HIDANGAN yang disiapkan panitia praktis mubazir. Peserta per-temuan pembekalan para calon legislator terpilih Partai Golkar Jawa Tengah, Senin pekan lalu, hampir semuanya makan di luar kantor perwakilan daerah Partai Golkar di Jalan Kiai Saleh, Semarang. Dari 35 orang wakil dewan pimpinan kabupaten, kurang dari sepuluh orang yang memilih makan siang di kantor itu. Yang lain "bubar jalan" begitu Ketua Umum Partai Golkar meninggalkan tempat pertemuan ditemani salah satu ketua, Slamet Effendi Yusuf.
Yang menarik, setelah Akbar dan Slamet pergi, naiklah ke podium Priyo Budi Santoso, salah satu fungsionaris Partai Golkar dan Sekretaris Koordinator Partai Golkar Jawa Tengah. Pidato Priyo sebenarnya tidak masuk jadwal acara, tapi peserta merasa perlu mendengar Priyo, salah satu orang pusat yang dikenal dekat dengan Jusuf Kalla. Sebagian kabupaten di Jawa Tengah memang mendukung SBY-Kalla.
Priyo tak banyak bicara. Tapi ia menyampaikan hal "kunci" soal sikap pusat: dewan pimpinan pusat belum memberikan keputusan untuk mendukung pasangan calon presiden mana pun. Artinya, masih terbuka kesempatan bagi siapa saja untuk melobi. Sampai pertemuan bubar, tak ada kata putus. Tapi, di luar acara resmi, terjadi pertemuan lanjutan yang membuat para politisi Partai Beringin ini rela menunda acara santap siang.
Atas inisiatif Sriyono, Ketua Partai Golkar Kabupaten Semarang, beberapa ketua kabupaten memutuskan bergerak ke Rumah Makan Nusantara di Jalan Pandanaran, sekitar tiga kilometer dari tempat pembekalan. Meski undangan hanya disampaikan lisan, nyatanya 26 ketua kabupaten bisa dikumpulkan di restoran masakan Padang itu. Di sanalah pembicaraan mulai mengerucut pada kemungkinan menyalurkan dukungan ke pasangan SBY-Kalla. Setelah lebih-kurang satu jam pertemuan berlangsung, Priyo muncul di restoran itu.
Tapi Priyo tetap tak juga bicara banyak, kendati kali ini dengan pesan lebih gamblang. Priyo mengatakan perlunya dibentuk jaringan sampai tingkat kecamatan untuk menjalankan misi dukungan mereka. Ia pun tak lupa berpesan, pertemuan serupa masih akan berlanjut pada 29 Agustus di Jakarta. Kebetulan pada hari itu Akbar Tandjung akan menggelar resepsi perkawinan putri sulungnya, sehingga bisa dipastikan para pimpinan daerah dari segala penjuru akan datang ke Ibu Kota untuk kondangan. Ajakan Priyo disambut hangat. "Kami sepakat, sebagian besar pengurus kabupaten di Jawa Tengah memang cenderung kepada SBY-Kalla," kata Jazeri, Ketua Dewan Pengurus Daerah Kabupaten Demak, yang turut dalam pertemuan.
Organisasi Partai Golkar di tingkat yang paling dekat dengan massa pemilih, itulah yang hendak digarap Priyo dan Kalla. Tak hanya di Jawa Tengah. Sehari sebelumnya, Kalla bersama Priyo bahkan merangkum forum yang jauh lebih besar. Di Hotel Hilton, Jakarta, mereka menghadirkan 23 wakil pengurus provinsi—dari seluruhnya 32 provinsi—dan delapan kabupaten. Dari pusat, hadir antara lain Marzuki Darusman dan Fahmi Idris, yang malam itu memimpin forum. Seperti juga di Semarang, semua gerakan ini tanpa melibatkan Akbar Tandjung.
Akbar rupanya lebih suka partainya mendukung Megawati dan Hasyim Muzadi. Ia kesal. Dalam beberapa kesempatan, Akbar menyatakan cara-cara yang dijalankan Kalla dan beberapa orang partainya sebagai hal yang kurang patut dan tidak sehat bagi organisasi. "Mestinya, secara organisasi, Pak Kalla menyampaikan kepada saya selaku pimpinan partai. Kalau caranya begini kan bisa dikesankan Golkar tidak solid," ujarnya Selasa pekan lalu.
Kata "solid", menurut Kalla, kini tak dijumpainya di Golkar. Ia menganggap mesin partai tak akan bisa sepenuhnya maksimal jika segala keputusan hanya ditentukan berdasarkan perhitungan para elite di pusat. "Arus bawah jelas ke kami. Kalau pusat memutuskan lain, Golkar akan ditinggalkan," kata Kalla usai menerima pernyataan dukungan dari Angkatan Muda Partai Golkar Jawa Barat, di kantornya, Kamis pekan lalu. Sohib Jusuf Kalla, Priyo Budi Santoso, menambahkan dengan yakin, "SBY-Kalla tak akan terbendung."
Priyo seperti tidak menghiraukan ancaman Akbar agar mengenakan sanksi administratif pada kadernya yang jalan sendiri-sendiri, sebelum ada keputusan rapat pimpinan nasional pada 15 Agustus. Tapi beberapa kader di daerah sepertinya lebih sepakat dengan argumen Priyo. Ketua Partai Golkar Bali, I.G.N. Alit Yudha, mengatakan ia akan patuh jika memang partai sudah memutuskan. Sebelum itu, ia merasa tak ada pantangan untuk melancarkan komunikasi politik ke segala arah. "Kalau sekadar bertemu, masa harus minta izin Bung Akbar? Sibuk sekali dia nanti. Yang penting tidak ada deal tertentu," kata Alit, yang bersama jajarannya sempat datang memenuhi undangan pertemuan dengan ketua tim kampanye SBY-Kalla Bali, awal Agustus lalu.
Yang lebih ekstrem adalah Ketua Angkatan Muda Partai Golkar Sukabumi, Anwar Supriatna. Usai bertemu dengan Kalla dan rombongan, Anwar mengatakan ia dan organisasinya tetap akan mendukung Kalla, walaupun pusat kelak memutuskan lain. "Kami tidak akan melawan arus bawah," katanya.
Menarik ditunggu, adakah ketetapan pusat kelak bisa membendung arus bawah atau malah terseret pusarannya.
Y. Tomi Aryanto, Sohirin (Semarang), Rofiqi Hasan (Denpasar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini