Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) merupakan kondisi kehamilan kembar yang berbagi suplai darah plasenta dalam jumlah tak sama yang mengakibatkan dua janin tumbuh dengan laju yang berbeda. 70 persen dari kembar identik berbagi plasenta, dan 15-20 persen kehamilan ini dipengaruhi oleh TTTS. Kondisi ini tidak terkait dengan apa pun yang ibu lakukan atau tidak lakukan selama kehamilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kembar identik berbagi satu plasenta dan umumnya berada di kantung cairan yang berbeda, kantung ketuban. Jenis kehamilan kembar ini disebut monokorionik (satu plasenta) dan di-amniotik (dua kantung). Pada kembar monokronionik, di-amniotik (kembar mo-di), terdapat pembuluh darah bersama, yang mengalir dari satu kembar ke kembar lainnya di permukaan plasenta. Paling sering aliran darah bersih antara si kembar cukup adil, tetapi ketika ada ketidakseimbangan aliran darah di pembuluh darah ini, sehingga satu kembar mendapatkan lebih banyak pasokan darah daripada yang lain, maka TTTS dapat terjadi. Janin dengan aliran darah lebih banyak disebut kembar penerima, dan janin dengan lebih sedikit disebut kembar donor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Karena donor kembar memiliki lebih sedikit aliran darah, bayi ini tumbuh lebih lambat dan lebih kecil. Bayi itu mengalami dehidrasi dan tidak bisa mengeluarkan banyak air seni. Dengan demikian, kandung kemih kecil atau tidak terlihat dan cairan ketuban mulai menurun. Namun, si kembar penerima memiliki terlalu banyak aliran darah. Ia tumbuh lebih cepat dan lebih besar dari kembaran lainnya. Bayi penerima mencoba untuk buang air kecil berlebih agar tidak memiliki lebih banyak darah, sehingga memiliki kandung kemih yang membesar dan terlalu banyak cairan ketuban.
Melansir laman SSM Health, ada lima tahap Twin to Twin Transfusion Syndrome
Tahap 1: Ada ketidakseimbangan cairan ketuban, dengan jumlah kecil (<2cm) di sekitar kembaran donor dan sejumlah besar di sekitar kembaran penerima (> 8cm). Si kembar seringkali memiliki ukuran lebih dari 20 persen.
Tahap 2: Kandung kemih dari donor kembar tidak terlihat atau tidak mengisi dengan urin selama pemeriksaan USG.
Tahap 3: Ketidakseimbangan aliran darah mulai mempengaruhi fungsi jantung pada satu atau kedua bayi. Ini terlihat pada aliran darah abnormal di tali pusat atau hati si kembar.
Tahap 4: Ketidakseimbangan aliran darah menyebabkan tanda-tanda gagal jantung pada salah satu dari si kembar.
Tahap 5: Satu atau kedua kembar telah meninggal karena TTTS parah.
Untuk kasus Tahap 1, pengamatan mungkin adalah semua yang diperlukan, tetapi untuk Tahap 2 atau kasus yang lebih tinggi, operasi janin mungkin merupakan pilihan terbaik.
Bagaimana cara mendiagnosis TTTS?
Ultrasonografi prenatal rutin akan menunjukkan apakah ada kembar dalam kehamilan, dan kita bisa melihat apakah kembar identik dan berbagi plasenta. Ini adalah penentuan yang kritis karena jika demikian, bayi Anda berisiko terkena TTTS (risiko 15-20%).
Skrining ultrasound dilakukan setiap dua minggu antara 16 dan 24 minggu kehamilan. Jika tanda-tanda TTTS berkembang, seperti tingkat cairan ketuban yang berbeda atau perbedaan pertumbuhan, maka ultrasonografi dapat dilakukan lebih sering untuk menentukan apakah TTTS benar-benar berkembang. Kami akan menentukan tahap TTTS apa yang ada. Ekokardiogram janin (echo) memberi kita lebih banyak informasi tentang fungsi jantung dan anatomi.
Pilihan perawatan Anda tergantung pada tahap TTTS, dan berkisar dari pengamatan hingga operasi laser plasenta.
1. Pengamatan Melalui Ultrasound yang Sering
Kasus Tahap 1 mungkin tidak memerlukan intervensi, tetapi penting untuk memantau perkembangan si kembar secara sering dan dekat, untuk mengesampingkan perkembangan ke tahap 2 atau lebih.
2. Fotokoagulasi Laser Fetoskopi
Dalam kasus Twin To Twin Syndrome Tahap 2 atau lebih tinggi, pada sekitar 16-26 minggu kehamilan, ahli bedah menggunakan laser untuk memblokir pembuluh darah yang berkomunikasi antara kedua janin. Dokter bedah memasukkan lingkup serat optik seukuran ujung pensil ke dalam rahim ibu dan memeriksa seluruh plasenta untuk menemukan pembuluh darah yang bersilangan.
Setelah semuanya dipetakan, serat laser kecil dimasukkan dan energi laser digunakan untuk menghentikan aliran darah di antara si kembar. Memisahkan aliran darah kembar adalah seperti memisahkan plasenta secara fungsional, memungkinkan masing-masing kembar berkembang secara mandiri.
3. Amnioreduksi
Prosedur ini menghilangkan kelebihan cairan dari sekitar kembaran yang lebih besar, mengurangi tekanan amniotik dan mengurangi risiko persalinan prematur. Ini biasanya dilakukan dengan fotokoagulasi laser fetoscopic.