Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI tepi Kali Bau-Bau yang membelah kota pesisir di Sulawesi Tenggara itu, Hayana dan keluarganya menggantungkan hidup pada warung bahan pokok sejak lima tahun silam. Di depan warung mereka, di pinggir jalan aspal selebar tiga meter yang membentang sepanjang sungai, setiap hari warga setempat menikmati pemandangan atau sekadar menonton perahu hilir-mudik dari muara. Sore hari, ketika matahari tak lagi menyengat dan angin sejuk bertiup dari pucuk-pucuk bukit Betoambari, anak-anak bermain kejar-kejaran atau badminton di badan jalan. ”Tepi sungai sekarang ramai, banyak yang belanja,” kata ibu dua anak itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo