Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Aksi Jaringan <font color=#FF0000>Sang Gubernur Militer</font>

Detasemen Khusus 88 Antiteror membekuk puluhan anggota jaringan teroris yang diduga pelaku berbagai perampokan di Sumatera Utara. Mereka merampok untuk mencari dana guna membeli senjata. Pentolannya, Abu Tholut, yang kini buron, dikenal licin dan piawai menggunakan berbagai macam senjata.

27 September 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAM dinding di ruang tamu Inspektur Jenderal Oegroseno menunjukkan pukul satu lewat dinihari ketika telepon seluler Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara ini menjerit jerit. Berita yang datang dari ujung telepon: kantor Kepolisian Sektor Hamparan Perak, Deli Serdang, diserbu kelompok bersenjata. Tiga polisi tewas. Oegro, yang dinihari itu tengah menerima tamu, memerintahkan anak buahnya segera menyiapkan kendaraan. Saat itu juga ia meluncur ke Deli Serdang, sekitar 40 kilometer dari Medan.

Di lokasi kejadian, sisa sisa penyerbuan terlihat di sana sini. Polisi menemukan puluhan selongsong peluru berserakan di dalam ruangan. ”Ada sekitar 30,” ujar Oegroseno.

Sejumlah warga bercerita, sebelumnya, sekitar pukul 01.00 mereka melihat enam sepeda motor mendatangi kantor polisi itu. Di antaranya ada yang berboncengan tiga orang. Para ”penyerbu” yang diperkirakan berjumlah 15 orang itu bergerak dari arah wilayah Tandam, melalui Jalan Hamparan Perak Besar menuju Jalan Perintis Kemerdekaan. ”Jalannya santai, tidak ada kesan terburu buru,” ujar Parlindungan Gin­ting, 56 tahun, salah seorang saksi mata.

Karena sikap tenang kawanan itu, Parlindungan, yang tengah sibuk menghitung uang hasil penjualan kerbaunya di teras rumah bersama istrinya, tak menaruh curiga apa pun. ”Saya justru mengira mereka polisi yang baru pulang patroli,” katanya kepada Tempo.

Namun, sejurus kemudian, rombong­an yang telah melintasi kantor Polsek Hamparan Perak itu berbalik arah. Persis di depan Polsek mereka segera meng­acungkan senjata. Parlindungan, yang rumahnya persis di sebelah kantor Polsek, langsung melompat, lari bersembunyi. Parlindungan sempat melihat sebagian pengendara itu dengan sigap masuk ke dalam Polsek.

Yang pertama mereka habisi adalah Ajun Inspektur Dua Deto Sutejo. Deto, 38 tahun, tak melawan karena kala itu tengah terlelap di bangku dekat Ruang Pelayanan. Ajun Inspektur Satu Bait Sinulingga, yang tengah berjaga di depan ruang tahanan, berupaya melari­kan diri. Nahas. Empat peluru membuat pria 48 tahun itu langsung terje­rembap. Nasib sama dialami Brigadir Kepala Riswandi, 38 tahun, yang berada di ruang reserse. Sinulingga dan Riswandi tewas dalam perjalanan ke rumah sakit.

Saat itu sebenarnya ada lima polisi yang bertugas. Dua lainnya, Inspektur Satu Irsol dan Brigadir J. Sembiring, selamat karena masing masing bersembunyi di kamar mandi dan di kolong meja. Para penyerbu yang mengacak acak Polsek tak memergoki mereka. Kawanan penyerbu juga mencoba membakar mobil patroli di halaman kantor dengan menyiramkan bensin. Api dapat dipadamkan warga setelah para penyerbu, dengan sepeda motor berderu deru, kabur ke arah Labuan Deli.

Dari pengecekan, Oegroseno memastikan tidak ada ”gesekan” anggota Polsek dengan masyarakat yang memicu aksi itu. Dugaan kuat: kawanan pe­nyerbu masih berkaitan dengan kelompok teroris yang saat ini ditangkapi Detasemen Khusus 88 Antiteror.

Di Jakarta, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI Inspektur Jenderal Iskandar Hasan belum bisa memastikan identitas kelompok yang menyatroni Polsek Hamparan Perak. Hanya, ujar Iskandar, gaya mereka saat beraksi sama dengan pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Medan. ”Pelaku menggunakan gerakan tubuh untuk berkomunikasi,” katanya.

l l l

MEDIO Agustus lalu, belasan kawanan rampok bersenjata laras panjang menyerbu Bank CIMB Niaga di Jalan Aksara 56, Medan, Sumatera Utara. Selain membawa kabur uang Rp 600 juta, mereka menembak mati anggota Brigade Mobil, Brigadir Imanuel Simanjuntak, dan melukai dua petugas satuan pengamanan bank. Seperti penyerbu Polsek Hamparan Perak, para perampok datang dengan sepeda motor.

Melihat ciri ciri para pelaku, polisi menduga kuat aksi itu dilakukan kelompok teroris sebagai kegiatan fa’i atau mencari dana untuk membiayai ”perjuangan” mereka. Inilah yang kemudian membuat Mabes Polri mengirimkan tim untuk ”mengendus” dan ”membasmi” kelompok itu. Tugas ini diserahkan kepada Detasemen Khusus Antiteror. Densus segera meminta data dan hasil penyelidikan perampokan CIMB Niaga ke polisi lokal. Di luar itu, Densus juga meminta semua data tersangka perampokan yang pernah ditangani Polda Sumatera Utara. Semuanya masuk bank data Densus dan dianalisis.

Titik terang pun terlihat. Sebulan sejak perampokan, Densus mulai meng­endus para pelaku. Penangkapan pertama dimulai di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Datuk Bandar Timur, Tanjung Balai. Di sini, target yang dicari adalah Dana alias Aju dan Yuki Wantoro alias Deni. Dalam penggerebekan, Ahad pekan lalu, Densus menembak mati keduanya. Densus juga membekuk Jumirin alias Sobirin alias Abu Azam dan Khairul Gozali di tempat terpisah.

Menurut Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri, dari lokasi penggerebekan, polisi menemukan dua pistol dan senjata AK 56, dengan puluhan amunisi. Dua senjata ini diduga identik dengan yang digunakan pelaku.

Selain di Medan, Densus masuk ke Dusun Kota Rantang, Hamparan Pe­rak, Deli Serdang. Seperti di Medan, di kota kecil ini pun mereka bergerak sendiri, tanpa melibatkan polisi setempat. Di sini, sasaran mereka adalah Ridwan alias Iwan. Ridwan tewas tertembak saat penggerebekan. Di kota ini anggota Densus juga membekuk Kasman Hadiyono dan Marwan alias Nanong alias Wakgeng. Keduanya masih memiliki hubungan keluarga.

Pada saat yang bersamaan, Densus melakukan penyergapan di Lampung. Di Tanjung Karang, Wahono dan adiknya, Anton Sujarwo, ditangkap di jalan saat mengantar undangan pernikahan. Pe­nangkapan ini membuat Wahono urung jadi pengantin. Telanjur undangan disebar, mempelai perempuan, Siti Aliyanti, terpaksa dinikahkan dengan adik lelaki Wahono, Teguh Subagya. ”Saya tidak tahu apa keterlibatan mereka de­ngan aksi teroris dan perampokan,” kata Sukirman, kerabat Wahono.

Di Lampung, operasi Densus terbilang lebih gencar. Sebuah rumah kos kosan di Jalan Abdul Karim I digerebek. Kendati tak mendapatkan buruannya, di sini polisi menemukan sepucuk senjata laras panjang dan bahan peledak seberat 1,5 kilogram. Gagal di Abdul Karim, Densus menggerebek lagi sebuah rumah di Gang Bukit. Di sini mereka dengan cepat mencari dua kakak adik, Hendri Susanto dan Heri Kuswato. Sebelum ditangkap, listrik di kediaman Hendri dipadamkan. ”Tak lebih dari lima menit,” kata Suratmo, orang tua Hendri.

Total, hingga Jumat pekan lalu, Densus telah menangkap 22 anggota jaringan teroris yang diduga terkait dengan perampokan Bank CIMB Niaga Medan. Lima di antaranya, Johnson, Marwan, Suryo Saputro, Deni, dan Dani, menurut polisi, terlibat langsung dalam perampokan. Mereka ini dite­ngarai sebagai anggota jaringan Mustofa alias Abu Tholut, pentolan Jamaah Islamiyah yang ahli merekrut, melatih, serta mengindoktrinasi anggota baru.

Menurut Kepala Polri, perampokan itu dipimpin Iwan dan Marwan, kini masih buron. Anggotanya berasal dari Sumatera Utara, Lampung, dan Jawa Barat. ”Rata rata mereka pernah berlatih di kamp Jantho, Aceh,” kata Bambang Hendarso, menyebut kamp yang pernah digerebek polisi. Saat pelatihan itu, ideologi perjuangan, termasuk me­rampok bank dan membunuh aparat, dijejalkan sebagai hal yang sah untuk dijalankan.

Menurut Bambang Hendarso, kelompok Tholut beraksi sejak 2009. Mereka, antara lain, pernah merampok warung Internet di Sei Sunggal, Medan, Bank Sumut di Belawan, serta sebuah money changer atau tempat penukaran uang (juga) di Belawan. Total, dari tiga pe­rampokan itu, mereka mendapat hampir Rp 1 miliar. Para anggota teroris itu, ujar Kepala Polri, juga mengincar kantor BRI Kisaran dan sejumlah showroom sebagai sasaran berikutnya. Menurut sumber Tempo, lantaran makin maraknya aksi aksi itu, Densus kemudian diterjun­kan untuk menyikat para teroris sebelum mereka beraksi kembali.

Toh, keberhasilan polisi menangkap anggota teroris dan pelaku perampokan Bank CIMB tidak serta merta membuat semua kalangan bungah. Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan Sumatera Utara Diah Susilowati, misalnya, menunjuk Densus menerapkan extrajudicial killing, penembakan di luar proses hukum. ”Ini melanggar HAM,” ujarnya. Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat, Bukhori Yusuf, yang pekan lalu mendatangi Polsek Hamparan Perak, menyatakan komisinya akan mengevaluasi kerja Densus.

Bambang Hendarso sendiri menegaskan yang dilakukan Densus sudah sesuai dengan prosedur standar. Ia menunjuk betapa bahayanya jaringan terorisme yang disikat Densus itu. ”Mereka sudah memiliki rencana untuk makar.” Interogasi oleh anak ­buahnya, ujar Bambang, mengungkap para tersangka mengaku merampok untuk mencari dana guna membeli senjata. Para teroris juga merancang melakukan perang lebih terbuka untuk menarik jaringan internasional datang berjihad di Indonesia. Tujuan akhir mereka mendirikan negara Islam.

Kepala Badan Antiteror Ansyaad Mbai menunjukkan betapa berbahaya­nya Abu Tholut. Pria yang dijuluki Gubernur Militer Jamaah Islamiyah ini dikenal licin dan tak mudah menyerah dalam situasi apa pun. Abu kini menjadi salah satu target utama pengejaran.

Asep Djaja, terpidana mati kasus terorisme yang kini mendekam di penjara Porong, Jawa Timur, mengatakan Abu, yang pernah bergabung dengan pejuang muslim Moro, Filipina, menguasai berbagai senjata militer, antara lain M16, AK 47, hingga peluncur roket RPG 2. Keterampilan itu ia peroleh saat ikut bergabung dengan pasukan mujahidin di Afganistan. ”Dia juga mahir merakit bom,” ujar Asep.

Kelompok Abu Tholut, menurut Asep, memakai pola gerilya kota dalam menjalankan aksi. Setelah melakukan penyerangan, misalnya, mereka tak lari ke hutan, tapi berbaur dengan masyarakat. ”Ini untuk menghindari kejaran Densus.”

Selain itu, sejumlah nama yang kini dikejar aparat, antara lain Taufik Hidayat, Jefri, Alex Cecep, Suroso, Andi Maralon, Ansi Sugiono, Herman, Iwan alias Pak Tuo, dan Yusron. Mereka pelaku langsung perampokan Bank CIMB.

Dari sederet nama itu, Taufik Hidayat adalah salah satu pentolan. Sejumlah polisi sudah menyatroni rumah Taufik di Batang Kilat, Medan Labuhan. Tak menemukan buronnya, di rumah itu petugas menemukan sepasang pakaian dinas tentara, sepatu lars, sangkur, serta buku perihal jihad tertanam di bawah lantai.

Seperti Abu Tholut, Taufik, 26 tahun, dikenal licin. ”Dua jam sebelumnya ia masih terlihat di rumah itu,” kata Sof­yan Jakfar, kepala lingkungan setempat, kepada Tempo. Taufiklah yang diduga penembak Brigadir Imanuel Simanjuntak saat perampokan Bank CIMB berlangsung.

Sepak terjang Taufik ”terekam” polisi dalam sejumlah aksi teror. Bersama Yuli Harsono, desertir TNI yang terlibat dalam jaringan teroris dan tertembak mati di Klaten, ia diyakini polisi sebagai pelaku penyerangan pos polisi di Purworejo pada awal April silam. Pe­nyerangan ini menewaskan dua polisi.

Polisi juga yakin aksi penyerbuan terhadap Polsek Hamparan Perak, Rabu dinihari pekan lalu, itu dipimpin Taufik. Asep sependapat. Menurut Asep, penyerangan Polsek Hamparan itu merupakan aksi balasan atas apa yang dilakukan Densus terhadap anggota Abu Tholut. Ideologi mereka, ujar Asep, mengajarkan, jika disakiti, mereka boleh membalas. Sumber Tempo menyebut penyerangan terhadap Polsek Hamparan Perak ada kemungkinan bukan yang terakhir. Bisa jadi, kata dia, Abu Tholut dan Taufik akan melakukan aksi gerilya kota lagi.

Ramidi, Mustafa Silalahi, Soetana Monang (Medan), Eko Widianto (Sidoarjo), Nurochman Arrazie (Lampung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus