Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
POLITIK itu hitung dagang. Untung dan rugi harus selalu ditakar. Rumus itu kini ditawarkan Jusuf Kalla, calon wakil presiden, kepada para aktivis Partai Golkar. Tentu tujuannya adalah menarik hati orang Partai Beringin untuk mendukung Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla. Kalla berpromosi bahwa arus bawah Golkar menginginkan pasangannya. Jadi, pesannya kepada aktivis Golkar, "Jangan melawan arus, kecuali ingin ditinggalkan massa," katanya kepada Y. Tomi Aryanto dari TEMPO, yang mewawancarainya secara khusus di markas tim pemenangannya, Graha Anugerah, Jakarta Selatan, Kamis siang pekan lalu. Berikut ini petikannya.
Apa yang membuat Anda begitu yakin Partai Golkar di daerah-daerah akan mendukung SBY-Kalla?
Kamilah yang dipandang sebagai pembawa perubahan. Itulah arus bawah yang dilihat para pengurus daerah. Itu yang akan dicoba dibawa ke pusat. Ada beberapa sebabnya.
Apa saja?
Satu tahun lebih mereka di daerah menyiapkan pemilu legislatif. Mereka tahu betul bagaimana sulitnya berkampanye mengusung penolakan atas Megawati. Lalu sekarang tiba-tiba mereka diminta mendukung Megawati.
Kedua, ada trauma-trauma yang mereka alami selama pemerintahan di bawah Megawati. Berapa banyak kantor Golkar di daerah dirusak dan dibakar? Seperti di Cirebon dengan kejadian "Desember Kelabu", kemudian di Bali, Surabaya, dan sebagainya.
Coba lihat Wiranto saja. Dalam dua putaran pemilu legislatif dan presiden, dia berkampanye begitu giat dengan baju Golkar, rajin ke daerah-daerah dengan at all cost. Begitu saja dia hanya mendapat 15 persen suara Golkar. Selebihnya dari Partai Kebangkitan Bangsa. Apalagi Bu Mega, yang sudah jelas bajunya saja beda. Mau mendapat suara berapa dia? Saya ini pedagang, realistis sajalah.
Anda dianggap merusak sistem partai dengan bergerilya tanpa setahu Ketua Umum Akbar Tandjung?
Golkar itu partai modern. Semuanya terbuka dan pendapat harus dihargai sebagai bagian dari demokrasi. Saya sendiri adalah keluarga Golkar, dan di situlah saya bicara. Apa yang dilanggar?
Cara-cara Anda dinilai bisa mengacaukan tatanan partai?
Kenyataannya, tatanan itu kan tidak ada, jadi apanya yang saya rusak? Belum ada keputusan apa pun dari Partai untuk mendukung pasangan siapa pun. Semua masih terbuka. Pernahkah saya bicara lain ketika akhirnya Partai memilih Wiranto sebagai calon presiden? Saya menghargai apa pun keputusan Partai.
Anda memicu ketidakpatuhan anggota kepada ketua umumnya?
Jangan lihat dari situ. Kalau memang ada kepatuhan itu, mestinya dalam konvensi mereka memilih Akbar, bukan Wiranto. Toh, Akbar kalah. Apalagi sekarang ini, yang boleh dibilang tidak ada siapa pun dari Golkar yang dilibatkan di sini. Hanya saya yang bagian dari mereka.
Dalam pertemuan Anda dengan dewan-dewan pimpinan daerah di Hotel Hilton, 8 Agustus lalu, terungkap bahwa mesin Golkar hanya akan bergerak kalau ada "ransum"-nya?
Saya tidak bilang begitu. Kan, orang lain yang mengatakannya. Kalau itu benar, Golkar akan menjadi partai kapitalis. Hanya mereka yang punya uang yang akan menang.
Bukankah memang begitu dan Anda ikut menikmatinya sebagai pengusaha yang punya banyak uang?
Saya tidak pernah pakai uang. Kalaupun kasih uang, jumlahnya ala kadarnya. Hanya untuk biaya transpor. Makanya saya nomor lima (di konvensi), ha-ha-ha . Tapi itu jelas tidak sehat. Dan kalau begitu terus, Golkar akan ditinggalkan pemilihnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo