental. Dua bait meluncur mulus lewat vokal bariton Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menteri Malaysia. ”Tak adakah dari kalian yang hafal lagu indah ini?” katanya disambut gelengan kepala sejumlah staf redaksi. ”Ini salah satu lagu favorit saya,” sambungnya seraya tertawa. Istri Anwar, Dr. Wan Azizah Wan Ismail, yang juga Ketua Partai Keadilan Rakyat, yang menemani suaminya, juga banyak menebar senyum.
Malam itu pasangan politikus Malaysia ini memang terlihat rileks. Sebelum mampir ke majalah ini—satu-satunya media visit yang mereka lakukan dalam kunjungan singkat ke Indonesia kali ini—keduanya baru saja menghadiri resepsi pernikahan anak mantan Menteri Koperasi Adi Sasono di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Tak terlihat kecemasan baik di wajah Anwar maupun Wan Azizah tentang kemungkinan dipercepatnya pemilu sebelum April 2008 untuk mengganjal pencalonan bekas putra mahkota Mahathir Mohamad itu. ”Kalaupun akhirnya saya terganjal maju, saya akan bantu Azizah atau calon-calon lain yang sepaham,” katanya.
Selain tema pemilu di Malaysia, mantan Menteri Keuangan ini juga mengutarakan pandangannya tentang perbedaan negerinya di masa kini dan silam, konsep Islam Haddari yang kini gencar dipopulerkan Perdana Menteri Abdullah Badawi, dan pendapatnya tentang pemberlakuan hukum syariat. Berikut petikannya:
Bagaimana persiapan Anda menghadapi pemilu mendatang?
Jika sesuai jadwal, maka pemilu di Malaysia akan diadakan tahun 2009. Tapi perkiraan umum adalah pemilu akan diadakan sebelum April 2008, sebab setelah April saya sudah diperbolehkan ikut (berdasarkan keputusan Mahkamah Persekutuan Putrajaya, Kuala Lumpur—Red.) Badawi (Perdana Menteri Abdullah Badawi) pasti akan adakan sebelum itu untuk menafikan hak saya. Sekarang saja media terus menghalangi saya. Tiap malam gambar saya saat menari dengan orang-orang India, atau menyanyikan lagu Elvis Presley, P. Ramlee, selalu disiarkan televisi untuk menggambarkan saya sebagai orang yang berakhlak rendah, tidak stabil. Yang terbaru adalah tudingan menantu Badawi, Khairi, bahwa saya adalah agen Yahudi dan berkhianat kepada bangsa. Tuduhan ini dilancarkan terbuka dan berulang-ulang. Saya sempat berpikir mengambil tindakan hukum, namun dalam mahkamah kami, saya tak akan didengar dan tak mungkin menang. Anehnya, Khairi ini tak punya jabatan di pemerintahan atau di partai.
Anggaplah pemilu benar-benar dimajukan sebelum April 2008; apa strategi Anda?
Kalau pemilu jadi ditetapkan sebelum bulan itu, kami akan monitor alasannya mengapa sampai menafikan hak saya. Sebab, belum pernah pemilu berlangsung dalam tempo tiga tahun. Biasanya empat sampai lima tahun. Jadi, kalaupun dimajukan, mestinya akhir 2008. Saat ini saya ikuti perkembangan Turki dengan cermat. Dua minggu lalu saya bertemu dengan (Perdana Menteri Recep Tayyip) Erdogan dan (Menteri Luar Negeri dan calon presiden) Abdullah Gul. Kami bertiga bertemu secara tertutup membicarakan problem pemilu yang di Indonesia disebut sebagai jurdil (jujur dan adil—Red.) itu. Ini akan jadi problem besar di Malaysia.
Apa langkah riilnya jika Anda benar-benar dilarang maju sebagai kandidat?
Kalaupun akhirnya saya terganjal maju, saya akan bantu Azizah atau calon-calon lain yang sepaham. Saya akan terus mengunjungi daerah-daerah. Johor, Sarawak, Sabah, Kelantan, Kedah, dan seterusnya. Saya akan kampanyekan pengalaman Turki di bawah Erdogan.
Mengapa Anda begitu yakin pemilu akan dimajukan Badawi?
Sejak 1 Agustus ada kampanye besar miliaran ringgit untuk Hari Kemerdekaan (31 Agustus—Red.) dan atas nama Visit Malaysia Year. Melihat hal ini, saya kira pemilu akan berlangsung selepas Idul Fitri atau selambat-lambatnya akhir November. Saya percaya pada kearifan masyarakat. Jangan tanya bagaimana caranya saya bisa yakin, itu tak bisa dijelaskan secara rasional.
Bagaimana Anda melihat kebebasan di Malaysia sekarang dibandingkan 10 tahun lalu?
Dulu Mahathir sering bertindak kasar. Yang tidak setuju dengan dia bisa ditangkap, dipukul. Ini bukan tentang saya saja. Banyak yang ditangkap dan dipenjara sampai lima-enam tahun karena digunakannya ISA (Internal Security Act, Asas Keselamatan Dalam Negeri—Red.) Badawi belum menggunakan ini, tetapi tindakan polisi sama saja. Mahathir itu pandangannya ekstrem, tapi bekerja keras. Abdullah is the opposite. Hampir tidak ada kerja sama sekali. Really.
Tapi bukankah Abdullah Badawi yang membebaskan Anda?
Dulu memang ada keyakinan masyarakat jika Abdullah yang menggantikan Mahathir, maka Anwar pasti bebas. Keyakinan ini muncul karena ucapan ibunya kepada ibu saya, karena mereka sudah lama berteman. Kata ibunya, ”Kalau Abdullah menang, Anwar akan bebas.” Itu diketahui banyak orang sehingga dijadikan pegangan. Tapi ternyata setelah dia jadi perdana menteri, masih satu tahun lagi saya berada di penjara. Jadi, Mahathir memenjarakan saya selama lima tahun, ditambah Abdullah selama satu tahun (tertawa). Karena dia datang sesudah Mahathir yang keras, maka dia dianggap orang baik. Semua agenda reformasi dia ungkapkan, juga menyebarkan delusi tentang kekuatan yang merata dan antikorupsi. Peduli pada nasib rakyat. Dan di televisi dia digambarkan sedang menjadi imam salat. Perbedaan lainnya, Mahathir baru setelah 15–18 tahun berkuasa memberikan 2 miliar ringgit kontrak kepada Mirza di puncak krisis. Tapi Abdullah baru satu tahun memerintah sudah memberikan kontrak 2 miliar ringgit kepada anaknya. Bulan lalu ia kembali memberikan 3 miliar ringgit. Seluruh kontrak makanan maskapai MAS dipegang adiknya. Seluruh kontrak makanan untuk tentara dipegang oleh adiknya. Jadi, apa yang ia maksud sebagai antikorupsi itu?
Tempo pernah mewawancarai Dr. Mahathir Mohamad dan menanyakan problem yang selalu muncul dengan kaderisasinya. Dengan Anda muncul problem. Dengan Abdullah Badawi sekarang juga mulai begitu. Beliau menjawab bahwa yang saya lakukan adalah hak sebagai rakyat. I can’t stop shouting. Anda lama dibina Mahathir. Apa, menurut Anda, yang terjadi?
Saya punya masalah besar jika dibandingkan dengan Abdullah Badawi. I cannot accept that. Saya mengalami proses panjang dalam pematangan politik UMNO. Meski sudah lama saya didukung banyak pihak di dalam UMNO, lama sekali Mahathir tak memberikan persetujuan sampai akhirnya muncul appeal dari banyak kalangan, baru dia bilang oke. Jadi, sayalah wakil perdana menteri yang paling lama menunggu sebelum dilantik. Dia bicara tentang mega-project, saya bicara local housing. Kami punya dana US$ 20 miliar untuk berbagai proyek mega, tapi tak bisa menyediakan 5 miliar saja untuk pembenahan perumahan rakyat. Jadi, Mahathir tak langsung happy dengan saya. Sementara Abdullah, he is a nice guy. Kawannya banyak. Tapi bagaimana bisa disebut decent jika seseorang memberikan kontrak miliaran dolar kepada anak-anak dan keluarganya? Apakah itu standar sebuah decency, ketika semua media dijadikan alat propaganda, dilacurkan idealismenya?
Apa yang membuat Malaysia bisa menjadi lebih demokratis, menurut Anda? Misalnya jika dibandingkan dengan Indonesia yang selama lebih dari 30 tahun pernah menjadi negara otoriter, tapi kemudian beralih menjadi lebih demokratis sekarang?
Kami tidak terkena krisis ekonomi. Kami tidak mempunyai setengah juta penganggur di Kuala Lumpur. Lalu tipe masyarakat Malaysia juga lebih soft. Ada penjelasan historis-kultural dan komposisi rasial untuk soal ini. Misalnya, waktu Mahathir berkuasa, Indonesia selalu digambarkan dalam kondisi paling buruk, hanya soal bunuh dan makar. Tak pernah diceritakan bahwa media-media Indonesia memiliki kebebasan yang tak dimiliki media-media Malaysia. Ada problem lain yang dihadapi Malaysia lewat contoh-contoh ini. Di tahun 1970-an ketika saya belum masuk ke dalam pemerintahan, kami sudah dianggap sebagai Lembah Silikon masa itu. Saat itu tak seorang pun yang bicara mengenai anjloknya investasi langsung. Pada saat itu Malaysia, Singapura, Taiwan, dan Korea Selatan berada dalam liga yang hampir setara. Sedikit sekali perbedaannya. Sekarang tahun 2007, pendapatan per kepala di Singapura sudah lima kali dibandingkan di Malaysia. Apa yang terjadi? Singapura tidak punya minyak, dan Malaysia juga bukan Indonesia dalam hal perminyakan. Jika Indonesia adalah net importer, maka kami adalah net exporter. Laba dari minyak saja sampai 70 miliar ringgit. Itu luar biasa. Jika dikelola dengan baik, kami bisa bersaing lebih ketat dengan Singapura.
Misalnya?
Katakanlah universitas. Saat itu UI, UGM, dan ITM sudah tak bisa dibandingkan dengan University of Malaya karena sudah berjalan jauh. Kemudian ketika University of Malaya pecah dua, satu di Singapura dan lainnya di Kuala Lumpur, hasilnya terlihat sekarang. University of Singapore termasuk tiga besar di Asia, sedangkan University of Malaya hanya 200 besar. Contoh lain, maskapai penerbangan. Ketika akhirnya maskapai bersama Malaysia dan Singapura terpecah dua, kini maskapai Singapura SIA mencatat untung miliaran ringgit dalam satu tahun. Maskapai Malaysia? Miliaran ringgit juga... ruginya dalam setahun. Maka, dalam pidato-pidato saya kepada masyarakat Melayu, saya selalu bilang, ”Mengapa kita harus marah kepada orang Cina? Yang salah itu kita sendiri karena korupsi, salah urus, tak bisa memilih orang yang cukup berwibawa, atau pengurus yang pintar. Kita orang Melayu gampang sekali beri pujian kepada orang lain tidak pada tempatnya. Belum lama ini Abdullah Badawi menjemput (Presiden Zimbabwe Robert) Mugabe di Langkawi hanya karena Mugabe memuji Malaysia sebagai the best country in the world. Astaga, orang itu tiran.
Pertanyaan sederhana saja: Anda merasa masih diikuti intel di Malaysia?
Oh ya. malah terang-terangan. Kadang-kadang kalau orang itu simpati kepada saya, dia akan menyapa dan secara simpatik meminta maaf. ”Kami hanya menjalankan tugas, Datuk” (tertawa).
Kalau perjalanan ke luar negeri, seperti ke Indonesia?
Tidak ada larangan cekal. Saya masih bebas bisa keluar negeri. Saya kira masalahnya karena Badawi tahu bahwa saya bisa menjadi ruang bagi media internasional. Maka, saya pun lebih senang diwawancara dengan media internasional seperti di Thailand atau di sini karena mereka akan mengutip saya secara proporsional. Sementara kalau di Malaysia, apa pun bisa terjadi.
Boleh tahu dari mana Anda bisa membiayai aktivitas Anda yang banyak itu, termasuk jika harus ke luar negeri?
Biasanya kalau diundang, seluruh pengeluaran saya ditanggung. Misalnya, untuk sebuah pertemuan di San Francisco, pertengahan September nanti. Saya praktis tidak mengeluarkan apa-apa karena memang tidak punya apa-apa (tertawa). Pensiun saya dirampas dan tak pernah dibayarkan sampai sekarang. Sebagai profesor tamu (di Georgetown University) gajinya lumayan. Tapi sejak Desember lalu saya sudah berhenti. Jadi, pendapatan saya biasanya dari tawaran sebagai pembicara di ajang internasional. Kalau diundang kampus atau media, tidak (perlu bayar)-lah. Jadi, paling sebagai pembicara bisnis. Tapi di bidang itu pun saya tidak terlalu populer karena saya selalu bicara terus terang. Kebetulan saya juga punya banyak teman baik yang selalu membantu. Misalnya, kalau saya berobat ke Jerman, biasanya saya dibantu Pak Habibie.
Saat ini topik hukum syariat sedang banyak dibicarakan orang, termasuk di Malaysia. Bagaimana pendapat Anda jika ada satu wilayah di Malaysia yang menerapkan hukum syariat?
Sebagai seorang muslim saya tidak meragukan dasar-dasar syariat dan Al-Quran, tetapi bagi saya yang paling mendasar adalah realitas yang terhubung dengan masyarakat. Apa sih tujuan utama dari diterapkannya hukum syariat? Law and order. Juga jaminan keadilan buat semua masyarakat. Jika di Malaysia ada 60 persen muslim dan 40 persen nonmuslim, maka harus ada jaminan untuk itu. Kedua, dengan hukum syariat bisakah kesejahteraan seluruh warga, muslim maupun nonmuslim, juga ditegakkan? Lalu yang tak kalah penting soal keyakinan beragama. Ini soal yang sangat serius, bagaimana jika ada orang (Islam) yang hendak pindah keyakinan? Kalau orang itu bertanya kepada saya, akan saya jelaskan semampu saya (agar tidak pindah agama). Tapi akhirnya, ada batas atas apa yang bisa saya kerjakan. ”It’s between you and God” matter. Persoalan murtad ini harus dikaji benar. Bagi saya, agama itu menyangkut juga pada kebebasan untuk mengekspresikan keyakinan individual. Bisakah sebuah wilayah yang menerapkan syariat menjamin kebebasan berekspresi seperti itu?
Artinya itu hal yang sulit dijalankan?
Saya sepakat dengan Syekh Yusuf Qardhawi. Banyak orang menggaduhkan tentang hukum Islam, tapi tak berkata apa-apa soal kualitas perumahan rakyat yang buruk, tingkat kriminalitas yang tinggi, korupsi yang semakin menggila, pembunuhan, dan penyakit sosial lainnya yang menunjukkan tak ada pemahaman tentang realitas sesungguhnya di lapangan. Saya seorang muslim, tak menentang Islam, tapi saya juga tak bisa berbagi pandangan yang terlampau ekstrem tentang penegakan syariat.
Tapi di Malaysia sendiri sekarang berkembang istilah Islam Haddari. Apa yang terjadi?
Ini memang tragedi karena penggunaannya yang keliru. Istilah haddari itu bermula dari Ibnu Khaldun dalam bukunya, Muqaddimah. Dia membedakan masyarakat nomaden (’umran baidhawi) dengan masyarakat perkotaan (’umran haddari) yang berkembang sesuai dengan ilmu dan pengetahuan, peradaban modern. Jadi, bukan Islam Haddari seperti yang disebutkan Badawi. Bagaimana kita mau menyebutnya Islam Haddari jika korupsi terus merajalela, tak ada peradilan yang independen, tak ada kebebasan berekspresi. Itu bukan ciri-ciri haddari, tapi ciri-ciri baidhawi. Ada yang bilang konsep Haddari ini diserukan untuk menandingi (masyarakat) madani yang pernah saya sebutkan di tahun 1990-an.
Anwar Ibrahim
Lahir: Penang, 10 Agustus 1947
Pendidikan:
- Malay College, Kuala Kangsar (1960-1966)
- Malay Studies, University of Malaya, Kuala Lumpur (1967-1971)
Karier:
- Bergabung dengan UMNO (1982)
- Wakil Presiden UMNO (1986)
- Menteri Keuangan Malaysia (1991)
- Deputi Perdana Menteri Malaysia (1993)
- Pejabat Perdana Menteri (selama 2 bulan pada 1997 ketika Mahathir Mohamad cuti)
Rekam jejak:
- Dipecat dari semua jabatan dan keanggotaan UMNO (September 1998).
- Dipenjarakan (1998-2004, bebas pada September).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo