Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font face=arial size=1 color=brown><B>Ketua Asosiasi Pengusaha Sofjan Wanandi: </B></font><BR />Tidak Cukup Hanya BBM

19 Januari 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah kembali menurunkan harga premium dan solar, Kamis pekan lalu, menjadi Rp 4.500 per liter. Artinya, sejak awal Desember 2008, harga premium dan solar masing-masing sudah turun tiga dan dua kali. Tapi penurunan harga itu ternyata tak segera membuat harga kebutuhan pokok turun. Banyak kalangan, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mempertanyakan keengganan pengusaha menurunkan harga secepat mereka menaikkan harga kebutuhan pokok ketika harga bahan bakar minyak naik. ”Tidak cukup hanya dengan menurunkan harga BBM,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi kepada R.R. Ariyani dari Tempo melalui sambungan telepon.

Bagaimana dampak penurunan harga bahan bakar minyak yang sudah tiga kali ini terhadap harga barang kebutuhan pokok?

Kami memang berencana menurunkan harga produk, tapi tidak banyak, berkisar 3-5 persen. Sebab, peran BBM, terutama solar, sangat kecil dalam struktur biaya industri manufaktur. Yang lebih berpengaruh sebetulnya listrik, tapi kebijakan terbaru kan hanya mengurangi denda penggunaan dayamax.

Yang paling penting bagi masyarakat kan penurunan harga produk makanan, minuman, serta kebutuhan pokok. Nah, berdasarkan laporan dari para pengusaha, penurunan harga bensin ini belum terlalu terasa karena ongkos transportasi hanya turun sedikit. Padahal seharusnya ongkos angkut bisa langsung turun.

Selain itu, ada masalah kurs rupiah yang melemah, padahal bahan baku industri makanan-minuman kebanyakan impor. Dulu nilai tukar hanya Rp 9.000, tapi sekarang rata-rata menjadi Rp 11 ribu per dolar Amerika. Jual-beli produk makanan di dalam negeri juga sering masih menggunakan dolar Amerika, misalnya industri pengolahan minyak kelapa sawit. Kebijakan yang mewajibkan penggunaan rupiah belum efektif.

Kapan harga akan turun?

Penurunan harga baru bisa 1 Februari, karena pengusaha masih menghitung ulang. Harga bensin turun kan baru saja. Kita harus menghitung berapa cost baru yang timbul setelah dikombinasikan dengan kenaikan upah minimum provinsi, misalnya. Jadi total cost tidak hanya bisa dihitung dengan komponen BBM saja. Masih ada faktor-faktor lain.

Februari ini, setelah ongkos angkutan turun, produk pertanian bisa langsung turun harganya. Industri yang rantai produksinya lebih panjang dari produk pertanian, misalnya, akan turun harganya, tapi butuh waktu. Apalagi sekarang industri sedang tidak full kapasitas produksi. Artinya, ada beberapa cost yang harus diperhitungkan.

Harga sulit turun apakah karena penurunan harga bahan bakar minyak tidak signifikan?

Bukan masalah cukup-tidaknya besar penurunan harga bensin, tapi karena juga terkait dengan seberapa jatuh kurs rupiah kita. Bahan baku makanan kita seperti terigu dan kacang juga masih banyak diimpor. Lalu seberapa besar kenaikan upah buruh dan kenaikan suku bunga perbankan.

Apakah ada masalah struktural yang menghambat?

Masalah struktural pasti masih ada, seperti high cost economy, perburuhan, dan pungutan liar. Ongkos transportasi juga belum turun karena ada masalah struktural, seperti jalanan rusak sehingga waktu tempuh bertambah. Akhirnya menambah biaya bensin dan suku cadang.

Berarti benar dong anggapan masyarakat bahwa pengusaha bisa dengan cepat menaikkan harga barang saat harga bensin naik, tapi susah betul menurunkan harga ketika bensin turun?

Tidak benar. Sebab, saat harga bensin naik, produsen makanan dan minuman tidak menaikkan harga, tapi memperkecil kemasan. Bisa saja ada anggapan orang seperti itu, tapi tidak banyak yang tahu elastisitas tiap industri berbeda.

Apa jangan-jangan pengusaha sulit menurunkan harga karena ragu bisa mendapatkan keuntungan di masa krisis seperti ini?

Kita tidak ragu-ragu. Harga pasti akan diturunkan. Ini hanya masalah waktu. Lagi pula sebentar lagi akan ada tahun baru Imlek. Mungkin juga ada hitung-hitungan pengusaha yang menilai kini waktunya mengambil sedikit napas.

Tentang imbauan Presiden Yudhoyono kepada pengusaha untuk menurunkan harga?

Wajar saja Presiden mengimbau, apalagi ini sudah dekat pemilu. Pemerintah memang sudah melakukan sesuatu, dan pengusaha akan meresponsnya dengan positif.

Asosiasi secara langsung meminta para pengusaha menurunkan harga mengikuti anjuran Presiden?

Kami tidak bisa meminta, karena ini masalah bisnis. Tapi para pengusaha sudah diajak bicara dan mereka sudah memberikan penjelasan kenapa baru Februari harga bisa turun. Secara detail saya tidak tahu berapa kali pengusaha dipanggil Presiden SBY membahas ini. Tapi desakan dia kami dengar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus