Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Kepala Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung, Nuning Nuraini, mengatakan berakhirnya wabah Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Indonesia bergantung pada perilaku masyarakat. Semakin banyak orang yang tidak melakukan jaga jarak, semakin lama pandemi berakhir. "Kalau ditanya kapan puncak dan akhir, jawabannya tergantung kita," kata Nuning kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan pemodelan matematika buatannya, Nuning mendesain proyeksi dengan keadaan yang berbeda. Pada proyeksi dengan orang-orang melakukan kontak sebanyak 10 persen, puncak pandemi akan terjadi pada Mei dan mulai menurun sepanjang Juni. Adapun jika orang-orang yang melakukan kontak fisik sebanyak 30 persen, puncak pandemi diperkirakan terjadi pada Juni hingga Juli. "Jadi, tinggal memilih mau skenario yang seperti apa," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut hitungan Nuning, saat ini, ada sekitar 25,5 persen warga DKI Jakarta yang melakukan kontak. Angka ini diperoleh dari data harian pasien positif, pasien dalam pengawasan, pasien sembuh, hingga pasien meninggal. Dengan parameter itu, Nuning memprediksi puncak pandemi corona akan terjadi pada Juni dan berakhir pada akhir Juli atau awal Agustus. "Kalau mau lebih cepat, ya harus lebih patuh dan pemerintah harus lebih tegas," ujar dia.
Hingga kemarin, jumlah kasus Covid-19 yang terkonfirmasi di seluruh Indonesia mencapai 9.771 orang dan menyebar di 34 provinsi. Sebanyak 1.391 orang dinyatakan sembuh dan 784 pasien meninggal. Sementara itu, jumlah pasien dalam pengawasan yang belum diketahui hasil tesnya sebanyak 21.653 orang. Juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, mengatakan tak ada penambahan kasus di 12 provinsi dalam sehari kemarin.
Pemerintah menargetkan pandemi Covid-19 di Indonesia akan berakhir pada Juni. Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Doni Monardo, mengatakan pemerintah akan mengupayakan agar masyarakat bisa mulai hidup normal pada Juli. Untuk itu, Doni mengatakan, Gugus Tugas akan melaksanakan pelacakan yang agresif serta isolasi yang ketat.
Target pemerintah untuk menuntaskan wabah corona di Indonesia berkaitan dengan prediksi Tim Pakar Gugus Tugas Covid-19. Pada pertengahan April lalu, Ketua Tim Pakar Wiku Adisasmito mengatakan puncak masa pandemi virus corona di Indonesia diprediksi akan terjadi pada awal Mei. Wiku mengatakan penurunan angka kasus diprediksi akan terjadi pada awal Juni dengan jumlah kasus terkonfirmasi mencapai 106 ribu. Namun, menurut dia, angka tersebut bersifat tidak pasti. Ia menyebutkan angka tersebut merupakan hasil penghitungan sejumlah prediktor, ilmuwan, dan para ahli. "Kami sudah me-review dan mengkombinasikan semua prediksi itu," ucap dia.
Belakangan, prediksi pemerintah mendapat penguatan dari riset yang dilakukan para ilmuwan dari Universitas Teknologi dan Desain Singapura atau SUTD. Pemodelan sejumlah pakar dari Negeri Singa itu menyebutkan Indonesia saat ini tengah berada di puncak pandemi. Penelitian yang menggunakan model SIR (susceptible-recover-recovered) itu menunjukkan prediksi yang berubah-ubah per hari sesuai dengan dinamika. Pada 27 April lalu, misalnya, pemodelan menghasilkan prediksi Covid-19 di Indonesia akan berakhir 97 persen pada 7 Juni dan 100 persen pada 7 September. Namun, pada 28 April lalu, pemodelan memprediksi bahwa Covid-19 akan berakhir 97 persen pada 26 Mei dan berakhir 100 persen di Indonesia pada 30 Juli.
Nuning mengatakan prediksi dalam penelitian SUTD tampaknya mengandaikan Indonesia adalah satu daratan. Padahal, Indonesia adalah negara kepulauan. Selain itu, SUTD tidak memasukkan hitungan kebocoran kasus akibat adanya gelombang mudik dari Jakarta ke daerah lain. "Jadi, menurut saya, harus hati-hati membaca hasil tersebut," ujar dia.
EGI ADYATAMA | MAYA AYU PUSPITASARI
1
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo