TAHUN depan kesibukan bakal tampak di 3 jalan di Jakarta: MT
Haryono, Gatot Subroto dan S. Parman. Tiga jalan di satu jalur
itu dengan panjang 13,5 Km itu, akan dipermak untuk dijadikan
jalan cukai (tol) seperti Jagorawi.
Menurut penelitian yang dilakukan satu perusahaan konsultan dari
Jepang, Pacific Consultant, kepadatan lalulintas di ketiga jalan
itu tiap hari selama ini mencapai lebih dari 70 ribu kendaraan.
Dan memang tiap hari pada jam-jam sibuk, paling tidak di sekitar
simpangan jalan Gatot Subroto/MT Haryono dengan Jalan Dr.
Sahardjo, kemacetan lalu-lintas selalu terjadi.
Kemacetan itu berarti pemborosan. Bagi satu kendaraan pemborosan
itu ditaksir seharga 50 sampai 100 rupiah. Tidak seberapa. "Tapi
kalau dikalikan dengan jumlah kendaraan, lalu jumlah hari dalam
setahun, bayangkan betapa besar arti pemborosan itu," kata para
pejabat di Ditjen Bina Marga PU. Usaha menjadikan ke-3 jalan
tersebut sebagai jalan cukai yang merupakan jalan bebas
hambatan, selain untuk kelancaran lalulintas, "sekaligus untuk
menangkap enerji yang terbuang percuma," para pejabat
menambahkan.
Cepat Kembali
Sebagai jalan cukai, ketiga jalan itu akan diperlebar dari 40
menjadi 68,5 meter. Jalurnya pun menjadi 12. Yaitu 2 x 3 jalur
di tengah sebagai jalan cukai (bebas hambatan), 2 x 3 jalur
masing-masing di kiri dan kanan jalan sebagai jalur biasa yang
gratis.
Jembatan penyeberangan sudah tentu disediakan. Rencananya tiap 1
kilometer. Nasib jembatan Semanggi? Kabarnya tak akan dirubah.
Bagaimana persisnya, tunggu saja. Siapa yang akan mengerjakan
itu semua, belum ditetapkan. Tapi beberapa investor dari Jepang
dan Pilipina dikabarkan sudah menyatakan hasratnya. Pemerintah,
seperti dikatakan Kepala Dinas PU DKI Jaya ir Bun Yamin Ramto,
tidak membiayai pembangunan proyek tersebut. Yang membiayai,
investor itulah.
Dan, seperti dikatakan Bun Yamin Ramto pula, pengembalian uang
dari jalan tol biasanya cepat. Dalam hal jalan tol MT Haryono,
Gatot Subroto dan S. Parman misalnya, "diperkirakan paling
lambat 8 tahun," ucap Bun Yamin. Biayanya diperkirakan AS$ 400
juta.
Selain jalan bebas hambatan MT Haryono, Gatot Subroto dan S.
Parman (disebut lintas Selatan-Barat) juga akan dibangun lintas
Selatan-Utara dan Barat-Timur di bagian kota yang lain serta
lintas Grogol-Tanggerang serta Cawang-Cikampek di luar bagian
tadi. Di antara semuanya, lintas MT Haryono, Gatot Subroto dan
S. Parman, mendapat prioritas. Salah satu sebabnya boleh jadi
karena adanya anggapan daerah sekitar jalur tersebut tidak
sepadat daerah lintas lain. Wallahualam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini