Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=2 color=#808080>Giovanni ’Gianni’ Nicchi</font><br />Nomor Dua di Usia Muda

Politikus Italia menyebutnya anak muda ambisius dan berbahaya. Dengan cepat meroket ke posisi kedua mafia Sisilia.

11 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JULUKANNYA U picciutteddu atau the little boy. Umurnya baru 28 tahun. Tapi polisi yang menangkapnya di sebuah apartemen di Palermo, awal Desember lalu, menyebutnya ”orang nomor dua” dalam Cosa Nostra. Giovanni ”Gianni” Nicchi, mafia yang masih ”bocah” itu, terangkat posisinya setelah bos mafia Salvatore Lo Piccolo ditangkap dua tahun lalu.

Nicchi tercebur dalam kubangan mafia Sisilia setelah menjadi anak baptis Antonio Rotolo, pemimpin keluarga Pagliarelli yang masih berkerabat dengan klan Corleone. Sang godfather menyayangi pria kelahiran Turin itu seperti anaknya sendiri. ”Gianni adalah anak baptisku. Mulai sekarang, bila kalian bicara padanya, kalian seperti bicara padaku,” ucap Rotolo kepada anggota mafia lain.

Ucapan Rotolo itu terekam oleh polisi. Francesco Campanella, seorang informan polisi, bercerita seluruh klan Pagliarelli menghormati Nicchi dengan mencium tangannya. Ketika ia berkenalan dengan Nicchi melalui Nicola Mandala, bos mafia asal Villabate, pada 2004, kata Campanella, ”Mandala memperlakukan Nicchi dengan sangat baik.”

Sang bapak baptis tak hanya memberikan posisi terhormat kepada Nicchi. Ia juga mengajari Nicchi bagaimana cara membunuh dan menyiksa. Rotolo pun kerap mempercayakan beberapa kesepakatan bisnis kepadanya.

Pada 2003, Rotolo memerintahkan Nicchi melakukan perjalanan ke New York, Amerika Serikat, untuk bertemu dengan keluarga mafia Gambino. Menurut aparat Amerika, pertemuan Nicchi dengan Francesco Cali, pemimpin klan Gambino, merupakan bagian dari bisnis narkotik antara Amerika dan Eropa. Cali dikenal memiliki jaringan dengan pengedar narkotik yang tergabung dalam ”Koneksi Pizza”.

Namun tujuan terpenting Nicchi tinggal selama tiga tahun di New York adalah untuk mengecek keluarga Inzerillo. Inzerillo yang dipimpin Salvatore Lo Piccolo meminta izin dapat kembali ke Palermo, setelah 20 tahun dikucilkan dari Italia. Mereka terusir dari tanah air mereka sejak perseteruan dengan klan Corleone pada Perang Mafia kedua pada 1981-1982.

Keluarga Inzerillo kemudian meminta pertolongan klan Gambino di New York. Keluarga Gambino pun menyelamatkan Lo Piccolo. Rupanya Rotolo, yang merupakan bagian dari klan Corleone, masih tak percaya pada niat baik Inzerillo. Ia khawatir kembalinya Piccolo justru memancing pertumpahan darah.

Sayangnya, Rotolo kali ini tak percaya pada keterangan Nicchi sepulang dari Amerika. Nicchi mengatakan keluarga Inzerillo telah berubah dan ia menjamin kredibilitas Cali. Rotolo justru memerintahkan pembunuhan Lo Piccolo dan anaknya, Sandro. Ia meminta Nicchi menghilangkan mayat kedua musuhnya dengan menenggelamkannya ke dalam tong berisi cairan asam. Tapi, hingga Rotolo ditangkap pada 20 Juni 2006, pembunuhan itu tak pernah terjadi.

Justru Nicchi yang kemudian diburu oleh keluarga Lo Piccolo. Mereka mengirim sang ”eksekutor”: Francesco Franzese, pemimpin keluarga mafia Partanna Mondello. Dewi fortuna berpihak kepada Nicchi. Pada 2 Agustus 2007, Franzese ditangkap polisi Italia di rumahnya. Polisi juga menemukan pizzino—kertas komunikasi ala mafia—dari Sandro Lo Piccolo. Isi pizzino menunjukkan operasi Tiramisu, yakni perintah pembunuhan terhadap Nicchi.

Sejak penangkapan Salvatore Lo Piccolo dan Sandro pada 5 November 2007, bintang Nicchi semakin terang. Ia menjadi salah satu petinggi mafia di Palermo. Politikus Italia, Roberto Maroni, menyebutnya ”anak muda ambisius dan berbahaya”. Nicchi pun menjadi orang kedua di Cosa Nostra, di belakang pemimpin misterius Matteo Messina Denaro. Namanya kemudian masuk dalam daftar 30 kriminal paling dicari di Italia.

Pada 21 Januari 2008, pengadilan Kota Palermo menjatuhkan hukuman 18 tahun penjara bagi Nicchi atas kegiatannya dalam jaringan mafia dan penyiksaan. Ia juga didakwa pada 7 Februari 2008 terkait dengan jaringan narkotik Gambino, New York, dan Palermo.

Kisah ayah dua anak itu menarik perhatian warga Italia. Melalui akun situs jejaring sosial Facebook milik kepolisian Palermo, banyak orang memintanya menjadi informan. Rupanya usia muda, anak yang masih kecil, serta fakta dia belum pernah membunuh orang membuat masyarakat Italia masih berharap padanya. ”Ajari orang lain membantu aparat. Apalagi kau punya anak dan istri, hidupmu akan damai,” tulis seorang warga.

Sita Planasari Aquadini (La Repubblica, Gangstersinc, BBC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus