Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Dua tahun terakhir, petugas Pemadam Kebakaran DKI lebih disibukkan oleh tugas penyelamatan ketimbang pemadaman api.
Dari pemindahan sarang tawon sampai evakuasi kucing yang terjebak di mesin mobil.
Petugas damkar wajib merespons semua permintaan bantuan warga.
JAKARTA -- Telepon di pos Dinas Pemadam Kebakaran Sektor IX, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, berdering pada Rabu petang, 6 Juli lalu. Warga membutuhkan bantuan, bukan untuk menjinakkan api, melainkan mengevakuasi anak kucing yang terperangkap di mesin mobil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Empat petugas tiba di rumah warga di Cilandak Timur tersebut pada pukul 16.30--dua puluh menit setelah panggilan masuk. Damar Abidin, komandan regu, gagal mendapatkan celah yang bisa dimasuki tangan. Olaf, anjing ras Samoyed peliharaan pemilik rumah, ikut membantu petugas menentukan titik lokasi kucing mungil itu. "Tapi mesin mobilnya rapat sekali," kata dia, yang ditemui Tempo di pos Pemadam Kebakaran Pasar Minggu pada akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bersama rekannya, Nanang Budi Prasetyo, Dera Aliardi Putra, dan Septian Pratama, petugas menjajal berbagai cara. Dari mendongkrak mobil BMW tersebut sampai merayu korban keluar dengan meongan kucing dari YouTube. Sempat terhalang guyuran hujan, evakuasi baru berhasil pada pukul 17.23. "Kami pancing dengan makanan kucing," kata Damar. Kisah penyelamatan ini viral di media sosial pada pekan lalu.
Warga Jakarta kian mengandalkan petugas damkar untuk masalah non-api. Dari anak terjepit di terali, dompet jatuh ke got, sampai mencabut cincin di jari.
Petugas damkar DKI Jakarta membantu melepas cincin yang tersangkut di jari warga di Kalideres, Jakarta, 3 Juli 2022. Dok. Humas Dinas Penanggulangan Kebakaran & Penyelamatan DKI Jakarta
Rumi Aulia Rahmanisa, juga warga Pasar Minggu, contohnya. Dia dua kali meminta bantuan pemadam kebakaran meski rumahnya tak tersentuh si jago merah. Pada pertengahan 2020, dia mendapati sarang tawon sepanjang 70-an sentimeter di pohon mangga di pekarangannya. Petugas pun datang dan membawa pergi sarang tawon itu. "Mereka datang cepat dan membawa peralatan lengkap,” kata mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, tersebut.
Lepas dari tawon, muncul biawak di rumah Rumi pada November lalu. Kadal besar itu terjebak di lemari dapur dan membuat takut sekeluarga. Tanpa pikir panjang, mereka kembali menelpon Dinas Pemadam Kebakaran. "Daripada minta tolong tetangga, belum tentu bisa menangani, malah jadi berbahaya," ujar Rumi.
Penanganan masalah non-kebakaran memang menjadi tugas Damar Abidin dan kawan-kawan. Meski lebih populer dengan sebutan lama, Pemadam Kebakaran, nama resmi instansi mereka adalah Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI Jakarta. Perubahan istilah itu mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2020 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Petugas damkar DKI Jakarta mengevakuasi biawak di Cakung, Jakarta, 7 Juli 2022. Dok. Humas Dinas Penanggulangan Kebakaran & Penyelamatan DKI Jakarta
Dengan menyandang nama panjang tersebut, mereka mempunyai fungsi fire (pemadaman api) dan rescue (penyelamatan). “Media sosial membantu mensosialisasi kepada masyarakat bahwa damkar juga punya fungsi penyelamatan,” kata Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI, Satriadi Gunawan, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.
Seiring waktu, Satriadi melanjutkan, kasus penyelamatan semakin bertambah. “Malah, kasus kebakaran turun, kasus penyelamatan naik,” ujarnya.
Pertolongan Damkar Membuat Masyarakat Manja?
Pada prinsipnya, kata Satriadi, Damkar DKI wajib merespons semua panggilan, meski kadang tidak terkait dengan fungsi pemadam kebakaran maupun penyelamatan. "Kalau bukan tugas kami, kami coba bantu berkoordinasi dengan pihak yang berwenang," ujar dia.
Satriadi menyadari ada sebagian orang yang menganggap pemanggilan petugas damkar merupakan tindakan berlebihan dan membuat warga manja. Namun dia tidak ambil pusing atas pandangan miring tersebut. "Nilai bantuan tidak bisa dirasakan oleh orang luar, tapi oleh korban," kata Satriadi. Dia mencontohkan evakuasi tokek di rumah seorang ibu. Di balik kasus yang terkesan "remeh temeh" ini, ada seorang ibu yang fobia terhadap tokek. Ibu itu, dia melanjutkan, sampai memeluk haru petugas damkar saking leganya.
FOTO: Vectorstock Desainer: Goes D.S.
ANGGI ROPININTA (MAGANG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo