Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Angka perceraian terus naik setiap tahun. Psikolog lulusan Universitas Indonesia, Ajeng Raviando, menjelaskan, pada 2013-2015, angka perceraian di Indonesia meningkat sekitar 15-20 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada empat hal yang menjadi penyebab terbesar meningkatnya angka perceraian, yaitu hubungan yang sudah tidak harmonis, pasangan tidak bertanggung jawab, ada pihak ketiga, dan faktor ekonomi. Tidak hanya itu, suami-istri masa kini menghadapi tantangan yang berbeda dibanding pasangan generasi sebelumnya. Tantangan-tantangan tersebut juga menjadi penyebab meningkatnya angka perceraian suami-istri masa kini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tahun pertama itu sudah bisa rentan karena penuh percobaan. Sebelum menikah, banyak ekspektasi dan tahun pertama mulai melihat realitasnya,” kata Ajeng di Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan, Senin, 7 Mei 2018.
Ajeng mengatakan, setelah melewati lima tahun pertama dan menjelang 10 tahun bersama, juga ada cobaan lain, yaitu bosan karena rutinitas. Pasangan masa kini menghadapi tiga tantangan besar. Pertama, kesulitan melakukan komunikasi secara efektif.
“Sekarang sering terjadi phubbing, di mana kita tidak melakukan bicara face-to-face dan hanya sibuk dengan gadget masing-masing,” ujar Ajeng.
Artikel terkait:
Perceraian Bikin Pemasukan Hilang, Ini yang Harus Dilakukan Istri
Penyebab Umum Perceraian, dari KDRT sampai Perselingkuhan
Penyebab Perceraian Terjadi di Tahun Pertama Pernikahan
Setelahnya, masalah kedua adalah ekspektasi tentang pernikahan, terutama dengan perkembangan media sosial. Banyak pasangan yang cepat merasa cemburu dengan pasangan lain di media sosial.
Mereka melihat kegiatan sehari-hari pasangan yang sekarang sudah banyak terbuka di berbagai media sosial serta memiliki ekspektasi yang tinggi saat menikah. Pasangan perlu diingat bahwa setiap orang berbeda dan setiap hubungan juga akan berbeda.
Ketiga adalah minimnya waktu berkualitas bersama pasangan. Suami-istri masa kini kerap kesulitan melepaskan diri dari gawai sehingga mengurangi waktu berkualitas saat sedang bersama.
Tidak hanya itu, rutinitas dapat mengurangi waktu berkualitas dan membuat hubungan menjadi membosankan.
“Waktu kita bisa bersama dengan pasangan jadi berkualitas atau tidak? Terkadang terlupakan karena terjebak dengan rutinitas,” ucap Ajeng.