Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=2 color=#808080>Salvatore Lo Piccolo</font><br />Baron Penguasa Palermo

Merintis karier di mafia dari bawah: sebagai sopir. Pengikut setia Bernardo Provenzano. Berkuasa hanya delapan bulan.

11 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPULUH perintah yang masih terketik rapi itu ditemukan di sebuah rumah di punggung bukit, di luar Kota Palermo. Sang penulis perintah, Salvatore Lo Piccolo, telah dicokok di rumah tersebut pada November 2007. Isi pesan itu lebih mirip kode etik bagi para anggota klan Corleone.

Beberapa pesan itu antara lain berbunyi, setiap pemimpin keluarga Corleone hendaknya merawat istri dan keluarga anggota yang sedang dipenjara, mengembalikan uang milik keluarga lain, serta menghukum mereka yang terlambat datang ke pertemuan. Pesan yang lain: menghabisi anggota klan yang berteman dengan polisi.

Lo Piccolo dikenal sebagai pemimpin klan yang taat pada kode etik ”orang-orang terhormat”, begitu para mafioso itu menyebut diri mereka. Ditahbiskan sebagai pengganti Bernardo Provenzano, ia segera menjejaki garis yang ditetapkan sang pendahulu: sebisa mungkin menghindari kekerasan, tapi tak kenal ampun menghukum anggota keluarga yang berkhianat.

Piccolo sendiri tertangkap setelah orang kepercayaannya, Francesco Franzese, buka mulut kepada polisi. Franzeselah yang menyembunyikan Piccolo sejak ia kembali dari New York pada 2006. Tiga lusin polisi yang bergabung dalam operasi khusus Notte di San Lorenzo pun dengan mudah menciduk Piccolo dan anaknya, Sandro Lo Piccolo.

Salvatore sudah mengontrol Palermo, ibu kota Sisilia, sejak 1990, karena kota itu diserahkan Bernardo kepadanya. ”Kalau Anda mengendalikan Palermo, Anda mengendalikan (keluarga) mafia,” kata Giuseppe Caruso, komandan polisi yang memimpin penggerebekan.

Lelaki kelahiran Palermo, 20 Juli 1942, itu menjadi orang penting di klan Corleone, setelah dipercaya mengurus bisnis kokain, pemerasan, dan mitra aparat korup dalam markup proyek pemerintah. Inilah divisi bisnis yang dijalankan klan ini di Palermo.

Berjuluk sang Baron, Piccolo menguasai Distrik San Lorenzo, menggantikan Salvatore Biondino yang dipenjara. Seperti bosnya, Bernardo, Piccolo juga memimpin wilayah Palermo dari persembunyian. Sejak 1983, dia menjadi buron polisi Italia.

Piccolo merintis kariernya dalam organisasi itu dari bawah: menjadi sopir Rosario Riccobono, bos mafia wilayah Palermo yang tewas dalam perebutan kekuasaan dalam Perang Mafia kedua pada 1982. Keluarga Riccobono adalah musuh Corleone. Saat tuannya tewas, Piccolo langsung balik kanan, bergabung ke klan Corleone.

Piccolo kemudian meninggalkan kawan yang menyelamatkannya ke klan Corleone, Antonio Rotolo, setelah keduanya terlibat perselisihan. Rotolo sampai mengirim anak baptisnya untuk membunuh Piccolo. Padahal sebelumnya, bersama Bernardo, keduanya adalah karib yang dipercaya Salvatore Riina—bos tertinggi klan Corleone.

Setelah dipercaya, Piccolo menjadi tangan kanan Bernardo, meluaskan pengaruh Corleone di Palermo. Tanpa pertumpahan darah, ia melakukan negosiasi dengan klan lain. Ia pun dipercaya menjadi tangan kanan Bernardo untuk urusan jaringan Cosa Nostra di Amerika Serikat.

Namun, sepeninggal Bernardo, kekuatan Piccolo ternyata tak teruji. Ini terjadi setelah bekas kawannya, Rotolo, ingin membunuhnya. Kekerasan seperti era mafia sebelum Bernardo kembali terjadi. Dua penembak jitu membunuh Giuseppe d’Angelo, salah satu bos klan Corleone.

Pada Maret 2007, polisi menemukan gudang senjata di peternakan, di luar Palermo. Mereka berpikir, inilah awal kembalinya era kekerasan mafia. Apalagi tiga bulan kemudian, Nicola Ingarao—sekutu Rotolo—ditemukan tewas oleh penembak misterius.

Keributan ini akhirnya berhenti setelah polisi menangkap Piccolo. Meski polisi yakin bisa memberantas mafia, bekas Wali Kota Palermo, Leoluca Orlando, pesimistis. ”Sebab, mereka memiliki organisasi yang mapan, dengan sumber keuangan yang pasti,” ujarnya. Meski klan Corleone kini hanya mengandalkan Matteo Messina Denaro, 38 tahun, Orlando yakin organisasi yang sudah berusia 150 tahun itu akan hidup.

Yophiandi (BBC, Telegraph, Time)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus