Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
NAMA Santayana Kiemas tiba-tiba melambung, Januari lalu. Ketika itu 1.700 lebih anggota jemaah haji terkatung-katungpemberangkatannya. Sedianya, mereka akan terbang keTanah Suci menggunakan pesawat Indonesian Airlines. Santerdiberitakan, maskapai anyar ini sejatinya ikut dimilikiSantayana, adik kandung Taufiq Kiemas, suami Presiden Megawati.
Saat itu Yana—begitu ia dipanggil—keras menyanggahketerlibatannya. Anak keempat dari 11 Kiemas bersaudaraini bahkan balik menuding kabar itu sengaja diembuskanpihak-pihak tertentu untuk mendiskreditkannya. "Saya enggakada touch sama sekali di situ," katanya, sebagaimana dikutipmajalah Gatra, "Ini sudah aneh-aneh. Ini kan namanyapembunuhan karakter terhadap saya. Ada masalah sedikitsaja dikait-kaitkan dengan Taufiq."
Kini, ketika majalah ini mendapatkan sejumlahdokumen autentik yang membuktikan kepemilikannya diIndonesian Airlines, Y. Tomi Aryanto dari TEMPO berupayamenghubunginya untuk meminta penjelasan. Sayang, anggotaDewan Perwakilan Rakyat Provinsi DKI Jakarta inihanya bersedia menjawab pendek-pendek. Berikut ini petikannya.
Kami memiliki dokumen yang membuktikan Anda adalah pemilikIndonesian Airlines. Apa yang akan Anda lakukan untuk menyelamatkannya darikebangkrutan?
Wah, kalau soal itu, kan ada manajemen. Tanya saja ke manajemen. Sayatidak mau berkomentar. Saya enggak mau diekspos. Sayalow profile saja.
Benarkah dana yang Anda suntikkan ke Indonesian Airlines berasal darikredit Bank Danamon?
Saya tidak tahu soal utang itu dan tidak bisa berkomentar. Ini urusanmanajemen. Coba hubungi mereka saja.
Indonesian Airlines berhasil mendapatkan izin mengangkut jemaahhaji tempo hari, antara lain karena pengaruh nama besar Anda?
Wah, kalau soal itu, saya lebih baik tidak berkomentar deh.
Apa saja bisnis Anda yang lain?
Bisnis apa?
Kabarnya, sebagai anggota keluarga presiden, Anda banyak mendapatkemudahan dalam berbisnis?
Soal bisnis keluarga presiden itukan persepsi orang. Biasa itu. Soal begini,saya tidak bisa komentar. Saya harus bilang apa? Saya tidak mau berkomentar,maaf ya (Santayana lalu menutup teleponnya).
Untuk lebih memperjelas duduk soalnya, TEMPO juga mewawancaraiTjahjo Kumolo, Ketua Fraksi PDIP di DPR dan salah satu tangan kananTaufiq Kiemas. Sebagaimana Santayana, Tjahjo tercatat sebagaikomisaris dan pemilik PT Daya Karti Nagari, yangmenguasai sebagian besar saham Indonesian Airlines. Berikut inipetikan wawancara Jobpie Sugiharto dengan politikuskelahiran Solo, 1 Desember 1957 itu.
Anda tercatat memiliki saham di PT Daya Karti Nagari.
Saya membuat perusahaan itu jauh sebelum jadianggota DPR dari PDIP. Saya bikin Daya Karti setelah selesaijadi anggota DPR dari Golkar. Bukan mendadak. Di situteman saya semua, Triadi Abimanyu, Santayana Kiemas. Sayapernah jadi direktur utamanya. Tapi, begitu masuk DPR,saya langsung jadi komisaris.
Benarkah Daya Karti adalah pemegang sahamIndonesian Airlines?
Memang, Daya Karti punya saham di IndonesianAirlines, tapi tidak banyak. Kami tidak terlibat dalam manajemen.Untuk lengkapnya, tanya Abimanyu. Aku tak begitu paham.
Benarkah Daya Karti masuk ke Indonesian Airlinesdengan membawa dana kredit Rp 25 miliar dari Bank Danamon?
Tanya Abimanyu. Pinjaman ke Danamon tidak hanya untuk itu,tapi juga untuk sektor bisnis lain. Bisnis Daya Karti tidak pernahmemanfaatkan APBN. Rekanan kami asing semua.
Apakah benar pinjaman itu dikucurkan karena nama besar Santayanadan pengaruh Teuku Umar?
Enggak ada itu. Teuku Umar tidak tahu-menahu. Daya Karti murniprofesional. Ada pinjaman ke bank, itu lumrah. Semua perusahaankan pinjamuang ke bank.
Kabarnya, untuk membereskan masalah haji itu, Taufiq Kiemas sampaiikut turun tangan.
Tidak. Setahu saya, Pak Taufiq tidak pernah ikut campur bisnis keluarganya, bisnis adik-adiknya. Daya Karti itu sudah ada sebelum PDIP menang pemilu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo