Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Ada ‘Prabowo’ di Jalak Harupat

Elektabilitas Jokowi-Ma’ruf menempel ketat Prabowo-Sandiaga di Jawa Barat. Isu agama dan PKI mempengaruhi calon pemilih.

23 Februari 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ma’ruf Amin saat berkampanye di Desa Cigugur Girang, Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 20 Januari 2019. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENYAMPAIKAN visi dan misi dalam debat calon presiden, Ahad pekan lalu, Joko Widodo menyatakan pemerintah sudah membersihkan sungai-sungai yang tercemar. Jokowi lalu menyebut nama Sungai Citarum. “Kami sangat berterima kasih sekali terhadap dukungan seluruh masyarakat Jawa Barat,” ujarnya. Jokowi menyatakan “Citarum Harum”—program pembersihan sungai sepanjang 269 kilometer tersebut—menjadi contoh perbaikan lingkungan di daerah lain.

Sehari setelah pernyataan Jokowi itu, Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Maman Imanulhaq, mengaku menerima pesan pendek berisi ucapan terima kasih dari sejumlah penduduk Jawa Barat. “Masyarakat Jawa Barat senang disapa,” kata politikus Partai Kebangkitan Bangsa asal Sumedang, Jawa Barat, ini kepada Tempo, Senin pekan lalu.

Citarum membentang dari Pangalengan, Kabupaten Bandung, hingga Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Nasional Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Ichsan Firdaus mengatakan kawasan Citarum potensial menjadi lumbung suara di Jawa Barat. “Ada hampir seribu desa dilintasi Citarum, dengan potensi 4,8 juta suara,” ujar anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Golkar ini.

Menurut Maman Imanulhaq, Jokowi menaruh perhatian khusus terhadap Jawa Barat. Sebab, pada pemilihan presiden 2014, Jokowi-Jusuf Kalla hanya mendulang 40,22 persen suara dan cuma unggul di empat kabupaten/kota, yaitu Kota Cirebon serta Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Subang. Lawannya, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, menang di 22 kabupaten/kota.

Kekalahan itu, kata Maman, menjadi alasan Jokowi memilih lebih sering tinggal di Istana Bogor sejak dilantik sebagai presiden pada Oktober 2014. Jokowi, menurut Maman, lebih dari 20 kali berkunjung ke berbagai daerah di Jawa Barat.


 

Sigi Indikator menunjukkan Jokowi unggul di kawasan perdesaan, sedangkan Prabowo menang di perkotaan. Menurut Maman, saat ini jagoannya masih kalah di sejumlah daerah, seperti Sukabumi, Kota dan Kabupaten Bogor, Depok, Tasikmalaya, serta Bekasi. Sebagian besar wilayah itu, kata Maman, merupakan basis Partai Keadilan Sejahtera, yang mengusung Prabowo-Sandiaga.

 


 

Survei Indikator Politik Indonesia sejak akhir Desember hingga 5 Januari lalu terhadap 1.600 responden di Jawa Barat menunjukkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf hanya berselisih dua persen dengan lawannya. Dalam survei pesanan tim Jokowi yang tak disiarkan ke publik itu, elektabilitas Prabowo-Sandiaga mencapai 46 persen, sedangkan Jokowi-Ma’ruf 44 persen. Anggota DPR dari Partai Gerakan Indonesia Raya, Sodik Mudjahid, mengklaim hasil survei internal Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga justru menunjukkan elektabilitas pasangan itu unggul jauh, mencapai 70 persen.

Sigi Indikator menunjukkan Jokowi unggul di kawasan perdesaan, sedangkan Prabowo menang di perkotaan. Menurut Maman, saat ini jagoannya masih kalah di sejumlah daerah, seperti Sukabumi, Kota dan Kabupaten Bogor, Depok, Tasikmalaya, serta Bekasi. Sebagian besar wilayah itu, kata Maman, merupakan basis Partai Keadilan Sejahtera, yang mengusung Prabowo-Sandiaga.

Menggarap pemilih perkotaan, kubu Jokowi mengandalkan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Anggota Tim Sebelas—kelompok yang pada 2014 dan 2019 aktif memenangkan Jokowi—Muradi, mengatakan Ridwan bertugas menggaet suara dari pemilih milenial perkotaan dan emak-emak. Tim Jokowi juga aktif menggalang dukungan dari anggota Viking, kelompok pendukung Persib Bandung.

Ketua Umum Viking Persib Club Heru Joko mengatakan Jokowi mendapat dukungan dari sebagian besar bobotoh, julukan pendukung Persib, yang totalnya diperkirakan berjumlah 6 juta orang. “Banyak anggota Viking mendukung Jokowi,” ujar calon anggota DPRD Kota Bandung dari Partai NasDem itu.

Namun, ketika Ridwan Kamil datang ke Stadion Si Jalak Harupat pada Senin pekan lalu, saat jeda laga Persib versus Arema, teriakan “Prabowo” menggema. Sodik Mudjahid, anggota DPR dari Gerindra yang berasal dari daerah pemilihan Jawa Barat I, yang meliputi Kota Bandung dan Cimahi, mengatakan kubunya juga menggalang dukungan dari bobotoh. “Banyak pendukung Persib memilih Prabowo,” ujar Sodik.

Di Jawa Barat, provinsi dengan pemilih terbanyak, yakni lebih dari 33,2 juta suara, Jokowi-Ma’ruf berhadapan dengan sejumlah isu, seperti keislaman. Survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan mayoritas warga Jawa Barat mengetahui aksi 2 Desember 2016 atau 212, gerakan unjuk rasa menuntut Gubernur DKI Jakarta saat itu, Basuki Tjahaja Purnama, dipenjarakan karena menjadi tersangka kasus penodaan agama. Sikap mereka terhadap gerakan itu—dan juga Reuni 212 yang digelar Desember tahun lalu—positif. Pendukung Prabowo beririsan dengan pendukung gerakan tersebut.

Sandiaga Uno saat berkampanye di Cibaduyut, Bandung, 23 Januari 2019. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Isu lain yang dihadapi Jokowi adalah tudingan bahwa dia melindungi anggota Partai Komunis Indonesia. Berdasarkan survei Indikator, masih ada 21 persen penduduk Jawa Barat yang percaya bahwa PKI bangkit meski sudah dibubarkan pada 1966. Sekitar 18 persen penduduk percaya bahwa kebangkitan itu terjadi pada masa pemerintahan Jokowi, sedangkan 9 persen penduduk meyakini Jokowi melindungi anggota PKI.

Eko Wiratmoko, Sekretaris Jenderal Cakra 19, organisasi pendukung Jokowi-Ma’ruf yang mayoritas anggotanya purnawirawan tentara, mengatakan anak buahnya rajin berkeliling ke sejumlah pesantren dan majelis taklim di Jawa Barat. Januari lalu, mereka berkeliling di Bogor, Sukabumi, Cianjur, dan kawasan Bandung untuk mengkampanyekan keberpihakan Jokowi kepada kaum muslim. Tim Cakra mencontohkan peresmian Hari Santri yang terjadi pada era Jokowi. Mereka juga membandingkan keislaman Jokowi dan Prabowo. “Sudah jelas Jokowi lebih islami,” ujar purnawirawan bintang tiga itu.

Anggota Tim Sebelas, Muradi, mengatakan kubunya juga sangat terbantu dengan beredarnya tabloid Indonesia Barokah di pesantren-pesantren. Beredar pada Desember 2018, tabloid itu menampilkan Jokowi sebagai pendukung kaum muslim, misalnya dengan pembentukan bank wakaf mikro di berbagai pesantren. Tabloid ini—kubu Prabowo menuding cucu pendiri Nahdlatul Ulama, Hasyim Asy’ari, Irfan Wahid, sebagai inisiatornya meski Irfan membantah—mengkritik gerakan 212 dan mempertanyakan keislaman Prabowo. “Saya tidak tahu siapa yang bikin, tapi tabloid itu efektif memberikan penjelasan kepada warga pesantren,” ujar Muradi.

Sekretaris Umum Dewan Pengurus Wilayah PKS Jawa Barat Abdul Hadi Wijaya mengatakan tabloid itu sempat mempengaruhi pendirian pemilih Prabowo. “Tapi kami bergerak cepat memberikan penjelasan bahwa isi tabloid itu tidak benar,” ujar Hadi.

Perang di antara kedua kubu juga terjadi di basis nelayan di utara dan selatan Jawa Barat. Hasil survei Charta Politika sejak akhir Desember hingga awal Januari lalu menunjukkan elektabilitas Jokowi di kalangan nelayan dan petani tambak sebesar 43,5 persen, kalah dibanding Prabowo, yang mencapai 52,2 persen. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Ono Surono, mengatakan merosotnya dukungan nelayan di kawasan utara dan selatan itu akibat kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang melarang penggunaan cantrang, alat penangkap ikan yang bisa merusak ekosistem bawah laut.

Susi menolak menanggapi kebijakannya soal cantrang yang dipakai kubu Prabowo untuk menyerang Jokowi itu. “No comment,” ujarnya.

PRAMONO, DEVY ERNIS, RAYMUNDUS RIKANG, DEDEN ABDUL AZIS (CIANJUR)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus