I Ketut Karda bersama isterinya Ni Wayan Wedri 12 Desembe
1975 bersembahyang di Pura Desa Tandeg desa Canggu. Tiba-tiba
keduanya kaget: Barong Rentet yang disimpan dalam Pura itu dan
dikeramatkan (tidak seperti Barong to night -- acara untuk
turis) mengeluarkan air dari jenggotnya. Seketika itu pula
keduanya melaporkan pada Pemangku Pura itu. Pemangku Pura cepat
datang, air yang menetes kecil itu ditampung dan kemudian diisi
air biasa lagi, supaya banyak. Ini memang biasa terjadi. Para
petani yang mendengar berita ini mengalihkan perhatian, karena
mereka percaya air suci itu adalah lambang kemakmuran. Air
dibagi-bagikan, dipercikkan ke sawah untuk mengusir wereng.
Entah bagaimana hasilnya, belum nampak. Namun Kelihan Sekehe
Barong I Wayan Keplug semakin sibuk membagikan air suci itu.
Semakin banyk saja petani yang memintanya.
Di Kecamatan Kediri, upacara "tektekan" juga dirangkaikan dengan
pemberantasan wereng. Di Rijasa, anggota DPRD Bali Cok Ngurah
Gede yang kebetulan saja bekas keturunan Raja Tabanan masih
diusung ke pematang sawah. Namun wereng ternyata masih jahanam,
tidak mampu diusir secara halus. Namun dalam keputus-asaan ini
--petani-petani terus mencari akal. Kapal terbang, mist blower,
sprayer, diazinon, furadan, sivin, obat-obat anti hama,
semuanya tidak rempan. Maka petani di desa Timpag menggunakan
minyak tanah. Minyak tanah disiramkan ke tengah sawah, kemudian
pohon padi digoyang-goyang agar wereng jatuh. Belum berhasil.
Dicoba teknik baru: diazinon dicampur dengan air cabai (lombok)
agar reaksinya semakin panas. Campuran ini disemprotkan.
Hasilnya? Seperti yang nampak sekarang, petani-petani di desa
itu menyerah kalah, dan desanya tetap ditimpa bencana kekurangan
pangan.
Namun Sedahan Agung Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Badung
bersama Departemen Agama dan Parisadna Hindu Dharma memikirkan
juga dari segi kerohanian. Adanya bencana wereng adalah
pertanda, umat belum cukup berkorban terhadap "Dewi Ulun Danu"
-- dewi yang memberi kemakmuran. Setelah pemuka agama diajak
berunding, diputuskanlah korban akan diberikan pada Purnama
Sasih Kepitu di Danau Beratan Bedugul. Upacara ini telah
dikerjakan 17 Januari lalu, disaksikan pejbat-pejabat
pemerintahan, dan umat yang memenuhi pinggiran danau Beratan.
Seekor kerbau yang kedua tanduknya dilapisi emas, dibawa ke
tengah danau untuk ditenggelamkan, dalam suatu upacara besar,
yang khidmad. Semoga bencana tidak ada lagi dan Bali kembali
dalam keadaan normal, makmur dan sejahtera. Tapi usaha inipun
belum menunjukkan hasil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini