Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengusir Sepi di Ruang Isolasi

Ara Wiraswara memanfaatkan pengalaman saat menjalani karantina untuk membantu pasien Covid-19.

2 Maret 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ara Wiraswara. TEMPO/M.A Murtadho

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Ara Wiraswara, pegawai negeri di Kota Bogor, tertular Covid-19 di luar negeri.

  • Jiwa Ara terguncang saat dinyatakan positif Covid-19.

  • Ara membentuk komunitas penyintas Covid-19 untuk membantu pasien yang masih dirawat.

Ara Wiraswara tiba-tiba merasakan demam dan nyeri sendi pada 11 Maret 2020. Ara ingat betul pada saat itu dia mendampingi Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto melawat ke Turki dan Azerbaijan. “Saya kira itu flu biasa,” kata Ara, yang menjabat Kepala Sub-Bagian Kerja Sama dan Administrasi Kota Bogor, kepada Tempo, Ahad lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ara tidak menghiraukan gejala yang dia rasakan itu. Dia hanya mengatasinya dengan menenggak vitamin. Namun dia demam saat tiba di Tanah Air pada 16 Maret 2020. Ara sama sekali tidak berpikir tertular virus corona karena hasil tes cepat menunjukkan non-reaktif. “Tapi keesokan harinya saya tetap diminta untuk tes swab,” kata pria berusia 40 tahun itu. “Dua hari kemudian hasil tes saya terima, ternyata positif.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jiwa Ara saat itu benar-benar terguncang. Hatinya diselimuti ketakutan yang luar biasa. Apalagi sehari kemudian ia mendapat kabar bahwa Bima Arya juga positif tertular Covid-19. “Saya stres dan dada juga mulai sesak,” kata pria kelahiran Lebak itu. “Kami menjadi pasien Covid-19 pertama di Kota Bogor.”

Ara menjalani perawatan di RSUD Kota Bogor. Dalam perawatan itu, ia cemas. Suasana batin itu ternyata berdampak buruk terhadap kondisi kesehatannya. Tidak kurang dari 22 hari ia mendekam di ruang perawatan dan tiga bulan menjalani isolasi mandiri di rumah. "Saya kesepian karena tidak ada teman,” kata Ara. “Padahal kita bisa cepat sembuh kalau pikiran kita senang."

Saat menjalani isolasi mandiri, Ara berupaya mencari kesibukan untuk menghilangkan rasa sepi. Ia pun menyusun jadwal aktivitas agar setiap hari ada kesibukan yang bisa dikerjakan. Ini menjadi salah satu cara untuk mengendalikan kecemasannya. “Yang sering saya lakukan adalah menulis, untuk menghindari jenuh,” kata Ara. “Saya juga semakin rajin berdoa.”

Sebelum dinyatakan benar-benar sembuh, Ara menjalani 17 kali tes swab dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Pada tiga tes terakhir dan hasilnya secara berturut-turut negatif, barulah dokter mengizinkan Ara mengakhiri masa isolasi.

Ara mengunjungi pasien Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di wilayah Kota Bogor, Jawa Barat, 1 Maret 2021. TEMPO/M.A Murtadho

Menurut Ara, pengalaman sebagai pasien Covid-19 itu membuat ia mampu memahami orang-orang yang saat ini masih dalam masa penyembuhan. Atas dasar itulah ia membentuk komunitas penyintas Covid-19 yang dinamakan Temanco. Anggota komunitas ini secara aktif membantu para pasien melewati masa-masa kritis. “Kami kan pernah menjadi pasien, jadi tahu apa yang mereka rasakan,” kata Ara.  

Ara mencontohkan, saat masih menjalani karantina, ia kesepian karena hanya sendirian di satu ruangan. Tidak ada keluarga atau kerabat yang boleh menjenguk. Orang yang ditemui sehari-hari hanya dokter dan perawat. "Itu pun saya tidak tahu rupanya seperti apa karena mereka dibungkus APD (alat pelindung diri),” katanya. “Pokoknya sangat terisolasi."

Dalam situasi itu, relawan Temanco dibutuhkan oleh pasien. Relawan akan menyediakan waktu untuk menemani pasien agar tidak kesepian. Selain menjadi teman ngobrol, relawan mampu membantu pasien mengelola stres, sehingga imunitas tubuh mereka bertambah. “Selama ini berjalan dengan baik. Banyak penyintas sukses menjadi teman mengobrol bagi para pasien,” kata Ara.

Ara bersama alumni penyintas Covid yang tegabung dalam Temanco di Kota Bogor, Jawa Barat, 1 Maret 2021. Tempo/M.A Murtadho

Ruri Aryatullah, jurnalis yang pernah terinfeksi virus corona, mengatakan sangat terbantu oleh kehadiran Temanco. Saat menjalani isolasi, dia tidak merasa kesepian karena sehari-hari ada teman yang bisa diajak berbincang-bincang, meski hanya lewat telepon. “Karena ada teman ngobrol, saya menjadi tidak stres,” katanya. Menurut Ruri, Ara sangat banyak membantu dirinya dalam berjuang mengembalikan kondisi kesehatannya.

M.A. MURTADHO (BOGOR)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Suseno

Suseno

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia pada 1998. Bergabung dengan Tempo sejak 2001. Saat ini menempati posisi redaktur di desk Nasional Koran Tempo. Aktif juga di Tempowitness sebagai editor dan trainer.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus