Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BERBICARA dengan media sempat menjadi momok bagi Arcandra Tahar. Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini mengaku selalu menghindari berbicara banyak dengan wartawan sejak awal menjabat menteri hingga awal-awal kasus kewarganegaraannya mencuat ke publik.
Namun sikap itu luntur pada Rabu pekan lalu. Seusai acara penurunan bendera pusaka di Istana Negara, Arcandra memutuskan bertemu dan berbicara panjang dengan sejumlah wartawan. "Saya merasa berdosa tidak melayani pertanyaan wartawan yang melaksanakan tugas," katanya.
Guna menjelaskan polemik kewarganegaraannya itu, Arcandra menerima Arif Zulkifli, Setri Yasra, Sunudyantoro, Dini Pramita, dan fotografer Dhemas Reviyanto dari Tempo di rumah dinas Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Jalan Brawijaya, Jakarta Selatan, pada Kamis malam pekan lalu. Dalam wawancara selama hampir dua setengah jam itu, Arcandra menjawab dengan sangat hati-hati setiap pertanyaan.
Mengapa Anda sepertinya berbohong karena tidak mengakui pernah memiliki paspor Amerika Serikat?
Masya Allah, saya tidak berbohong, semoga saya dijauhkan dari bohong. Tentang kewarganegaraan saya, silakan bertanya ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Saya serahkan ke mereka. Saya bukan ahli hukum, dan takut salah menjawab.
Bagaimana Anda bisa memiliki paspor Amerika Serikat?
Setelah meraih gelar doktor di Texas A&M University, saya mendapat tawaran dari Ed Horton, penemu dan mahaguru untuk teknologi pengeboran minyak dan gas laut dalam. Orang yang berkecimpung di bidang pengeboran minyak dan gas laut dalam pasti mengenalnya. Sejak berinteraksi dengan Ed Horton, saya banyak menangani proyek teknologi strategis, karena saya langsung bekerja dengan Ed Horton.
Selama bekerja, saya menemukan sejumlah teknologi pengeboran minyak di laut dalam. Saya kemudian berinisiatif mendaftarkan hak paten. Karena ini berkaitan dengan proyek strategis dan berkaitan dengan national security, perlu syarat administrasi bahwa saya harus menjadi warga negara Amerika untuk mematenkan temuan saya.
Apakah harus menjadi warga negara Amerika untuk mengurus paten?
Ini berkaitan dengan teknologi strategis, jadi tidak bisa mendapatkan hak paten kalau saya tidak menjadi warga negara Amerika. Tapi saya menetapkan syarat, saya harus tetap bisa memegang paspor Indonesia.
Anda mengikat perjanjian tertulis seperti itu?
Iya. Hukum di Amerika Serikat membolehkan. Saya tetap berkeyakinan bahwa saya orang Indonesia, berkewarganegaraan Indonesia, dan memegang paspor Indonesia.
Apa dasar yang digunakan pemegang hak paten wajib menjadi warga negara Amerika Serikat?
Teknologi strategis kadang memerlukan security clearance.
Artinya itu memudahkan Anda untuk mendapatkan paspor Amerika?
Itu syarat administrasi. Yang jelas, saya minta paspor Indonesia saya tidak diotak-atik.
Apakah Anda tidak tahu atau tidak ada yang mengingatkan bahwa Indonesia tidak mengenal dwikewarganegaraan?
Mungkin saya ignorant (abai). Kalau dibilang tidak tahu, saya bodoh juga. Tapi saya berkeyakinan dengan tetap memiliki paspor Indonesia, saya adalah warga negara Indonesia.
Ketika Anda diminta Jokowi menjadi menteri, apakah Jokowi tahu Anda memiliki dwikewarganegaraan ini?
Itu sudah saya jelaskan ke Menteri Hukum dan HAM. Silakan tanya beliau.
Anda dikenalkan kepada Presiden oleh Andi Wibowo, teman kuliah Anda yang juga sepupu Jokowi?
Pak Andi yang membawa saya ke Istana. Dia memang teman kuliah saya di ITB. Saya pernah ke rumah Andi di Solo. Kami juga sama kuliah di Amerika. Kami berdua sejak itu dekat. Saya terakhir bertemu dengan dia pada 1997. Sampai akhirnya setelah pertemuan pertama dengan Presiden, Andi menghubungi saya untuk datang ke Indonesia untuk kembali bertemu dengan Presiden.
Anda tahu tapi Anda meyakini dwikewarganegaraan tidak menjadi masalah di Indonesia?
Saya meyakini sebagai warga negara Indonesia. Saya memegang paspor Indonesia, berlaku aktif, dan legal.
Sebelumnya, Anda mengatakan ignorant, apakah tetap seperti itu saat menjadi menteri?
Ini sudah saya jawab. Sudah saya jelaskan ke Menteri Hukum. Silakan bertanya kepada beliau.
Ketika masuk ke Kementerian ESDM, apakah Anda mengetahui peta di dalam kementerian itu?
Kalau saya mengetahui bakal masuk hutan belantara dan akan banyak ular di sana, tentu saya tidak berani. Karena tidak tahu, akhirnya berani. Tapi, insya Allah, kita hidup akan ada manfaatnya untuk orang lain.
Benarkah Anda akan diangkat kembali menjadi menteri setelah status kewarganegaraan selesai?
Ketika diangkat menjadi menteri, saya berpandangan bahwa jabatan itu amanah. Sebelum dilantik jadi menteri, saya seorang insinyur. Lalu ada skenario dari yang atas saya jadi menteri. Saat dilantik pun dalam hati saya bersiap bahwa sewaktu-waktu jadi orang biasa. Jabatan itu tidak langgeng.
Beberapa saat setelah menjadi menteri, Anda mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi sehingga muncul spekulasi Anda akan membongkar korupsi di Kementerian Energi?
Itu tidak benar. Saya ke KPK untuk bersilaturahmi sebagai menteri baru. Saya bukan satu-satunya menteri baru yang ke KPK. Di KPK, kami bicara normatif. Bagaimana saya bisa bicara kasus padahal saya baru dilantik? Kalau saya menganggap ada persoalan yang belum clear, insya Allah, saya tidak akan melakukan hal yang di luar kewajaran.
Menteri sebelumnya, Sudirman Said, dianggap berseberangan dengan Luhut Pandjaitan. Lalu Anda dinilai dekat dengan Luhut dan Deputi Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo?
Ini adalah imajinasi yang mencoba menghubungkan dengannya dengan titik-titik, connecting the dots. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral di bawah Menteri Koordinator Kemaritiman Pak Luhut Pandjaitan. Adalah kewajiban saya berkoordinasi dengan dia sebagai menteri koordinator.
Pandangan Anda dekat dengan Luhut tidak terelakkan karena Anda mengangkat bekas anak buahnya menjadi staf?
Sewaktu dilantik, saya butuh staf. Nah, yang sudah pulang duluan adalah Darmawan. Saya waktu itu minta, salah satunya ke Darmawan, daftar nama orang yang saya butuhkan. Dari nama itu, saya melakukan due diligence dan melakukan short listed. Dari sana muncul nama ini yang cocok. Jadi bisa dibilang kebetulan.
Orang yang Anda rekrut dianggap tidak bersih.
Pada hari pertama, saya sibuk dengan perkenalan. Ada hal yang menyangkut birokrasi yang belum saya pahami. Saya butuh belajar dari orang-orang ini dalam soal birokrasi. Saya akui saya bukan orang birokrat. Tapi apakah kalau saya keluar dengan Anda dan difoto wartawan lalu orang mengatakan Anda staf ahli saya. Pasti tidak, kan?
Bagaimana dengan perusahaan Anda di Amerika ketika Anda kembali ke Indonesia?
Saya lepas semua. Ada teknologi temuan saya yang dibutuhkan di Indonesia dan digunakan Pertamina sejak 2013 di blok minyak dan gas Parigi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo