Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Arsip

Ankylosing Spondylitis, Apa Gejala dan Dampaknya pada Penderita

Saat ini belum ada pengobatan buat Ankylosing Spondylitis.

8 September 2017 | 17.18 WIB

Ilustrasi Nyeri tubuh/pegel linu. phytolov.com
Perbesar
Ilustrasi Nyeri tubuh/pegel linu. phytolov.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Pernahkah Anda mendengar kondisi kronis yang disebut Ankylosing Spondylitis atau AS? Gejalanya adalah radang persendian dan sakit punggung. Kondisi ini lebuh banyak dialami oleh laki-laki dan gejalanya berkembang secara bertahap, kadang sampai bertahun-tahun.

Kini, para pakar menyatakan rasa sakit dan kelelahan luar biasa yang diakibatkan kondisi ini bisa berdampak besar pada kualitas hidup penderitanya sehingga dibutuhkan pengobatan baru untuk mengatasinya. Seperti dilansir Express.co.uk, Ankylosing Spondylitis menyebabkan nyeri punggung, rasa kaku, serta kelelahan. Saat ini belum ada pengobatan buat Ankylosing Spondylitis.

Akan tetapi, sebuah penelitian terbaru memberi sedikit pencerahan mengenai faktor-faktor yang memperkirakan kualitas hidup seperti apa yang dialami penderita Ankylosing Spondylitis. Penelitian di Universitas Aberdeen, Skotlandia, mengindikasikan beberapa faktor berikut, yang termasuk rasa sakit, kelelahan, dan fungsi tubuh yang buruk seusai menganalisis data dari 959 penderita.

Lima faktor yang diprediksi sebagai kualitas hidup yang akan mengganggu penderita adalah kelelahan sedang sampai berat, fungsi tubuh yang buruk, rasa sakit kronis yang menyebar, aktivitas penyakit yang tinggi, dan pergerakan tulang belakang yang buruk.

Ankylosing Spondylitis adalah kondisi yang luar biasa menyakitkan dan dialami oleh 200 ribu orang di Inggris, serta bisa secara dramatis menurunkan kualitas hidup seseorang, dan menjadikan aktivitas sehari-hari seperti berjalan ke toko atau berdiri di dapur menjadi sangat sulit,” kata Dr. Devi Rani Sagar, manajer penelitian di Arthritis Research Inggris.

“Penelitian terbaru menunjukkan dampak rasa sakit dan kelelahan pada kualitas hidup penderitanya, dan dengan memonitor gejala-gejalanya akan membantu memberikan indikasi yang lebih baik mengenai pengobatannya. Kami menunggu lebih banyak penelitian untuk mendapatkan cara-cara efektif untuk mengurangi rasa sakit dan kelelahan dan membantu hidup penderitanya lebih baik,” ujar Sagar.

PIPIT

Baca juga:

Diet Artis Korea Dijamin Rusak karena 5 Makanan Berikut
5 Sayuran yang Lebih Sehat Jika Dimasak Sebelum Dimakan
Jangan Pelihara Kura-kura dan Iguana di Rumah, Berisiko buat Anak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rini Kustiani

Rini Kustiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus