Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

1000 minggu dari tahun 2000

Penemuan tidak lagi berarti sesuatu yang baru, tapi suatu varian. ciri ini nyata di sektor teknologi. dan memang ini calon kuat pemberi warna abad xxi.

11 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUNGKIN karena panjangnya, sebuah abad lazimnya tidak begitu intim dengan perasaan orang-seorang. Berbeda dengan tahun. Abad kebanyakan dipakai untuk menandai zaman, semacam batasan untuk mengkaji perkembangan yang dicapai manusia keseluruhan. Tapi baru-baru ini sejumlah orang di Amerika Serikat menyusun sebuah panitia untuk merayakan malam 31 Desember 1999. Perayaan yang baru akan diselenggarakan 20 tahun yang akan datang itu dianggap istimewa karena merupakan saat-saat peralihan abad, dari XX ke XXI. Ini mengingatkan pada perayaan peralihan abad Hijri di dunia Islam dari XIV ke V, yang persisnya jatuh November tahun lalu. Barangkali memang ada yang istimewa pada peralihan abad Masehi yang akan datang ini, Abad X tercatat penuh dengan penemuan yang merunjukkan akselerasi peradaban manusia. Sedang abad XXI konon disebut-sebut misterius. Melihat perkembangan masa kini, banyak ahli tak dapat menyimpulkan bakal jadi macam apa dunia di abad esok. Bila dikaji, tiga juta tahun yang lalu manusia masih berupa homo habilis dan baru 100.000 tahun menjadi homo sapiens. Sedang peradabannya tercatat berproses baru 10.000 tahun terakhir. Dan dalam proses ini -- sejak 2 abad lalu -- dunia masuk era abad modern dengan munculnya revolusi industri. Pada abad XX gelombang kemajuan tiba-tiba menjadi cepat luar biasa. Perkembangannya mengikuti hukum lipat ganda setiap tiga tahun. Berdasar perhitungan para futurolog, energi perkembangan dalam dua dasawarsa terakhir saja sama dengan dua abad di masa lalu, 75% dari kedahsyatan kemajuan yang terlihat sekarang, ditemukan belum sampai 30 tahun yang lalu. Toh kecepatan proses ini konon belum mencapai puncaknya. Masih bakal menjadi lebih seru. Bila dalam dua dasawarsa terakhir tempo perkembangan bisa disebut sebagai empat kali dari sebelumnya, perkembangan pada dua dasawarsa yang akan datang diperkirakan akan menjadi sepuluh kali dari sekarang. Pantas kalau para ahli jadi sungkan meramal bagaimana wajah dunia di tahun 2000. Menurut ukuran sekarang, rautnya bisa menjadi terlalu acak-acakan. Menjelang tahun 2000 sejarah akan memperlihatkan kekuatannya mengubah ciri-ciri zaman. Pola-pola yang ditelurkan revolusi industri, yang berkembang di abad XX, akan hilang sedikit demi sedikit. Di awal abad XXI industri konvensional akan menyusut dengan drastis. Makin membesarnya upaya memasarkan hasil produksi, akan membuat industri sampai pada titik jenuhnya. Bisa dipastikan tak akan ada kejutan baru di bidang ini. Bila industri toh akan menerus, polanya akan berubah. Akan muncul industri macam baru -- merupakan bagian dari perlombaan antara teknologi dan krisis bahan mentah. Beberapa gejala sudah muncul kini. Industri ternyata menyerbu laut. Sebagai ganti tradisi nelayan berabad-abad, muncul kini industri perikanan. Uni Soviet belakangan sudah mengoperasikan kapal-kapal penangkap ikan yang diperlengkapi pabrik pengolahan, bahkan skuadron pesawat udara, di kawasan Kutub Utara. Juga Jepang di Samudera Pasifik. Tak aneh kalau berbagai jenis ikan akan musnah untuk selama-lamanya. Sekarang saja Uni Soviet bertanggung jawab atas musnahnya ikan haring, dan Jepang bertanggungjawab atas musnahnya ikan tuna, di kawasan tempat kedua mereka bergerak. Untuk menghadapinya, teknologi akan dipacu. Lautan akan padat dengan sejumlah besar ladang ikan di bawah permukaannya. Peternakan ini berupa reservasi pemeliharaan ikan, diperlengkapi dengan laboratorium penyelidikan berikut perumahan operatornya. Industri macam baru ini diharap akan mampu menaikkan daya regenerasi ikan sebesar 2000 kali. Jepang sudah merintis percobaannya. Diikuti Norwegia, yang mengembangkan produksi ikan salmon di fyord-fyord, juga Korea dalam usaha memperbesar produksi tiram. Menghadapi krisis makanan, di tahun 2000 akan bermunculan industri bahan santapan yang sulit dibayangkan. Ini akan menggunakan bakteri sebagai bahan utama. Bakteri yang dikenal mampu mengubah substansi sebuah zat -- seperti dalam pembuatan tape dan minuman keras -- akan diperbesar fungsinya untuk bisa memperpanjang sirkulasi, dengan mengulangnya berkali-kali. Yakni mengubah bahan-bahan yang terbuang, kembali menjadi zat-zat berguna. Percobaan di Israel sudah menunjukkan kemunglinan bakteri membuat protein -- dengan jalan memberi makan lembu dengan sisa bahan bakar. Bagaimana caranya, apakah protein itu dibuat di perut lembu atau pada kotorannya, belum lagi dijelaskan. Krisis bahan bakar adalah satu-satunya ciri abad XXI yang sudah menampakkan diri abad ini. Di abad yang akan datang krisis ini akan menerus -- bahkan dengan atau tanpa embargo minyak Arab. Cara-cara mengatasinya sudah pula nampak di masa kini -- dan polanya tak akan mengalami banyak perubahn di masa mendatang. Di sektor transportasi, Eropa nampak sudah memperbanyak jalur kereta api listrik. Prancis sudah menyiapkan sebuah rencana jaringan kereta api yang luar biasa ruwet untuk menghadapi keadaan darurat. Kecepatan sepur ini ditingkatkan tanpa mengadakan perubahan terlalu banyak pada bentuknya. Di tahun 2000, di banyak negara yang terkena krisis bahan bakar, diperkirakan kereta api (yang tak memakai minyak, tentu) bakal masuk kota. Stasiun kereta api akan nampak seperti pemberhentian bis masa kini. Krisis bahan mentah lainnya akan membuat sejumlah negara besar beroperasi mencarinya di dasar laut. Peralatan baru akan digunakan. Sebuah instrumen yang diperlengkapi dengan robot, dinamai telemanipulator, sekarang saja sudah beroperasi di sekitar Irian. Telemanipulator ini dapat membuat sejumlah percobaan dan penyelidikan di kedalaman 900 meter di bawah permukaan samudera. Tanda-tanda operasi ini akan berhasil sudah mulai nampak, malah. Berdasar penyelidikan, dapat dipastikan terdapat kobalt dalam jumlah dua kali lipat di dasar laut -- di samping nikel, tembaga, mangaan. Yang dikhawatirkan bakal terjadi, akibat pencarian harta karun di dasar laut, adalah pertengkaran mengenai batas penguasaan laut yang 200 mil dari pantai. Perdebatan di PBB tentang ini sudah terdengar, akibat konsep Indonesia tentang Wawasan Nusantara: penguasaan laut-antara bagi negara kepulauan. Ini bisa berakibat luas. Venezuela misalnya bisa mengklaim Laut Karibia -- karena terletak di antara induk negeri itu dengan daerahnya yang berupa Kepulauan Dari di tengah Kepulauan Antilen. Tanda-tanda menunjukkan, ciri-ciri ekspansi kuantitatif yang nampak selama seperembat abad yang lalu, akan berubah menjadi ekspansi kualitatif di masa mendatang -- dalam arti senantiasa bergerak dan membutuhkan penguraian. Komputer memainkan peranan sangat penting dalam hal ini. Penemuan tidak lagi berarti sesuatu yang baru, tapi suatu varian. Ciri ini nyata di sektor teknologi. Dan memang ini calon paling kuat pemberi warna abad XXI. Teknologi, yang di awal kemunculannya merupakan agen industri dalam memperbesar produksi, di pertengahan abad XX sudah mulai melepaskan diri. Kini teknologi justru sangat berpengaruh sendirinya, dan mewarnai banyak sektor hidup. Komputerisasi misalnya. Sudah merambat ke kantor-kantor dan berbagai sistem kontrol. Dua dasawarsa yang lalu, komputer hanya bisa ditemukan di laboratorium penyelidikan. Namun monumen keunggulan teknologi adalah penyelidikan ruang angkasa. 20 tahun yang lalu penyelidikan ini masih dianggap usaha perintis -- jauh dari manfaat praktis. Tapi kini teknologi yang sebuah ini sudah nampak memberi tanda-tanda akan menjadi fungsional. Bukan tak mungkin di masa mendatang penemuan-penemuan di bidang ini akan menjadi tulang punggung banyak sektor hidup. Apalagi karena penyelidikan ruang angkasa masa kini tidak lagi mencari jawaban adakah makhluk hidup di berbagai planet di langit biru. Itu bagaimana nanti sajalah. Yang penting sekarang bagaimana memanfaatkan ruang angkasa. Dan teknologi angkasa itu kini sudah memasuki 'periode satelit'. Sekitar 20 tahun, satelit-satelit kecil bergaris tengah 3 meter sudah berkembang menjadi labgratorium ruang angkasa raksasa. Di sekitar tahun 1990 akan dicoba menempatkan manusia di laboratorium itu. Dan bila ini berhasil, di tahun 2000 berpuluh laboratorium jenis ini akan beroperasi menyelidiki luasan langit. Bisa diharap skuadron laboratorium terbang ini akan membongkar rahasia ruang angkasa dalam waktu relatif singkat. Selain memecahkan rahasia hilangnya bobot di ketinggian lepas-bumi, juga diperkirakan akan menemukan berbagai unsur alam yang baru. Di bulan, umpamanya, diduga terdapat sejenis logam yang memiliki kualitas campuran. Juga sejenis kristal yang disebut punya multi dimensi. Bahan-bahan itu diperlukan untuk pembuatan stasiun ruang angkasa yang akan menjadi semacam kota satelit, tempat manusia diharap dapat hidup seperti di bumi. Sampai kini stasiun ruang angkasa ini memang belum ada yang dibuat --karena biayanya yang terlampau mahal. Untuk kaca sebuah pesawat angkasa misalnya, biasanya digunakan berlian. Dapat dibayangkan. Tapi orang bahkan sudah bisa membayangkan sebuah gardu telepon di langit. Belum duapuluh tahun lewat, 1965, ketika satelit komersial Amerika pertama --Intelsat I -- diorbitkan, pesawat itu hanya memiliki 36 saluran. Beberapa tahun kemudian Intelsat IV-A yang diorbitkan sudah memiliki 9000 saluran. Model terakhir ini kemudian diperbaiki dan menghasilkan Intelsat V dengan 25.000 saluran. Dan tahun 1985 Intelsat VI, yang punya 100.000 saluran, direncanakan akan diorbitkan. Lalu menjelang tahun 2000 nanti satelit komersial yang dilepaskan diperkirakan memiliki 1 juta saluran. Saluran yang sedemikian banyak itu memungkinkan pelayanan komunikasi pribadi seperti telepon masa kini. Abad XX yang sering disebut "abad yang indah", akan segera berakhir. Ditandai dengan penyerbuan teknologi ke dunia kesenian dan arsitektur. Pola romantik yang sudah berabad-abad menguasai kedua bidang ini, akan tergeser. Muncul kepekaan macam baru yang tak pernah dibayangkan di masa lalu, yang menghasilkan bentuk-bentuk struktural dengan pola-pola geometrik. 65% dari dunia arsitektur masa kini sudah menggambarkan kepekaan baru tersebut. Di Prancis misalnya dibangun sebuah pusat kebudayaan dengan konstruksi telanjang: sebuah bangunan tanpa mbok, dan nampak seperti jembatan. Di Jepang sudah bisa ditemukan 'hotel kapsul' yang ruang kamarnya sedikit lebih besar dari peti mati. Di dalamnya terdapat berbagai perlengkapan yang dioperasikan dengan komputer. Lengkap memang, tapi tak tahulah apa memang nyaman. ABAD XXI lebih efisien dan maju. Tapi juga sumpek rasa-rasanya. Dan bagaimana dengan agama? Bisakah agama, misalnya, menolong menghindari kesumpekan itu? Ada memang harapan bahwa agama bakal tetap relevan: sebagian orang bahkan mencarinya baik sebagai imbangan maupun pelarian dari dunia teknologi yang pengap dan hiruk-pikuk Akankah agama tetap mempertahankan bentuk-bentuknya maupun klaimnya yang lama. Dan untuk itu kalau perlu menjadi penghambat yang tak berwibawa? Ataukah ia, meski agaknya tidak dengan seluruh pakaiannya yang lama, bisa kembali teguh sebagai peletak motivasi dan kualitas bagi hidup yang tampaknya makin tidak bermakna?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus