Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Sekretaris PT Sriwijaya Optimis Mandiri—perusahaan pemilik Sriwijaya Football Club—Faisal Mursyid sumringah menyaksikan Erick Thohir terpilih sebagai Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) 2023-2027, kemarin. Ia pun sesekali bertepuk tangan ketika perolehan suara Erick mengungguli empat calon Ketua Umum PSSI lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faisal merupakan pendukung utama Erick Thohir dalam pemilihan Ketua Umum PSSI lewat kongres luar biasa tersebut. Dukungan Faisal menggenapi 64 suara Erick dari total 86 pemilik suara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah melihat hasil Kongres Luar Biasa PSSI itu, Faisal berharap Erick mampu membuat ekosistem sepak bola Indonesia menjadi lebih baik. “Saya berharap Pak Erick dapat mengembalikan jalannya kompetisi, terutama Liga 2 yang dihentikan,” kata Faisal di lokasi Kongres Luar Biasa PSSI, di Hotel Shangri-La, Jakarta Pusat, Kamis, 16 Februari 2023. “Dengan kapasitas dan pengalamannya, saya yakin PSSI akan jauh lebih maju.”
Kongres luar biasa ini merupakan respons Komite Eksekutif PSSI atas desakan berbagai kalangan setelah tragedi sepak bola di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober tahun lalu. Insiden ini mengakibatkan 135 penonton meninggal. Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), yang dibentuk pemerintah, menyimpulkan penyebab penonton meninggal adalah tembakan gas air mata ke arah tribun.
TGIPF juga merekomendasikan agar PSSI segera menggelar kongres luar biasa. Beberapa klub dan kelompok pendukung sepak bola sependapat dengan TGIPF, sekaligus mendesak Mochamad Iriawan mundur dari jabatan Ketua Umum PSSI.
Pemain Persija Jakarta, Muhammad Ferarri (kanan); dan pemain Persib Bandung, Ciro Alves, dalam pertandingan BRI Liga 1 2022-2023 di Stadion GBLA, Bandung, Jawa Barat, 11 Januari 2023. TEMPO/Prima mulia
Dalam pemilihan Ketua Umum PSSI, Erick bersaing dengan Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Nyalla Mattalitti; Chief Executive Officer Bandung Premier League, Doni Setiabudi; Chief Executive Officer Nine Sport, Arif Putra Wicaksono; dan Komisaris Utama Asabri, Fary Djemi Francis. Dari 86 pemilik suara, Erick meraih 64 suara dan La Nyalla 22 suara.
Di samping memilih Ketua Umum PSSI, peserta kongres luar biasa memilih dua wakil ketua umum dan 12 anggota Komite Eksekutif. Dua wakil ketua umum terpilih adalah Ratu Tisha Destria, mantan Sekretaris Jenderal PSSI; dan Zainuddin Amali, Menteri Pemuda dan Olahraga sekaligus politikus Partai Golkar.
Lalu 12 anggota Komite Eksekutif terpilih adalah Eko Setiawan, Endri Erawan, Juni Rahman, Muhammad, Rudi Yulianto, Sumardji, Vivin Cahyani, Pieter Tanuri, Arya Mahendra, Khairul Anwar, Ahmad Riyadh, dan Hasnuryadi.
Koordinator Save Our Soccer (SOS)—lembaga non-pemerintah yang konsen memantau sepak bola Indonesia—Akmal Marhali berpendapat bahwa tantangan terberat Erick ke depan adalah mengembalikan kepercayaan publik terhadap sepak bola. Kepercayaan masyarakat surut akibat prestasi tim nasional Indonesia yang tak membaik dan PSSI yang cendrung dipolitisasi. Kepercayaan publik makin buruk akibat tragedi Kanjuruhan hingga kompetisi sepak bola dihentikan.
“Tim nasional tidak bisa maksimal karena yang lebih dikedepankan adalah urusan bisnisnya,” kata Akmal, kemarin. “Kalau pemimpin PSSI dipercaya dan pengurusnya benar, bisa dibenahi sepak bola ini.”
Ia mengatakan PSSI bukan lembaga finansial dan bukan tempat mencari keuntungan bisnis. Tapi PSSI merupakan lembaga sosial untuk sepak bola. Pengurus PSSI, kata dia, semestinya tidak mengkapitalisasi posisinya untuk kepentingan mengerek popularitas dan elektabilitasnya.
Nurdin Halid. TEMPO/Subekti
Mantan Ketua Umum PSSI, Nurdin Halid, berharap Erick dapat berkonsentrasi mengurus PSSI, apalagi ia menjabat Menteri Badan Usaha Milik Negara. Sebab, mengurus PSSI memiliki tantangan sendiri dan menyita banyak waktu.
“Harus tetap fokus sebagai Ketua Umum PSSI meski juga jadi menteri,” kata Nurdin.
Politikus Partai Golkar ini berharap Erick betul-betul membenahi ekosistem sepak bola Tanah Air sehingga tragedi Kanjuruhan tidak terulang. Erick, kata dia, harus dapat mengubah pola pikir insan sepak bola, yaitu minimal dapat menerima kekalahan klub yang didukungnya dengan lapang dada dan tanpa bertindak anarkistis.
La Nyalla Mattalitti (kiri) saat memberikan keterangan di Hotel Shangri-La, Jakarta, 14 Februari 2023. ANTARA/Reno Esnir
Harapan serupa diungkapkan La Nyalla Mattalitti. Ia juga menyarankan Erick agar lebih selektif dalam merekrut calon pengurus baru PSSI. Mantan Ketua Umum PSSI ini berpesan agar pengurus lama, yang ditengarai merupakan bagian dari mafia sepak bola, tidak dilibatkan dalam kepengurusan PSSI kali ini. “Kalau dilibatkan lagi, saya yakin tidak akan lama bakal kembali diadakan KLB,” kata La Nyalla.
Seusai pemilihan kemarin, Erick berjanji akan membenahi karut-marut kompetisi liga di awal masa jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI. Ia berencana memanggil peserta Liga 1 hingga Liga 3 untuk membicarakan pembenahan kompetisi dalam dua pekan mendatang.
“Kami akan adakan sarasehan sepak bola. Di situ, saya akan lempar garis besar visi-misi yang (akan) disepakati bersama,“ katanya.
Erick juga berjanji akan melibatkan unsur wanita dan generasi muda dalam kepengurusan PSSI 2023-2027. Sebab, sesuai dengan pengalaman Erick, keberadaan wanita dalam sepak bola terbukti membawa perubahan signifikan.
“Karena ini eranya anak muda, saya akan mendorong banyak kepemimpinan anak muda,” ujarnya. Erick juga meminta semua pihak mendukung PSSI dalam membenahi sepak bola Tanah Air.
Politik Uang dalam Kongres
Dua hari menjelang kongres luar biasa, Erick Thohir dan para pemilik suara berulang kali menggelar pertemuan, antara lain di Hotel Atlet Century dan XXI Lounge, Plaza Senayan, Jakarta Selatan. Di tengah manuver Erick ini, mengemuka upaya politik uang untuk menggalang dukungan dari klub dan asosiasi provinsi PSSI.
Seorang pengurus klub sepak bola Liga 2 menceritakan upaya politik uang dalam menggalang dukungan itu. Ia sempat mendapat ajakan dari seorang anggota tim pemenangan Erick untuk mendukung mantan Presiden Inter Milan—klub sepak bola di Italia—tersebut. Ajakan itu disertai janji pemberian uang hingga ratusan juta rupiah.
Dua hari terakhir, beredar juga kabar bahwa ada "tim sukses" yang menawarkan sejumlah uang untuk pemegang suara dalam kongres. Nilainya bervariasi, dari Rp 100 juta, Rp 250 juta, sampai Rp 500 juta. Tawaran tersebut antara lain berbungkus "subsidi" dan "sedekah" untuk klub sepak bola.
Anggota staf khusus Erick di Kementerian BUMN, Arya Sinulingga, menepis adanya politik uang dari kubu Erick kepada para pemilik suara. “Tidak ada janji atau hadiah. Silakan ditanya kepada para voters alasan apa pilih beliau,” kata Arya. “Kalaupun benar, sayang sekali anggaran yang harus dikeluarkan hanya untuk dapat satu suara.”
Pemilik Karo United Football Club—klub peserta Liga 2—ini mengklaim perwakilan klub ataupun asosiasi provinsi PSSI memilih Erick dalam kongres luar biasa karena berharap perbaikan sepak bola Indonesia ke depan. “Memang ada janji, tapi bukan seperti ini. Janjinya adalah akan berupaya memperbaiki Liga 2 dengan memberikan operator baru,” kata dia.
La Nyalla juga membantah tudingan adanya politik uang dalam kongres luar biasa itu. “Tidak benar itu saya main money politics,” kata dia. Meski begitu, Ketua PSSI periode 2013-2015 ini mengakui pernah menyampaikan pernyataan tentang “sedekah” kepada pemilik suara. “Soal statement shodaqoh saya, artinya, jika nanti memang ada uang yang bergerak di KLB, silakan saja ambil shodaqoh-nya. Tapi, saat di bilik suara, gunakan hati nurani,” katanya.
ANDI ADAM FATURAHMAN | IMAM HAMDI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo