MUNGKIN karena panjangnya, sebuah abad lazimnya tidak begitu
intim dengan perasaan orang-seorang. Berbeda dengan tahun. Abad
kebanyakan dipakai untuk menandai zaman, semacam batasan untuk
mengkaji perkembangan yang dicapai manusia keseluruhan.
Tapi baru-baru ini sejumlah orang di Amerika Serikat menyusun
sebuah panitia untuk merayakan malam 31 Desember 1999. Perayaan
yang baru akan diselenggarakan 20 tahun yang akan datang itu
dianggap istimewa karena merupakan saat-saat peralihan abad,
dari XX ke XXI. Ini mengingatkan pada perayaan peralihan abad
Hijri di dunia Islam dari XIV ke V, yang persisnya jatuh
November tahun lalu.
Barangkali memang ada yang istimewa pada peralihan abad Masehi
yang akan datang ini, Abad X tercatat penuh dengan penemuan
yang merunjukkan akselerasi peradaban manusia. Sedang abad XXI
konon disebut-sebut misterius. Melihat perkembangan masa kini,
banyak ahli tak dapat menyimpulkan bakal jadi macam apa dunia di
abad esok.
Bila dikaji, tiga juta tahun yang lalu manusia masih berupa homo
habilis dan baru 100.000 tahun menjadi homo sapiens. Sedang
peradabannya tercatat berproses baru 10.000 tahun terakhir. Dan
dalam proses ini -- sejak 2 abad lalu -- dunia masuk era abad
modern dengan munculnya revolusi industri.
Pada abad XX gelombang kemajuan tiba-tiba menjadi cepat luar
biasa. Perkembangannya mengikuti hukum lipat ganda setiap tiga
tahun. Berdasar perhitungan para futurolog, energi perkembangan
dalam dua dasawarsa terakhir saja sama dengan dua abad di masa
lalu, 75% dari kedahsyatan kemajuan yang terlihat sekarang,
ditemukan belum sampai 30 tahun yang lalu.
Toh kecepatan proses ini konon belum mencapai puncaknya. Masih
bakal menjadi lebih seru. Bila dalam dua dasawarsa terakhir
tempo perkembangan bisa disebut sebagai empat kali dari
sebelumnya, perkembangan pada dua dasawarsa yang akan datang
diperkirakan akan menjadi sepuluh kali dari sekarang. Pantas
kalau para ahli jadi sungkan meramal bagaimana wajah dunia di
tahun 2000. Menurut ukuran sekarang, rautnya bisa menjadi
terlalu acak-acakan.
Menjelang tahun 2000 sejarah akan memperlihatkan kekuatannya
mengubah ciri-ciri zaman. Pola-pola yang ditelurkan revolusi
industri, yang berkembang di abad XX, akan hilang sedikit demi
sedikit. Di awal abad XXI industri konvensional akan menyusut
dengan drastis. Makin membesarnya upaya memasarkan hasil
produksi, akan membuat industri sampai pada titik jenuhnya. Bisa
dipastikan tak akan ada kejutan baru di bidang ini.
Bila industri toh akan menerus, polanya akan berubah. Akan
muncul industri macam baru -- merupakan bagian dari perlombaan
antara teknologi dan krisis bahan mentah. Beberapa gejala sudah
muncul kini.
Industri ternyata menyerbu laut. Sebagai ganti tradisi nelayan
berabad-abad, muncul kini industri perikanan. Uni Soviet
belakangan sudah mengoperasikan kapal-kapal penangkap ikan yang
diperlengkapi pabrik pengolahan, bahkan skuadron pesawat udara,
di kawasan Kutub Utara. Juga Jepang di Samudera Pasifik.
Tak aneh kalau berbagai jenis ikan akan musnah untuk
selama-lamanya. Sekarang saja Uni Soviet bertanggung jawab atas
musnahnya ikan haring, dan Jepang bertanggungjawab atas
musnahnya ikan tuna, di kawasan tempat kedua mereka bergerak.
Untuk menghadapinya, teknologi akan dipacu. Lautan akan padat
dengan sejumlah besar ladang ikan di bawah permukaannya.
Peternakan ini berupa reservasi pemeliharaan ikan, diperlengkapi
dengan laboratorium penyelidikan berikut perumahan operatornya.
Industri macam baru ini diharap akan mampu menaikkan daya
regenerasi ikan sebesar 2000 kali.
Jepang sudah merintis percobaannya. Diikuti Norwegia, yang
mengembangkan produksi ikan salmon di fyord-fyord, juga Korea
dalam usaha memperbesar produksi tiram.
Menghadapi krisis makanan, di tahun 2000 akan bermunculan
industri bahan santapan yang sulit dibayangkan. Ini akan
menggunakan bakteri sebagai bahan utama. Bakteri yang dikenal
mampu mengubah substansi sebuah zat -- seperti dalam pembuatan
tape dan minuman keras -- akan diperbesar fungsinya untuk bisa
memperpanjang sirkulasi, dengan mengulangnya berkali-kali. Yakni
mengubah bahan-bahan yang terbuang, kembali menjadi zat-zat
berguna. Percobaan di Israel sudah menunjukkan kemunglinan
bakteri membuat protein -- dengan jalan memberi makan lembu
dengan sisa bahan bakar. Bagaimana caranya, apakah protein itu
dibuat di perut lembu atau pada kotorannya, belum lagi
dijelaskan.
Krisis bahan bakar adalah satu-satunya ciri abad XXI yang sudah
menampakkan diri abad ini. Di abad yang akan datang krisis ini
akan menerus -- bahkan dengan atau tanpa embargo minyak Arab.
Cara-cara mengatasinya sudah pula nampak di masa kini -- dan
polanya tak akan mengalami banyak perubahn di masa mendatang.
Di sektor transportasi, Eropa nampak sudah memperbanyak jalur
kereta api listrik. Prancis sudah menyiapkan sebuah rencana
jaringan kereta api yang luar biasa ruwet untuk menghadapi
keadaan darurat. Kecepatan sepur ini ditingkatkan tanpa
mengadakan perubahan terlalu banyak pada bentuknya. Di tahun
2000, di banyak negara yang terkena krisis bahan bakar,
diperkirakan kereta api (yang tak memakai minyak, tentu) bakal
masuk kota. Stasiun kereta api akan nampak seperti pemberhentian
bis masa kini.
Krisis bahan mentah lainnya akan membuat sejumlah negara besar
beroperasi mencarinya di dasar laut. Peralatan baru akan
digunakan. Sebuah instrumen yang diperlengkapi dengan robot,
dinamai telemanipulator, sekarang saja sudah beroperasi di
sekitar Irian. Telemanipulator ini dapat membuat sejumlah
percobaan dan penyelidikan di kedalaman 900 meter di bawah
permukaan samudera.
Tanda-tanda operasi ini akan berhasil sudah mulai nampak, malah.
Berdasar penyelidikan, dapat dipastikan terdapat kobalt dalam
jumlah dua kali lipat di dasar laut -- di samping nikel,
tembaga, mangaan.
Yang dikhawatirkan bakal terjadi, akibat pencarian harta karun
di dasar laut, adalah pertengkaran mengenai batas penguasaan
laut yang 200 mil dari pantai. Perdebatan di PBB tentang ini
sudah terdengar, akibat konsep Indonesia tentang Wawasan
Nusantara: penguasaan laut-antara bagi negara kepulauan. Ini
bisa berakibat luas. Venezuela misalnya bisa mengklaim Laut
Karibia -- karena terletak di antara induk negeri itu dengan
daerahnya yang berupa Kepulauan Dari di tengah Kepulauan
Antilen.
Tanda-tanda menunjukkan, ciri-ciri ekspansi kuantitatif yang
nampak selama seperembat abad yang lalu, akan berubah menjadi
ekspansi kualitatif di masa mendatang -- dalam arti senantiasa
bergerak dan membutuhkan penguraian. Komputer memainkan peranan
sangat penting dalam hal ini. Penemuan tidak lagi berarti
sesuatu yang baru, tapi suatu varian. Ciri ini nyata di sektor
teknologi. Dan memang ini calon paling kuat pemberi warna abad
XXI.
Teknologi, yang di awal kemunculannya merupakan agen industri
dalam memperbesar produksi, di pertengahan abad XX sudah mulai
melepaskan diri. Kini teknologi justru sangat berpengaruh
sendirinya, dan mewarnai banyak sektor hidup. Komputerisasi
misalnya. Sudah merambat ke kantor-kantor dan berbagai sistem
kontrol. Dua dasawarsa yang lalu, komputer hanya bisa ditemukan
di laboratorium penyelidikan.
Namun monumen keunggulan teknologi adalah penyelidikan ruang
angkasa. 20 tahun yang lalu penyelidikan ini masih dianggap
usaha perintis -- jauh dari manfaat praktis. Tapi kini teknologi
yang sebuah ini sudah nampak memberi tanda-tanda akan menjadi
fungsional. Bukan tak mungkin di masa mendatang
penemuan-penemuan di bidang ini akan menjadi tulang punggung
banyak sektor hidup.
Apalagi karena penyelidikan ruang angkasa masa kini tidak lagi
mencari jawaban adakah makhluk hidup di berbagai planet di
langit biru. Itu bagaimana nanti sajalah. Yang penting sekarang
bagaimana memanfaatkan ruang angkasa.
Dan teknologi angkasa itu kini sudah memasuki 'periode satelit'.
Sekitar 20 tahun, satelit-satelit kecil bergaris tengah 3 meter
sudah berkembang menjadi labgratorium ruang angkasa raksasa. Di
sekitar tahun 1990 akan dicoba menempatkan manusia di
laboratorium itu. Dan bila ini berhasil, di tahun 2000 berpuluh
laboratorium jenis ini akan beroperasi menyelidiki luasan
langit.
Bisa diharap skuadron laboratorium terbang ini akan membongkar
rahasia ruang angkasa dalam waktu relatif singkat. Selain
memecahkan rahasia hilangnya bobot di ketinggian lepas-bumi,
juga diperkirakan akan menemukan berbagai unsur alam yang baru.
Di bulan, umpamanya, diduga terdapat sejenis logam yang memiliki
kualitas campuran. Juga sejenis kristal yang disebut punya multi
dimensi.
Bahan-bahan itu diperlukan untuk pembuatan stasiun ruang angkasa
yang akan menjadi semacam kota satelit, tempat manusia diharap
dapat hidup seperti di bumi. Sampai kini stasiun ruang angkasa
ini memang belum ada yang dibuat --karena biayanya yang
terlampau mahal. Untuk kaca sebuah pesawat angkasa misalnya,
biasanya digunakan berlian. Dapat dibayangkan.
Tapi orang bahkan sudah bisa membayangkan sebuah gardu telepon
di langit. Belum duapuluh tahun lewat, 1965, ketika satelit
komersial Amerika pertama --Intelsat I -- diorbitkan, pesawat
itu hanya memiliki 36 saluran. Beberapa tahun kemudian Intelsat
IV-A yang diorbitkan sudah memiliki 9000 saluran. Model terakhir
ini kemudian diperbaiki dan menghasilkan Intelsat V dengan
25.000 saluran. Dan tahun 1985 Intelsat VI, yang punya 100.000
saluran, direncanakan akan diorbitkan.
Lalu menjelang tahun 2000 nanti satelit komersial yang
dilepaskan diperkirakan memiliki 1 juta saluran. Saluran yang
sedemikian banyak itu memungkinkan pelayanan komunikasi pribadi
seperti telepon masa kini.
Abad XX yang sering disebut "abad yang indah", akan segera
berakhir. Ditandai dengan penyerbuan teknologi ke dunia kesenian
dan arsitektur. Pola romantik yang sudah berabad-abad menguasai
kedua bidang ini, akan tergeser. Muncul kepekaan macam baru yang
tak pernah dibayangkan di masa lalu, yang menghasilkan
bentuk-bentuk struktural dengan pola-pola geometrik.
65% dari dunia arsitektur masa kini sudah menggambarkan kepekaan
baru tersebut. Di Prancis misalnya dibangun sebuah pusat
kebudayaan dengan konstruksi telanjang: sebuah bangunan tanpa
mbok, dan nampak seperti jembatan. Di Jepang sudah bisa
ditemukan 'hotel kapsul' yang ruang kamarnya sedikit lebih besar
dari peti mati. Di dalamnya terdapat berbagai perlengkapan yang
dioperasikan dengan komputer. Lengkap memang, tapi tak tahulah
apa memang nyaman.
ABAD XXI lebih efisien dan maju. Tapi juga sumpek rasa-rasanya.
Dan bagaimana dengan agama? Bisakah agama, misalnya, menolong
menghindari kesumpekan itu?
Ada memang harapan bahwa agama bakal tetap relevan: sebagian
orang bahkan mencarinya baik sebagai imbangan maupun pelarian
dari dunia teknologi yang pengap dan hiruk-pikuk Akankah agama
tetap mempertahankan bentuk-bentuknya maupun klaimnya yang lama.
Dan untuk itu kalau perlu menjadi penghambat yang tak berwibawa?
Ataukah ia, meski agaknya tidak dengan seluruh pakaiannya yang
lama, bisa kembali teguh sebagai peletak motivasi dan kualitas
bagi hidup yang tampaknya makin tidak bermakna?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini