Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

2 Faktor Pengaruhi Peluang Gibran sebagai Calon Gubernur Jakarta 2024: Jokowi dan Megawati

Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka memiliki 2 faktor yang bisa mempengaruhi peluangnya sebagai calon gubernur DKI Jakarta pada pilgub 2024.

26 Juni 2022 | 14.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, namanya terus disebut-sebut sejumlah politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP supaya bisa maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) pada 2024. Meski begitu, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan, peluang Gibran bisa maju dan menang sebagai Gubernur DKI Jakarta 2024 tergantung 2 faktor yang memengaruhinya selama ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Faktor-faktor inilah yang menurut Adi menjelaskan bagaimana Gibran bisa menang sebagai Wali Kota Solo, walaupun sebelumnya anak Presiden Joko Widodo itu tidak pernah sekalipun mau memberikan pernyataan bahwa dia bersedia terjun ke dunia politik. "Kita harus akui Gibran kan sebelumnya bilang enggak mau terjun dalam politik. Kalau diminta statement-nya soal urusan politik Gibran enggak mau, tiba-tiba kemudian jadi wali kota," ucap Adi dikutip dari keterangannya, Ahad, 26 Juni 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun 2 faktor atau variabel politik ini, kata Adi adalah dia sebagai anak presiden dan dia diusung PDI Perjuangan, khususnya mendapat restu Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri. Jika 2 faktor atau variabel politik ini tidak menyertai langkah Gibran dalam Pilkada di DKI Jakarta, Adi ragu Gibran bisa menang.

"Artinya variabel Jokowi pada sosok Mas Gibran ini menjadi penting. Pertanyaannya adalah ketika pilkada serentak dilaksanakan setelah Jokowi enggak jadi presiden apakah mas Gibran tetap semenarik sekarang," ujar Adi. 

Khusus untuk faktor Megawati sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan dalam menentukan kemenangan kadernya di kancah Pilkada, menurut Adi bisa dibuktikan dari bagaimana Ganjar Pranowo kini bisa menduduki jabatan Gubernur Jawa Tengah, dan Joko Widodo sebagai Presiden Indonesia 2 periode.

Pada 2013, Adi mengatakan, tidak ada yang memprediksi Ganjar bisa menang dengan dukungan hanya dari satu partai saja. Tapi, dia melanjutkan, karena Jawa Tengah adalah kandangnya PDI Perjuangan maka Ganjar bisa menang sebagai Gubernur Jawa Tengah hingga saat ini atas restu Megawati.

"Kekuatan politik di Solo dana Jawa Tengah secara umum itu kandangnya. Ganjar kan tidak terlampau terprediksi akan jadi gubernur jauh dibanding kandidat-kandidat lainnya. Tapi karena di situ kandangnya partai, menang dia," ucapnya.

Sementara itu, untuk Presiden Joko Widodo yang mampu menduduki kursi presiden, menurut Adi tak lain karena sikap politi Megawati yang merelakan tiket Capres 2014. Pilihan berat itu menurut Adi diambil Megawati demi kepentingan politil PDI Perjuangan jangka panjang.

"Jangankan keluarga orang lain, Mbak Mega sempat mundur untuk kepentingan politik jangka panjang. Artinya tidak ada jaminan bagi Gibran sekalipun kalau sikap politik Presiden pada 2024 tidak sesuai selera PDIP dan Mbak Mega," ujar dia.

Popularitas Gibran mencapai 70 persen

Dari dua faktor ini, Adi mengatakan, berdasarkan hasil surveinya tingkat popularitas Gibran sebenarnya sudah mencapai angka 70 persen, bersaing dengan nama-nama lain seperti Ahmad Sahroni dan Ahmad Riza Patria. Namun, untuk elektabilitasnya masih rendah.

"Orang secara perlahan sudah terkonfirmasi bahwa Gibran adalah salah satu nominator, tokoh yang dinilai sangat layak maju pada 2024 dalam Pilkada Jakarta, tapi secara elektabilitas memang rendah untuk posisi gubernur," kata Adi.

Tingkat elektabilitas ini rendah, menurut Adi karena berdasarkan hasil survei tertutup yang dia lakukan, orang-orang masih cenderung memilih nama Basuki Tjahja Purnama dan Tri Rismaharini sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 2024 mendatang.

"Pertama tetap Ahok, yang kedua adalah Risma, baru kemudian Gibran. Yang menarik dari Mas Gibran itu kalau diproyeksikan sebagai calon wakil gubernur DKI Jakarta rangking 2. Jadi bisa mengamankan  posisi 2, lawannya cuma satu, AHY. Itu dengan asumsi AHY turun kelas tidak lagi bicara tentang Pilpres," ucap Adi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus