Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SIDANG peninjauan kembali kasus pembunuhan Munir dengan terdakwa Pollycarpus Budihari Priyanto juga menentukan nasib beberapa petinggi Badan Intelijen Negara. Dua saksi menyebut peran para pejabat lembaga mata-mata itu dalam pelenyapan sang aktivis. Tak pelak, nama Abdullah Makhmud Hendropriyono terseret ke pusaran tuduhan. Hendro adalah Kepala BIN saat Munir terbunuh, 7 September 2004. Kamis malam pekan lalu, kepada wartawan Tempo Budi Setyarso, Hendro bicara blakblakan.
Anda mengenal Raden Patma alias Ucok yang mengaku sebagai agen BIN?
Tidak. Banyak sekali personel BIN yang kami tidak mengerti nama aslinya, karena mereka disamarkan. Mereka biasanya agen yang memiliki misi khusus dan sudah lama planted, menempel, di suatu tempat, baik di dalam maupun di luar negeri. Kalau Ucok mengaku sebagai agen BIN sebelum saya berada di situ, bisa ditelusuri. Yang jelas, kalau agen tidak dipakai, itu berarti dia bukan agen lagi.
Bagaimana sebenarnya seorang agen direkrut?
Agen ada dua macam, organik dan non-organik. Belakangan, agen non-organik ditinggalkan setelah BIN memiliki alat intelijen yang canggih, seperti alat penyadapan. BIN nggak lagi perlu informan-informan. Sejak 1986-1987, operasi intelijen tak lagi mengandalkan ban-tuan-bantuan manusia. Sejak itu, yang ada hanya agen organik, yaitu agen yang direkrut dari pegawai negeri sipil, militer, atau polisi. Orang luar nggak ada lagi.
Apakah seorang agen lapangan mengetahui seluruh rencana operasinya?
Tidak. Kami menganut sistem yang disebut kompartementasi. Jangankan orang serendah Ucok, saya saja tidak tahu operasi secara keseluruhan. Sistem kompartementasi dipakai untuk mencegah kehancuran informasi secara keseluruhan. Kita harus bagi-bagi. Kalau semuanya saya tahu, lalu saya diculik, habis diperas informasi rahasia negara yang ada pada saya. Kalau ada seorang informan yang mengaku agen dan kemudian tahu semua skenario besar dari sebuah operasi intelijen, seperti Ucok, dia pasti bermimpi.
Siapa yang memutuskan sebuah operasi intelijen?
Untuk menentukan operasi, tidak pernah ada rapat besar, pleno, seperti rapat partai.
Bagaimana BIN melaksanakan operasi pembunuhan?
Kami ini bukan KGB, bukan CIA, yang suka bunuh-bunuh. Setahu saya, kami nggak pernah melaksanakan misi pembunuhan.
Ucok mengaku mendapat perintah membunuh Munir dari pejabat BIN….
Saya melihat perkembangan kasus ini semakin bias. Terlalu banyak orang dalam BIN yang dituduh terlibat, dan itu tuduhan yang tidak masuk akal. Misalnya, Ucok mengaku bahwa pejabat BIN memerintahkannya menghubungi paranormal Ki Gendeng Pamungkas untuk nyantet. Itu tidak ada dalam kultur BIN.
Ucok menyebut banyak pejabat tinggi BIN….
Banyak yang disebut oleh Ucok itu tidak relevan. Misalnya Wahyu Saronto. Dia dulu kan deputi IV yang membidangi kontra-intelijen. Tugas dan tanggung jawabnya sama sekali tidak ke sana. Memang secara tugas dan kelembagaan, Manunggal Maladi, deputi II yang membidangi penyelidikan dalam negeri, bisa saja berkaitan. Tapi itu harus ada perintah dari saya. Ia nggak mungkin bergerak sendiri. Manunggal juga nggak pernah percaya sama santet-santetan. Operasi intelijen yang betul nggak mungkin menyimpang ke santet. Sekarang BIN sudah menggunakan teknologi.
Apakah BIN biasa melibatkan instansi lain, seperti BUMN, untuk menjalankan operasi?
Selama saya bertugas di BIN, belum ada. Dulu sewaktu masih di Bais (Badan Intelijen Strategis), kerja sama semacam itu memang ada. Bahkan ada orang yang ditaruh di departemen-departemen. Itu karena dulu kita harus membersihkan PKI. Tapi, setelah itu, nggak ada lagi.
Mantan Direktur Utama Garuda Indra Setiawan mengaku menerima surat dari Wakil Kepala BIN untuk menempatkan Pollycarpus ke bagian pengamanan?
Dalam operasi intelijen, hampir tidak pernah ada pernaskahan. Lagi pula, tidak mungkin Wakil Kepala BIN menandatangani surat keluar selama ada saya. Surat penting untuk seseorang juga tidak mungkin dibawa orang lain. Itu nggak masuk akal. Kami punya disiplin organisasi. Bahkan sesama anggota BIN yang bertemu dilarang bertanya soal pekerjaannya. Kami hanya boleh bertanya apa kabar, kesehatannya bagaimana. Tanya ke mana saja sudah bisa dilaporkan ke atasannya.
Dalam kasus Munir, Anda merasa dibidik?
Jelas, arahnya sudah pasti ke saya. Mengapa? Karena kesimpulannya sudah dibuat dulu, sehingga data yang didapat sesat.
Bukankah memang banyak indikasi keterlibatan BIN, seperti hubungan telepon antara pejabat BIN dan Pollycarpus?
Wah, itu saya nggak tahu. Memang kadang-kadang ada orang yang punya penyakit ”sok intel”. Mereka senang sekali kalau mengaku intel. Buat sombong-sombongan. Mereka itu intel Melayu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo