Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

<font size=2 color=#FF0000>Universitas Ma Chung</font><br />Demi Membayar Kampung Halaman

Mahasiswa Universitas Ma Chung disiapkan bekerja di perusahaan para pendiri. Universitas menyiapkan rencana strategis hingga 500 tahun ke depan.

19 April 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengintip dari jendela ruang kuliah Universitas Ma Chung, rumah rumah penduduk, jalan jalan, gedung perkantoran, pepohonan, dan bentang lain Kota Malang tampak kecil. Posisi kampus yang berdiri di atas bukit tak sekadar memberikan keindahan lanskap Kota Malang, tapi dipercaya membawa keberkahan besar. Dalam feng shui, posisi kampus ibarat bersandar ke gunung, melihat ke lembah, yang dimaknai membawa universitas maju dan terus berkembang.

Universitas Ma Chung atau UMC, yang terletak di Jalan Villa Puncak Tidar, Desa Karangwidoro, Kabupaten Malang, didirikan para pengusaha keturunan Tionghoa. Mereka pernah mengenyam pendidikan sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas di Ma Chung. Ma Chung atau Sekolah Tinggi Tiong Hwa Malang pernah sangat masyhur dan kualitasnya diakui negara negara Asia Timur. Namun, akibat gonjang ganjing politik yang berpuncak pada Gerakan 30 September 1965, sekolah ini ditutup.

Pendirian kembali Ma Chung tebersit saat reuni akbar peringatan ulang tahun ke 55 sekolah itu pada September 2001 di Kota Xiamen, Cina. Alumni yang sebagian besar pengusaha multinasional dan nasional bersepakat menyumbang negeri. "Kami mengenal semboyan, waktu minum air jangan lupa sumbernya, waktu sukses balaslah kepada kampung halaman," kata Teguh Kinarto, salah satu pendiri.

Rencana lalu ditindaklanjuti dengan membentuk PT Ma Chung pada 1 Mei 2004. Selain itu, mereka membentuk Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera. Tercatat ada 15 pendiri utama, dengan tiga orang menjadi pembina, yakni Mochtar Riady, Soegeng Hendarto, dan Murdaya Poo. "Saya sebagai pemantau saja. Karena berasal dari Malang, ini untuk balas jasa kepada tanah kelahiran," kata Mochtar Riady.

Tiga pengusaha paling sukses ini ibarat kepala yang menggerakkan naga. Dalam filosofi Cina, keberhasilan bergantung pada sosok. "Gunung tidak perlu tingginya, tapi yang diperlukan dewanya. Danau tak diperlukan dalamnya, tapi yang penting naganya," ujar Teguh. Dengan tiga tokoh karismatik, kebutuhan dana awal Rp 40 miliar pun mudah mengalir dari alumni.

Pembangunan memakan waktu dua tahun. Peletakan batu pertama ditetapkan 7 Juli 2005, agar pendirian universitas tepat pada tanggal cantik: 07 07 07 atau 7 Juli 2007. Angka 7 dalam kebudayaan Cina dianggap sebagai angka dengan karakter yang kuat. Menurut almanak Cina kuno, tanggal dengan deretan angka 7 merupakan hari yang bagus untuk melakukan hal positif, seperti membangun usaha ataupun bisnis.

Untuk urusan kurikulum pendidikan, alumni pun terlibat langsung. Dua alumni yang berkecimpung di dunia pendidikan internasional, Profesor Dr Yang Zhiling dan Profesor Dr Bin Ling, memberikan masukan yang menjadi dasar perencanaan pendidikan kampus.

Lahirlah konsep pendidikan kewirausahaan. Universitas mengembangkan kurikulum dengan tiga bahasa pengantar, Mandarin, Inggris, dan Indonesia. Delapan dosen didatangkan dari Cina.

Untuk menunjang kegiatan belajar, universitas mengedepankan pengembangan teknologi informatika dengan menerapkan Microsoft Total Solution, sistem terintegrasi pengelolaan kegiatan akademi dan manajerial universitas. Selain itu, fasilitas komputer melebihi kondisi ideal standar UNESCO yang mensyaratkan perbandingan komputer dengan mahasiswa 1 : 8. Manajemen menyediakan 22 unit perangkat jaringan nirkabel Wi Fi untuk kebutuhan Internet.

Di bawah pimpinan Rektor Leenawaty Limantara, Ma Chung disiapkan sebagai kampus riset berbasis penelitian dan penulisan serta penerbitan karya ilmiah. Hasil karya civitas Ma Chung meningkat. Proposal penelitian dosen bertambah dari delapan pada tahun akademik 2007 2008 menjadi 26 proposal pada 2008 2009.

Untuk mendukung penerbitan buku dan karya ilmiah, Ma Chung pun mendirikan Ma Chung Press. Buku pertama yang diterbitkan adalah An Anthology of Scientific Articles: Harmony in Diversity.

Dalam operasionalisasi penyelenggaraan UMC telah disusun rencana strategis untuk 500 tahun ke depan. Setelah 2500, diharapkan kontribusi UMC terhadap perkembangan kesejahteraan manusia menjadi sesuatu yang abadi untuk dikenang dan menjadi legenda hidup umat manusia.

Untuk mengejar target sebagai universitas berkelas dunia, pihak manajemen merekrut dosen asing, di antaranya berasal dari Cina (8 orang), Amerika Serikat 3 orang (13 persen), India 3 orang (13 persen), Polandia 2 orang (9 persen), serta Inggris, Jepang, Korea, Brasil, Jerman, Belanda, dan Australia masing masing 1 orang. Salah satu dosen, Peter Remy Yosy Pasla, mengatakan, untuk menjadi dosen Ma Chung, calon harus melalui rangkaian seleksi ketat.

Berdiri di atas tanah empat hektare, kampus UMC dibagi tiga bagian, yakni rektorat, Bhakti Persada (gedung perkuliahan), dan gedung serbaguna Balai Pertiwi. Bangunan bergaya modern dan minimalis serta dapat menghemat penggunaan energi.

Kelas dan ruang ruang di Ma Chung diberi nama ilmiah Latin serta nama para tokoh pendidikan dan peraih Nobel. Nama tokoh, seperti Ki Hajar Dewantara, Rabindranath Tagore, dan Mahatma Gandhi, digunakan untuk ruang ruang di Perpustakaan Oei Ie Pan. Nama perpustakaan yang memiliki koleksi sekitar tiga ribu judul buku ini diambil dari nama Kepala SMA Ma Chung yang pertama.

Meski mayoritas mahasiswa keturunan Cina, universitas terbuka bagi mahasiswa dari ras, suku, dan agama apa saja. Mahasiswa yang berasal dari keluarga pendiri Ma Chung pun kurang dari 5 persen.

Salah satunya, Umi Habibah Mansyur, mahasiswi berjilbab yang mendapat beasiswa penuh. "Banyak juga teman dari keluarga dengan ekonomi biasa biasa saja, sedangkan anak anak kaya itu juga tak sok borju," katanya. Umi, anak seorang dosen di perguruan tinggi swasta di Kota Malang, memilih Ma Chung karena berharap segera dapat bekerja.

Leenawaty menambahkan, pada tahun akademik 2008 2009, UMC memberikan beasiswa kepada 25 mahasiswa, sebelumnya 12 orang.

Lain lagi Oky Chindrawan, mahasiswa keturunan Tionghoa, dan Yanuar Yoga Rinata. Mereka berdagang makanan untuk membiayai kuliah dengan uang sendiri. "Sekaligus mempraktekkan teori kewirausahaan," kata Oky. Pihak manajemen pun tidak merasa harkat, citra, dan gengsi universitas turun hanya gara gara mahasiswanya "ngamen" di dalam dan di luar kampus.


Bukit Ilmu di Malang

Lokasi: Universitas Ma Chung terletak di daerah berbukit di Jalan Villa Puncak Tidar, Desa Karangwidoro, Kabupaten Malang, 6 7 kilometer dari Kota Malang. Universitas ini didirikan dan didukung oleh lebih dari 80 pengusaha yang mengelola lebih dari 500 perusahaan nasional dan multinasional terkemuka. Lulusan universitas ini akan diprioritaskan bekerja di perusahaan para pendiri.

Pendiri: Lima belas pendiri utama adalah Mochtar Riady (pendiri Grup Lippo), Soegeng Hendarto (PT Jangkar Pacific), Murdaya Poo (PT Central Cipta Murdaya), Teguh Kinarto (Grup Podo Joyo Masyhur), Hendro Sunjoto (PT Sinar Baja Electric), Koentjoro Loekito (PT Bayurini Jakarta), Effendy Sudargo, Agus Chandra, Hadi Widjojo (Tiara Supermarket), Nuryati Tanuwidjaja, Nehemja, Alex Lesmana Samudra, Evelyn Adam, Hari Surjono, dan Nagawidjaja Winoto.

Visi: Visi Universitas Ma Chung adalah memuliakan Tuhan melalui akhlak, pengetahuan, dan kontribusi nyata sebagai insan akademik yang berdaya cipta.

Program Studi:

  • Akuntansi
  • Bahasa Inggris
  • Manajemen
  • Sistem Informasi
  • Teknik Informatika
  • Teknik Industri

    Sertifikasi profesional:

    Kompetensi bahasa Inggris (bersertifikat TOEIC) dan Tionghoa (sertifikasi internasional Mandarin for Business), kompetensi TI bersertifikat Microsoft.
    Selain itu, universitas ini mengembangkan kompetensi soft skill, leadership, entrepreneurship, personal skill, communication skill, dan manajerial. Pengembangan kompetensi soft skill dengan Dua Belas Karakter Ma Chung: orisinal, tepercaya, gigih, kreatif, dinamis, ramah dan menyenangkan, meritokratik, profesional, bertanggung jawab, bersinergi, rendah hati, dan nasionalis.

    Biaya Pendidikan
    Program beasiswa: Rp 6 juta untuk masa 4 tahun. Program nonbeasiswa: Rp 60 juta untuk masa 4 tahun

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus