KETIKA Pratu Fatah, 42, dikirim mengikuti pendidikan Secaba di Magelang bulan Februari lalu, ia tak dipersiapkan menjadi ajudan. Apalagi ajudan makhluk halus - amit-amit. Pratu Fatah tentara biasa, anggota Koramil Sukawana, Ambarawa, Jawa Tengah. Tapi yang terjadi lain. Setelah beberapa hari di asrama pendidikan calon bintara, Fatah menghilang. Pimpinan asrama dan pelatihnya mencari ke mana-mana, tak ketemu. Dicek ke rumahnya, tidak ada. Malah orang rumah jadi ikut panik. Karena usaha yang normal gagal, Fatah dicari lewat bantuan dukun. Konon, sang dukun membuat sesaji segala di pusat pendidikan itu. Berhasil Fatah ditemukan, akhir Maret lalu, di sebuah kamar mandi asrama - dalam keadaan basah kuyup. "Saya selama dua minggu diculik dan bertugas sebagai ajudan seorang komandan," cerita Fatah: Komandan mana? Di kesatuan mana? Fatah tak bisa mengenali. Hanya, katanya, gedung-gedung di kompleks militer itu besar-besar, mewah bagai istana. Siapa yang percaya ? Para tetangga Fatah di Ambarawa, ya. Tapi Kepala Penerangan Kodam IV/Diponegoro, Letkol Antono Margi, ragu. Ia punya analisa yang lebih masuk akal - sambil mengutip pendapat Kolonel Suranto, Komandan Rinif Dam IV/Diponegoro komandan pusat pendidikan calon bintara Magelang itu. "Fatah menghilang karena rindu kepada keluarganya," kata Antono Margi. Lha, kok tidak kelihatan berkumpul dengan anak istrinya di Ambarawa? "Mungkin disembunyikan. Beberapa hari setelah pendidikan Secaba ditutup, baru Fatah datang. Dan, mungkin dengan cara melompat pagar, ia menuju kamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan air." Jadi, Fatah prajurit yang nakal? Desersi? Fatah tak merasa seperti itu. Ia malah merasa menempuh pendidikan dengan sukses - terbukti ia lulus dan kini menyandang pangkat sersan dua. Cuma saja, sejak terdampar di kesatuan tentara gaib itu, ia jadi sakit-sakitan. Ujarnya, di rumahnya di Ambarawa, "Saya baru saja periksa dokter, dan diberi ijin cuti dua minggu."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini