Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=2 color=#006699>Habib Saggaf bin Mahdi:</font><br />Banyak Pesantren Hanya Cari Bantuan

21 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI Habib Saggaf bin Mahdi, pesantren bukan cuma tempat pendidikan moral dan agama, tapi lembaga untuk mencetak manusia yang berguna bagi orang lain. Karena itu, selain membekali para santri ilmu agama, Saggaf mendirikan unit usaha yang menjadi ajang pelatihan wirausaha. Ia berharap lulusan pondoknya bakal menjadi pengusaha. ”Penghasilan pengusaha lebih besar daripada jadi pekerja. Kelebihan pengusaha adalah menciptakan lapangan kerja,” kata Pemimpin Pondok Al-Ashriyyah Nurul Iman itu .

Pendidikan agama yang baik disertai semangat wirausaha itu akan menjauhkan santri dari kegiatan yang merugikan orang banyak. ”Jika kita mendidik dengan baik, tidak mungkin santri akan (menjadi pengebom) bunuh diri,” kata pria 61 tahun itu kepada Deffan Purnama dari Tempo dua pekan lalu.

Saat ini pesantren menjadi sorotan karena sejumlah tersangka teroris pernah menjadi santri. Komentar Anda?

Kita ambil hikmahnya saja. Kalau disoroti dan diawasi, kita bisa tahu kelemahan dan kekeliruan yang ada di pesantren. Mungkin kita tak akan menemukan hal itu jika tak ada yang mengawasi. Justru yang membuat lemah pesantren adalah karena mereka tak mau menerima kritik, dan selalu merasa benar.

Apa kelemahan pesantren saat ini?

Ada pesantren yang pengajarnya tidak memiliki konsep yang baik. Pesantren itu adalah tempat pendidikan umum dan pendidikan agama. Mereka hanya menerapkan salah satunya saja, itu pun sangat terbatas. Misalnya ada pesantren yang menjadi tempat belajar ilmu kebal agar tidak mempan ditembak. Padahal bukan itu yang diutamakan dalam pendidikan. Orang yang lima tahun salatnya khusyuk dan rajin mungkin akan mati kalau ditembak. Orang yang sepuluh tahun rajin salat belum tentu bisa mengangkat mobil tanpa dongkrak. Hal-hal seperti ini menunjukkan ilmu ulamanya kurang.

Tapi jumlah pesantren terus bertambah?

Banyak orang memaksakan mendirikan pesantren tetapi tidak punya kemampuan mendidik. Mereka membangun pesantren agar dapat bantuan pemerintah. Ini kesalahan pemerintah karena mau membantu pesantren yang tidak punya konsep pendidikan yang baik.

Apakah karena tidak ada modal?

Mendirikan pesantren memang harus dengan ilmu dan modal yang cukup. Akhir-akhir ini banyak orang yang mendirikan pesantren tetapi tidak punya keduanya. Orang seperti ini hanya ingin tidur, dalam pikirannya yang penting sudah mendirikan pesantren. Tidak ada pengajar berijazah sebagai pendidik. Mungkin mereka memang lulusan sekolah agama, tapi tanpa dilengkapi sekolah umum. Akhirnya banyak yang membuat pesantren salafi yang hanya membaca kitab, tanpa pengetahuan umum. Di pesantren itu tidak ada ujian negara. Daripada merusak sistem pendidikan di pesantren, lebih baik kiainya membuat majelis taklim saja.

Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki hal tersebut?

Pemerintah harus selektif memberikan bantuan kepada pesantren. Selain itu, di pesantren yang menerapkan sistem pendidikan umum dan pendidikan agama, seharusnya lulusannya memperoleh dua ijazah, satu dari Departemen Agama satu dari Departemen Pendidikan. Selama ini mereka hanya diberi ijazah dari Departemen Agama. Ini sangat merendahkan pendidikan di pesantren. Ini yang harus diubah oleh Departemen Agama, karena banyak santri yang dirugikan. Dengan ijazah Departemen Pendidikan, pesantren akan lebih terpacu meningkatkan kualitas pendidikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus