Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ada Lagu Satu Nusa Satu Bangsa Usai Misa Natal di Gereja Katedral

Tahun ini, perayaan Natal di gereja Katedral mengangkat tema 'Menjadi sahabat untuk semua orang'.

25 Desember 2019 | 15.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana misa malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta, Selasa, 24 Desember 2019. Misa malam Natal akan digelar tiga kali di gereja ini. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jemaat Gereja Katedral menyanyikan lagu Rayuan Pulau Kelapa dan Satu Nusa Satu Bangsa di ujung misa Natal hari ini. Lagu tersebut dinyanyikan juga bertepatan dengan kedatangan komunitas lintas agama dan etnis yang datang berkunjung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Uskup Agung Jakarta Ignatius Kardinal Suharyo menyebut menyanyikan lagu nasional tersebut karena makna Natal juga sebagai cinta tanah air. "Jadi tadi saya di pengujung doa penutup mengajak menyanyi lagu rayuan pulau kelapa yang tidak ada dalam teks panduan ibadah," ujarnya di Gereja Katedral, Rabu, 25 Desember 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suharyo mengatakan bahwa perayaan Natal tahun ini harus kontekstual dengan kondisi hari ini. Menurut dia, saat ini persaudaraan dan persatuan di Indonesia sedang dihadapkan pada isu ujaran kebencian, politik identitas dan intoleransi.

Adapun tahun ini, perayaan Natal di gereja Katedral mengangkat tema 'Menjadi sahabat untuk semua orang'. Tema tersebut diambil dalam rangka merajut persaudaraan dan persatuan berbangsa bernegara.

Menurut Suharyo, lahirnya bangsa Indonesia sendiri adalah dari rasa persatuan saat berhasil mengatasi perpecahan yang dibentuk oleh penjajah. Maka, menjalani hidup sebagai sahabat bagi semua orang merupakan salah satu cara untuk melawan isu-isu tersebut. "Maka dipilih ajakan menjadi sahabat ini untuk melawan arus ujaran kebencian politik identitas intoleransi," kata dia.

Adapun komunitas lintas agama dan etnis yang datang ke gereja Katedral saat perayaan Natal merupakan bentuk toleransi. "Singkat kata kami dari komunitas datang untuk menguatkan silaturahmi, sambung rasa, karena kami percaya setiap agama menuju jalan kasih sayang," ujar Yudilatif, salah satu perwakilan komunitas.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus