Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
IA disebut-sebut tengah menyiapkan serangkaian aksi terorisme di Sumatera Utara. Mempunyai berbagai nama alias, antara lain Imron Byhaqi, Hafaid Ibrahim, Prana Yudha, dan Mustofa, pria 48 tahun ini dikenal sebagai pemimpin berbagai kamp latihan anggota Jamaah Islamiyah. Abu Tholut—demikian namanya yang paling populer—disebut-sebut sebagai salah satu pendiri Jamaah Islamiyah.
Hidup lelaki kelahiran Kudus, Jawa Tengah, ini kenyang dengan pelatihan militer di Afganistan, Filipina, dan Poso. Ia pernah divonis tujuh tahun penjara kendati kemudian hukuman itu hanya dijalaninya selama empat tahun karena mendapat berbagai remisi. Polisi menuduh Abu Tholut dalang perampokan bersenjata di Bank CIMB Niaga Medan, Sumatera Utara, Agustus lalu.
1987
Lulus pelatihan kemiliteran Angkatan IV di Afganistan, lalu menjadi instruktur di Akademi Militer Mujahidin Afganistan di Sadda.
1993
Menjadi anggota Jamaah Islamiyah, lalu diminta Abdullah Sungkar menjajaki tempat latihan militer di Moro, Filipina.
1997
Pelatih di Al-Islamic al-Jamaah Military Academy di Muaskar, Hudaibiyah, Filipina Selatan, dan merintis Mantiqi III (Kalimantan, Sulawesi Tengah, Sabah [Malaysia], dan Filipina Selatan).
1999
Ketua kamp latihan militer Hudaibiyah di Mindanao, Filipina Selatan.
2000
Memimpin proyek Poso. Tugasnya merekrut pemuda untuk dilatih militer dan mendatangkan ustad dari Jawa. Alumni Poso disebut kelompok Tanah Runtuh yang punya seratus pucuk senjata api organik: M16, AK-47, SS1, SKS, MK3, UZZI, Jenggel, US Carabine, pelontar, FN-45, dan senjata rakitan.
2003
Merekrut Asmar Latin Sani sebagai pengebom Hotel Marriott. Ia ditangkap untuk kasus pemilikan senjata api di rumahnya di Bekasi Utara.
11 Mei 2004
Divonis tujuh tahun bui.
27 Agustus 2007
Bebas bersyarat.
2010
Polisi menuding kelompok Abu Tholut menyerang balik dengan menyerbu kantor Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Sumatera Utara, pada Rabu pekan lalu. Ini balasan atas penyergapan tiga anak buah Abu yang diduga merampok Bank CIMB Niaga oleh Detasemen Antiteror.
Modal Senjata
Ada kesamaan senjata yang dipakai perampok Bank CIMB Niaga Medan dengan komplotan yang menyerang Markas Polsek Hamparan Perak, Sumatera Utara. Mereka menenteng AK-47, M16, SS1, dan pistol FN. Senjata-senjata ini juga ditemukan di Poso.
AK-47
Senapan ini didesain teknisi Tentara Merah Uni Soviet, Mikhail Timofeevitch Kalashnikov, pada 1940. Diproduksi pada 1949 oleh pabrik senjata Soviet, Izhmash. Berat kosong 3,6 kilogram. Mampu memuntahkan peluru 600 butir per menit dengan jarak tembak 300 meter. Ada 75 juta pucuk senjata AK-47 di dunia.
M16
Senjata laras panjang ini pertama digunakan oleh pasukan Amerika di Perang Vietnam pada 1963. Berat kosong 3,9 kilogram. Dari moncongnya bisa keluar 700-950 butir peluru per menit. Jarak tembaknya mencapai 550 meter. Saat ini ada 8 juta pucuk M16 beredar di dunia.
FN
Merupakan keturunan pistol senjata ringan legendaris FN/Browning. Generasi pertama pistol ini didesain ahli senjata Amerika, John Moses Browning, yang diproduksi pabrik senjata Belgia, Fabrique Nationale (FN) Herstal, pada 1900. Pistol semiotomatis ini dibanderol sekitar Rp 9 juta di Amerika. Beratnya 744 gram, dengan jarak tembak 50 meter.
Perubahan Metode
Para teroris mengubah pola penyerangan dari bom bunuh diri dengan serangan terbuka. Penyerbuan terhadap kantor Polsek Hamparan Perak adalah motif pertama dari metode baru ini. Pola gerilya juga diubah dengan merekrut anggota Jamaah Islamiyah di kota-kota. Para residivis kembali aktif mengorganisasikan Jamaah dengan cara: fa'i (perampokan), perekrutan, dan jihad.
Temuan Polisi
Penggerebekan oleh Detasemen Khusus di Deli Serdang dan Tanjung Balai, Sumatera Utara, menemukan:
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo