Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Alasan Pekerja Milenial Cepat Berganti Pekerjaan

Generasi milenial tidak takut mengambil rsiko mengganggur demi pekerjaan lebih baik

18 Desember 2017 | 11.19 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi wanita bekerja di kantor. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Generasi milenial tidak ingin berlama-lama di perusahaan yang tidak menjanjikan masa depan cerah. Apalagi tidak memberi asuransi kesehatan yang memadai serta stabilitas karier untuk jangka waktu panjang. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak seperti pendahulu mereka yang takut kehilangan pekerjaan, generasi milenial tidak takut mengambil risiko menganggur demi pekerjaan lebih baik. Sejumlah 77 persen pekerja milenial dalam survei yang sama bahkan tidak menolak pekerjaan bergaji lebih rendah, asalkan jaminannya masa depan menjanjikan, misalnya status kepegawaian yang jelas, bukan berdasar sistem kontrak atau outsourcing

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Generasi milenial menginginkan stabilitas. Ya, itu mungkin mengejutkan, tetapi benar adanya, banyak eksekutif dari generasi baby boomers (kelahiran 1946-1964) berpikir generasi milenial hanya mencari batu loncatan demi mendapatkan uang untuk mendaki Gunung Kilimanjaro atau membeli kartu tahunan skydiving tanpa batas,” imbuh penulis buku Motivating Millennials yang juga pengacara dan kolumnis.oodnow.

Stereotip negatif mengenai pekerja milenial yang diyakini para petinggi perusahaan harus diubah. Hal ini karena dalam beberapa tahun ke depan, dunia kerja akan didominasi generasi milenial. 

“Stereotip ini membunuh karakter generasi milenial yang sedang mencari tempat mereka bisa tumbuh dan berkembang sebagai profesional. Mentalitas 'ah, mereka pasti akan cepat pergi' membuat pimpinan perusahaan hanya ingin memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan tidak berinvestasi pada pekerja muda, sehingga akhirnya mereka (pekerja milenial) memilih pergi,” urai Goodnow. 

Survei Qualtrics dan Accel menyimpulkan, apa yang dialami, dilihat, dan dirasakan pekerja dalam 90 hari pertama kunci yang menentukan, apakah mereka akan bertahan lama atau tidak di satu perusahaan. Perusahaan harus berusaha memberi alasan berharga bagi pekerja untuk menetap sejak awal mereka bergabung. 

“Kesabaran (pekerja) milenial sangatlah sedikit,” kata David Glickman, CEO perusahaan jaringan virtual bergerak Ultra Mobile di Los Angeles, AS, yang 75 persen pekerjanya merupakan generasi milenial. “Jika mereka tidak mendapatkan keinginan mereka sesegera mungkin, mereka akan pindah dan mencari kesempatan lain dengan kemungkinan lebih besar mendapatkan keinginan mereka lebih depat,” ujar Glickman.

Salah satu yang terpenting, mereka perlu tahu persis tentang jenjang karier perusahaan. “(Milenial) ingin berada di tempat mereka bisa mendapatkan lintasan karier sendiri,” kata Mike Maughan, kepala divisi pertumbuhan merek dan wawasan global di Qualtrics. “Bukan berarti mereka ingin menjadi CEO besok, namun mereka ingin duduk di meja dan merasakan bahwa mereka menjadi bagian dari sesuatu yang penting.”

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus