Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Agama baru amerika: kesegaran jasmani

Demam lari di a.s. menurut penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, ternyata jogging tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan, bahkan bisa menjadi semacam penangkal segala penyakit.

25 Desember 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MASIH dini hari, ketika mereka menyepak selimut dan berlompatan ke luar rumah. Tak peduli musim hujan, musim panas atau cuaca buruk. Apalagi jika langit cerah. Dan bagai rayap keluar dari sarangnya, berhamburan mereka mengisi gang-gang di kampung-kampung, jalan-jalan setapak yang lengang di desa-desa dan taman-taman kota. Itulah para jogger, tukang lari pagi di Amerika. Ditakar kasar ada 20 juta jumlahnya. Begitu yakin dan fanatiknya mereka, bahwa 'hanya' dengan berlari tubuh bisa dibikin sehat dan wajah mampu bertahan muda. Bersama rekan-rekan mereka para petenis, pelintas alam, pendaki gunung, pedansa aerobik, perenang dan pejalan jarak jauh, jumlah mereka melipat tiga setengah kali. "Sekitar 72 juta orang Amerika telah memeluk agama baru: kesegaran jasmani," tulis Kevin McKean dalam majalah Discover. Dengan bantuan reporter Wayne Villaneuva, Mc Kean berusaha memburu penjelasan ilmiah: berapa jauhkah sebenarnya manfaat (atau kerugian) jogging itu? Benarkah ia bisa menjadi semacam penangkal segala penyakit, dari diabetes sampai depresi? Memang, di samping terdapat 'Lasykar kesegaran jasmani', terdapat juga lasykar lain--jauh lebih kecil jumlahnya--yang mencoba membuktikan benar tidaknya penghamburan keringat itu dilihat dari segi kesehatan. Mereka adalah para ilmuwan. Lalu kelinci-kelinci percobaan dikumpulkan. Terdiri dari kaum dewas yang sehat segar sampai anak-anak berpenyakitan, dari monyct yang digiring jalan-jalan sampai ke babi piaraan yang diajak jogging. Setelah dipasangi berbagai peralatan, dan dilatih di bawah persyaratan tertentu, para peneliti menghimpun sejumlah besar data ilmiah yang musykil. Hasil-hasil yang diperoleh dari percobaan-percobaan yang paling baru dan lengkap ternyata memang mengejutkan. Untuk membuat orang merasa lebih baik, membantu mereka mengurangi berat badan dan mempertinggi stamina, latihan-latihan terbukti bermanfaat. "Latihan yang benar," kata sang penulis, "dapat memperkuat jantung dan sistem pembuluh darah, cenderung mencegah berjangkitnya sejumlah penyakit, dan malah mungkin dapat memperpanjang usia." Masih belum lama lampau ketika latihan berat hanya diperuntukkan bagi orang muda. Tapi kini para dokter antusias sekali mendorong-dorong semua tingkatan usia, lelaki-wanita, tua-muda, untuk melakukan olahraga yang berkuah keringat itu. Berkata James Birren, Direktur Pusat Gorontotogi Andrus dari University of Southern California: "Asal sehat, dalam usia berapa pun, orang tak usah takut membanting tulang atau memeras keringat dalam batasbatas kemampuannya." Bahkan yang dijangkiti penyakit gula (diabetes), jantung atau ginjal, dianjurkan melakukan latihan sedang sebagai bagian dari penyembuhan. Karyawan 'krah putih' yang duduk seharian di belakang meja, menyedot sejumlah maksimum sekitar 30 mililiter oksigen per kilogram dari berat badan per menit--dan hanya mampu membangkitkan tenaga sekitar 1.100 watt. "Suruh orang itu ikut latihan yang terprogram secara teratur," McKean menulis, "dan hasilnya menunjukkan perubahan yang mencengangkan." Jantung menjadi tambah kuat dan tambah besar. Paru-paru berkemampuan lebih, dan itu membuat nadi lebih santai dan tekanan darah menurun. Jika orang tersebut tidak menambah porsi makannya, berat badan akan turun--dengan kata lain memperkecil kesempatan bagi guncangan dan serangan jantung. TENGOKLAH dari balik mikroskop, akan terlihat sel darah merah bertambah dan lebih efisien 'mengikat' oksigen. Sel otot menjadi lebih besar, lebih banyak, dan memperoleh lebih banyak mitocondria, sel-sel hasil 'pabrik energi'. Manfaat yang didapat adalah kemampuan melakukan lebih banyak pekerjaan fisik dengan tekanan (train) yang lebih rendah. Atlet klas olimpiade seperti Alberto Salazar, pemegang rekor dunia maraton, mampu memanfaatkan 80 mililiter oksigen per kilogram dari berat badan per menit. Atlet angkat besi juara Uni Soviet Vasily Alexeyev sanggwp membangkitkan tenaga dari tubuhnya sebesar 2.400 watt. Bandingkan dengan si karyawan 'krah putih' tadi. Karena latihan fisik cenderung memperkuat jantung, beralasan untuk menyimpulkan bahwa ia juga mampu mencegah penyakit jantung. "Ini hasil studi yang sudah berlansung lama," sang penulis menulis. Konon sudah dimulai sejak tiga dasawarsa yang lalu, penelitian kini melaporkan bahwa para kondektur bis tingkat di kota metropolitan London--yang saban-saban harus naik-turun--lebih sedikit kena serangan jantung ketimbang sopirnya. Namun penelitian itu sebenarnya belum sempat menjernihkan keraguraguan ini: benar mampukah aktivitas fisik itu mencegah timbulnya penyakit jantung--atau hanya berlaku bagi orang yang jantungnya lebih sehat? Siapa tahu yang jantungnya lebih jelek malah akan mendapat pengaruh jelek? Di Universitas Boston, AS, digunakan 27 ekor macaques Malaysia sebagai kera percobaan. Monyet-monyet itu disuruh berlari-lal i pada jentera (treodmill) dengan kecepatan di atas 2% km per jam. Sebagian kemudian diberi makanan berkolesterol tinggi, yang mengakibatkan atherosclerosis alias tumpukan berlemak di saluran darah. Dari mereka ini, separuhnya tetap melanjutkan latihan fisiknya, sementara yang lain disuruh hidup bersantai-santai. Setelah 23 bulan, kelompok monyet pertama berpingsanan dan bermatian. "Karena jantungan," ungkap McKean. Ada pula yang mati karena debur jantung yang abnormal selama percobaan. Setelah 36 bulan, saat kedua kelompok binatang itu mati dan dibedah, Dr. Dieter Kramsch dan rekan-rekannya menyimpulkan: monyet-monyet yang jogging betapa pun lebih sedikit tumpukan lemaknya dalam saluran darah ketimbang rekan sebangsanya yang bermalas-malas. Satu-satunya kekecualian adalah si jogger pemalas yang menolak lari-lari lebih lama dari sepuluh menit untuk tiap rit. "Saluran darahnya tersumbat parah," tulis sang pengarang. Studi serupa juga dilakukan terhadap babi. Terbukti mengisyaratkan pula bahwa latihan masih tetap bermanfaat kendati tumpukan lemak di saluran darah anda sudah mapan. Ilmuwan Universitas California di San Diego, AS, melatih sekelompok babi kecil dari Yucatan. Mereka diajak lari-lari sekitar seratus n1il seminggu. Dan Dr. Colin Bloor bersama peneliti Frank White sampai pada kenyataan, jantung babi yang jogging memang berkembang lebih besar. Ini memperlancar aliran suplai darah, dan mampu mengurangi 42% ancaman terhadap kerusakan jaringan jantung. Pada babi yang santai, jaringan jantung berhasil terselamatkan hanya 17%. "Karena jantung babi mirip punya manusia, penelitian Bloor menunjukkan bahwa latihan berat pada manusia dapat mencegah serangan jantung," tulis Mc Kean. "Atau setidak-tidaknya menguranginya, bagi yang jaringan saluran koronernya mulai rusak." Kini para ilmuwan percaya, pengaruh latihan yang hersifat melindungi boleh jadi sebagian terletak pada perubahan-perubahan yang timbul dalam kadar kolesterol dan unsur lemak lainnya yang beredar dalam darah, yang membantu terciptanya tumpukan ctherosclerotic. Latihan agaknya dimaksudkan agar kadar lebih tinggi dari salah satu kelompok lemak, yang dikenal sebagai lipoprotein berkepadatan tinggi (HDL), mampu memindahkan tumpukan lemak dari sistem sirkulasi darah. Pada waktu bersamaan, hal itu dapat memperendah kadar trigglycerides dan lipoprotein berkepadatan rendah (LDL), jenis lemak yang berimplikasi di dalam penumpukan. NAMUN studi terakhir di Stanford berhasil menambahkan satu kualifikasi penting kepada kesimpulan ini. Sebuah tim peneliti yang dipimpin Peter Wood dan Paul Williams merekrut 81 karyawan pria universitas tersebut, untuk program latihan selama satu tahun. Dan ternyata efek latihan tidak cukup mencapai penambahan kadar HDL yang dimaksud. Efek itu biasanya tercipta jika orang yang berlatih berhasil mencapai 70 sampai 85 persen batas maksimum rata-rata dari ukuran teoritis yang diberikan (dihitung menurut usia dari angka 220) untuk sekurang-kurangnya 20 menit dalam tiga kali seminggu. Dengan demikian, misalnya, untuk seorang berusia 35 tahun, batas maksimum rata-rata secara teoritis 185 detak jantung per menit, dan itu dapat dilatih dengan 130 sampai 157 hentakan per menit. Jogger yang lamban mungkin dapat meraih efek latihan hanya dengan berlari lima sampai enam mil seminggu. Tapi kelornpok Stanford melihat para pegawainya mampu berlatih keras-sepuluh mil seminggu atau lebih-dalam usaha ingin mencapai batas atau kadar HDL yang lebih tinggi. Para peneliti Stanford melihat, orang yang mulai dengan kadar HDL yang lebih tinggi cenderung mampu berlatih lebih lama. Ini menimbulkan kemungkinan baru bahwa manfaat latihan, sebagiannya, tergantung pada seleksi yang berlangsung dengan sendirinya. Yang kadar HDL-nya lebih tinggi lebih mampu terlibat dalam olahraga. Paradoks yang sama juga menimpa studi tentang latihan dan penyakit tekanan darah tinggi. Toh para dokter acap menganjurkan latihan sedang untuk yang hampir menderita tekanan darah tinggi. Soalnya kondisi fisik yang baik cenderung membawa kemerosotan pada tekanan darah--walaupun ikhtiar itu tempo-tempo saja berhasil. Bahkan, untuk kebanyakan penyakit bukan jenis jantung, latihan sebagai penyembuh sebenarnya masih tetap satu keragu-raguan. Dokter menganjurkan latihan ringan untuk penderita diabet (penyakit gula), setelah melihat bahwa itu bisa membantu sel-selnya lebih mampu menggunakan insulin-hormon pengontrol gula yang memang kurang mereka punya. Anak-anak penderita bengek juga bisa tertolong dengan berenang secara teratur-kendati latihan yang kelewat ngotot sering justru mengakibatkan seseorang kena penyakit yang dikenal pula dengan nama asma itu. Contoh menyolok pengobatan melalui latihan jasmani dapat dilihat di Pusat Kesehatan Universitas Washington di St. Louis, AS. Di sana, tiga kali seminggu, Erik Runnels (10 tahun) melakukan latihan lari di lintasan yang berada dalam gedung. "Musim gugur lalu Erik begitu lemahnya karena ginjalnya dobrak," lapor sang pengaran. Tiga kali serninggu ia memperoleh 'garapan' dialysis. Pan, dalam katakata dokter yang merawatnya, ia "tampak seperti segera akan mati." Tapi setelah dua minggu, Erik ternyata telah mampu berlari tiga mil dan kemudian mengayuh sepeda di tempat, selama 20 menit, sebagai tambahan. Erik salah seorang di antara sekelompok anak yang ginjalnya keropos, yang ambil bagian dalam program latihan pimpinan Dr. Andrew Goldberg dan Dr. Frank Walker itu. Setelah suatu studi percontohan dengan orang-orang dewasa, program itu membuktikan bahwa latihan fisik mampu mengembangkan kadar HDL dengan 25 %, melipatduakan jumlah sel darah merah, dan mengurangi penggunaan obat tekanan darah. Bagi anak-anak, program latihan kclihatannya juga mendorong dimulainya kembali pertumbuhan tubuh yang terhenti akibat penyakit ginjal. Programnya sendiri tidak mudah: separuh dari pcserta terpaksa mengundurkan diri karena merasa amat berat. Tapi kata Dr. John Hollozy, rekan Goldberg, "satu hal yang besar adalah, ini penyembuhan yang fundamental. Tanpa obat. Tanpa tipu muslihat." Paradoks latihan adalah bahwa tekanan fisik, jika dilakukan tanpa berkelebihan, dapat mengurangi penuaan fisik akibat usia. Berkata Herbert de Vries, ahli latihan fisik dari University of Southern California: "Hal yang dianggap bisa menuakan ternyata tidak sama sekali. Anggapan hosong." Rata-rata orang memperoleh satu pon berat badannya sambil kehilangan setengah pon jaringan setiap tahun, pada usia 35-65 tahun. Dan latihan ternyata mampu menumbuhkan jaringan itu, sekaligus memperlambat proses penuaan. Para peneliti Universitas Miami, pimpinm Morris Rockstein dan Tomas Lopez, kembali membuktikan pengaruh latihan terhadap jantung. Mereka berhasil menggiring 4 tikus laboratorium ke dalam suatu latihan berenang di dalam sebuah tangki air. Akhirnya mereka mati--masing-masing dalam jarak waktu berbeda, antara dua dan 18 bulan. Setelah dilakukan pembedahan dan pengulaian terhadap otot jantungnya, terbukti bahwa aktivitas apa yang disebut enzyme adenosine trophosphatase (ATPase), secara substansial lebih tinggi pada tikus-tikus yang dipaksa berenang tadi ketimbang pada rekan-rekannya yang hidup santai. Penemuan ini cukup berarti karena ATPase adalah rantai yang vital dalam kegiatan pemompaan jantung, dan sebuah pengurangan dalam aktivitasnya memberi tanda kemunduran jantung. Ada kasus menarik, tentang Johnn Kelly. Pada usia 74, pensiunan ahli listrik ini mampu ikut maraton Boston ke-51 musim semi lalu, dalam waktu di atas sedikit dari empat jam. "keperkasaan yang pantasnya dilakukan dalam usia separuhnya," komentar penulis. Para dokter konon tak yakin apakah seorang 'Kelly' yang lain mampu menunjukkan vitalitas serupa. Siapa tahu soalnya Kelly mempunyai gene yang baik (usia ayahnya sempa mencapai 96 tahun). Tapi banyak ahli percaya, dua faktor itu--gene dan latihan-saling menunjang dalam memperpanjang umur. Tapi latihan fisik bukan tanpa risiko. Berkata Dr. Jerome Tobis, ketua rehabilitasi dan pengobatan fisik Universitas California: "Orang cenderung menganggap latihan keras sama nilainya dengan obat baru. Mereka berpikir, mentang-mentang hal itu memang menolong, lalu seluruhnya bertumpu di sana." Kata Tobis, sikap berat sebelah ini jauh dari betul. Ada masalah khusus bagi wanita muda: gadis-gadis yang melakukan latihan fisik berat menjadi tertunda haidnya yang pertama, atau datang bulan tidak cocok. Sejumlah dokter bcrpendapat, ini karena tubuh mereka menjadi sangat tipis. Penelitian menunjukkan, wanita bisa menjadimandul jika lemak tubuhnya melorot 17% dari berat totalnya. Namun haid yang tertunda atau terlewat masih dianggap tidak berakibat jelek. Hanya saja ada kekhawatiran serius, latihan fisik berat dapat menghambat pertumbuhan. Kecurigaan ini tumbuh setelah para dokter menyimak sejumlah bintang maraton cilik yang cenderung bertubuh mungil. Namun penelitian masih berlangsung terus untuk membuktikan apakah latihan yang berkelebihan bisa menekan hormon pertumbuhan itu. Berkata Dr. Steve Atwood, pediatrik dari Universitas Columbia: "Tindakan bagus dari New York Maraton, yang melarang anak-anak di bawah usia sepuluh turun ikut lari. Masih merupakan kasus di mana-mana, sampai kita dapat menyimpulkan apakah latihan berat memang sesuai untuk anak-anak." Malahan untuk yang tua-tua, bahaya juga bukan sama sekali tidak ada. Banyak dokter menganjurkan agar orang di atas usia 35 ikut pemeriksaan dulu sebelum melakukan kegiatan atletik. Dalam tes itu jantung dilihat dan dicoba latih daya tahannya terhadp kepayahan--sementara sebuah alat pintar bernama electrocar diogram melacak hal-hal yang mungkin bisa membuat celaka. Satu hal, tes yang berawas-awas itu sendiri membuktikan bahwa, ternyata, hanya ada satu akibat fatal dari setiap 10 ribu kasus. Hal lain: suasana yang "kelewat bersungguh-sungguh" dari suatu penyelidikan bisa "bereaksi palsu"--yang mendorong seorang dokter menyimpulkan dugaan tertentu berkaitan dengan penyakit jantung. Padahal tidak. Ada uji coba yang baru dan lebih musykil, yang disebut gated blood pool study. Di sini para dokter dapat bertindak, jika mereka mencurigai bahwa salah satu kamar jantung tidak memompa secara normal. Lalu sang pasien disuntik sejenis unsur radioaktif technitium, yang dapat diserap sel-sei darah merah. Di saat itu pula para dokter memonitor pancaran gelombang-gelombang jantung, untuk menentukan jumlah darah yang mengalir melalui tiap kamar. Informasi jenis ini memungkinkan seorang spesialis menentukan golongan latihan yang paling sesuai, dalam rangka membantu membangkitkan organ yang rusak. LATIHAN-latihan fisik tetap berlanjut. Paling tidak, mereka berpegang teguh pada keyakinan bahwa secara psikologis aktivitas fisik itu menghasilkan semacam kesegaran. Padahal penelitian yang sempat dilakukan di kalangan polisi, mahasiswa dan pasien penyakit jantung membuktikan, mereka yang merasa lebih optimistis setelah melakukan latihan-latihan ringan ternyata tidak membuahkan efek latihan seperti yang diduga. Latihan fisik itu, terbukti juga, bisa mendorong mental pasien menderita tekanan berat. Misalnya, agaknya, karena harus berdisiplin demikian rupa. Alasan-alasan demi manfaat psikologis memang jelas: latihan bisa meningkatkan stamina, merangsang kegiatan kerja, menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan diri, mendorong partisipasi kelompok. Latihan "meningkatkan batas ambang dalam aliran darah, dari unsur alam mirip morfin yang disebut beta-endorphin. Dan jenis kimia ini dapat mempertinggi suasana hati (mood)." Para peneliti masih belum sependapat bagaimana menjabarkan yang disebut 'ketinggian pelari' (runner's high). Belum berhasil pula sebuah penelitian menyimpulkan jenis kimia apa konon yang menyebabkan para pelari jarak jauh 'menderita' euphoria, perasaan bersemangat yang berlebih-lebihan. Apa pun dasar psikologisnya, dorongan mental yang diperoleh dari latihan fisik memang merupakan alasan bagus banyak orang untuk tetap aktif. "Dan jika latihan benar-benar memperpanjang usia dan mencegah penyakit, kegilaan akan kesegaran jasmani itu--secara definitif--akan menjadi bahan penelitian terpanjang dalam sejarah ilmu kedokteran."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus