Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pendiri Grup Lippo ini dijuluki The Magic Man of Bank Marketing. Tak hanya menggeluti dunia perbankan dan berbagai bisnis lain, pria kelahiran Malang, 12 Mei, 81 tahun lalu ini memiliki kepedulian yang tinggi dan ikut ambil bagian mengembangkan pendidikan di Tanah Air.
Selama lebih dari 30 tahun, Mochtar Riady pernah dipercaya menduduki posisi bergengsi di berbagai universitas. Di Universitas Indonesia dia pernah menjadi anggota Majelis Wali Amanat. Dia juga menjadi anggota Dewan Penyantun Universitas Trisakti dan Dewan Penasihat Universitas Xiamen di Cina.
Peraih gelar doktor hukum dari Golden Gate University, San Francisco, Amerika Serikat, ini menilai pendiÂdikan merupakan kunci utama menuju keberhasilan. Selasa pekan lalu, dia menerima Tempo di kantor Mochtar Riady Institute, Karawaci, Tangerang.
Apa yang mendorong Anda mendirikan Universitas Pelita Harapan?
Untuk membangun keluarga tergantung pendidikan anak-anaknya. Memajukan perusahaan tergantung kualitas pegawainya serta membangun bangsa dan negara tergantung kualitas pendidikannya. Saya mempunyai beban. Kalau Tuhan memberikan rezeki, saya harus mengembalikan rezeki itu kepada pendidikan. Sebab, pendidikan adalah dasar kemakmuran.
Anda menilai kualitas pendidikan di Tanah Air masih belum memuaskan?
Kualitas pendidikan sudah cukup baik. Namun kelemahÂannya, pemerintah kurang memperhatikan konsistensi program pendidikan. Kalau sudah ganti pemerintahan, seluruh kebijakan pendidikan ikut berubah. Contohnya, buku teks pelaÂjaran selalu berganti-ganti setiap tahun. Ini menyulitkan orang tua. Jadi, lain koki lain masakannya.
Apa titik berat pendidikan di UPH?
Kami ingin suatu saat Universitas Pelita Harapan menjadi perguruan tinggi kelas dunia. Kami mengÂutamakan supaya lulusan Universitas Pelita Harapan ready to use baik di dalam maupun luar negeri. Kita ini sudah berada dalam era globalisasi yang kuncinya penguasaan bahasa asing sehingga dapat berinteraksi dengan pihak di luar negeri. Karena itu, kami bekerja sama dengan berbagai universitas di luar negeri.
Berapa nilai investasi yang dikeluarkan untuk mendirikan universitas ini?
Pembangunannya, untuk 150 ribu meter persegi, katakanlah sekarang harga tanahnya Rp 3 juta per meter. Tinggal dikalikan saja (Rp 450 miliar). Belum lagi untuk fasilitas dan tenaga pengajar.
Adakah ketentuan bagi lulusan terbaik UPH supaya bekerja di kelompok perusahaan Anda?
Pada dasarnya kami ingin sekali mahasiswa yang pintar-pintar bekerja kepada kami. Tapi kami menghargai kebebasan dan keinginan mahasiswa karena itu hak asasi. Pengecualian untuk program teacher college yang seratus persen kami biayai. Mereka tinggal belajar tapi kalau sudah tamat, harus mengajar di lembaga pendidikan kami yang bernama Sekolah Lentera, yang nantinya ada di daerah-daerah pelosok. Membangun gedung sekolah itu gampang, tapi tenaga pengajarnya sulit didapat karena belum tentu ada yang mau mengajar di daerah pelosok.
Mengapa biaya kuliah di UPH tergolong mahal?
Karena ini universitas swasta, kami tidak mampu menyubsidi. Jadi itu semua (dihitung) berdasarkan cost recovery. Namun ada 20 persen mahasiswa kami yang mendapat beasiswa karena mereka benar-benar tidak mampu. Kalau ekonominya mampu, untuk apa disubsidi?
Apakah UPH sudah sesuai dengan harapan Anda?
Itu sulit untuk dipukul rata. Di sini ada 13 fakultas, sehingga sulit menilai semuanya. Ada beberapa yang memang sudah baik, misalnya fakultas hukum yang sudah dapat mendidik progÂram doktoral.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo