Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Anti Pemborosan, Jalan Tol

Tiga jalan: Gatot Subroto, M.T. Haryono dan S. Parman, akan dipermak menjadi jalan tol. Diharapkan kemacetan yang juga mengakibatkan pemborosan tak terjadi lagi sepanjang jalan tersebut. (kt)

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAHUN depan kesibukan bakal tampak di 3 jalan di Jakarta: MT Haryono, Gatot Subroto dan S. Parman. Tiga jalan di satu jalur itu dengan panjang 13,5 Km itu, akan dipermak untuk dijadikan jalan cukai (tol) seperti Jagorawi. Menurut penelitian yang dilakukan satu perusahaan konsultan dari Jepang, Pacific Consultant, kepadatan lalulintas di ketiga jalan itu tiap hari selama ini mencapai lebih dari 70 ribu kendaraan. Dan memang tiap hari pada jam-jam sibuk, paling tidak di sekitar simpangan jalan Gatot Subroto/MT Haryono dengan Jalan Dr. Sahardjo, kemacetan lalu-lintas selalu terjadi. Kemacetan itu berarti pemborosan. Bagi satu kendaraan pemborosan itu ditaksir seharga 50 sampai 100 rupiah. Tidak seberapa. "Tapi kalau dikalikan dengan jumlah kendaraan, lalu jumlah hari dalam setahun, bayangkan betapa besar arti pemborosan itu," kata para pejabat di Ditjen Bina Marga PU. Usaha menjadikan ke-3 jalan tersebut sebagai jalan cukai yang merupakan jalan bebas hambatan, selain untuk kelancaran lalulintas, "sekaligus untuk menangkap enerji yang terbuang percuma," para pejabat menambahkan. Cepat Kembali Sebagai jalan cukai, ketiga jalan itu akan diperlebar dari 40 menjadi 68,5 meter. Jalurnya pun menjadi 12. Yaitu 2 x 3 jalur di tengah sebagai jalan cukai (bebas hambatan), 2 x 3 jalur masing-masing di kiri dan kanan jalan sebagai jalur biasa yang gratis. Jembatan penyeberangan sudah tentu disediakan. Rencananya tiap 1 kilometer. Nasib jembatan Semanggi? Kabarnya tak akan dirubah. Bagaimana persisnya, tunggu saja. Siapa yang akan mengerjakan itu semua, belum ditetapkan. Tapi beberapa investor dari Jepang dan Pilipina dikabarkan sudah menyatakan hasratnya. Pemerintah, seperti dikatakan Kepala Dinas PU DKI Jaya ir Bun Yamin Ramto, tidak membiayai pembangunan proyek tersebut. Yang membiayai, investor itulah. Dan, seperti dikatakan Bun Yamin Ramto pula, pengembalian uang dari jalan tol biasanya cepat. Dalam hal jalan tol MT Haryono, Gatot Subroto dan S. Parman misalnya, "diperkirakan paling lambat 8 tahun," ucap Bun Yamin. Biayanya diperkirakan AS$ 400 juta. Selain jalan bebas hambatan MT Haryono, Gatot Subroto dan S. Parman (disebut lintas Selatan-Barat) juga akan dibangun lintas Selatan-Utara dan Barat-Timur di bagian kota yang lain serta lintas Grogol-Tanggerang serta Cawang-Cikampek di luar bagian tadi. Di antara semuanya, lintas MT Haryono, Gatot Subroto dan S. Parman, mendapat prioritas. Salah satu sebabnya boleh jadi karena adanya anggapan daerah sekitar jalur tersebut tidak sepadat daerah lintas lain. Wallahualam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus