Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menyanyikan puisi mbeling

Remy sylado muncul dengan rekaman kaset baru yang lirik dan lagunya seakan menentang arus. ia berani menyindir dan melakukan protes secara terus terang melalui baris-baris liriknya.

25 November 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAKIN banyak orang nekad dalam musik pop pribumi akan menolong musik ini menjadi sehat. Remy Sylado, dengan dua rekaman kaset bernama 'Orexas' dan 'Remy Sylado Company', seperti menentang arus. Baik lirik maupun lagunya bukan jenis selera yang sedang pasaran sekarang. Dalam 'Remy Sylado Company', yang diproduksi Irama Tara, Remy menyanyikan puisi mbeling dalam irama rock dan country. Puisi mbeling ("nakal") yang mula-mula ditampung di majalah Aktul, memang merupakan mode juga sebagai ekspresi anak muda. Kaset ini menunjukkan ketrampilan Remy. Ia memiliki potensi yang baik untuk memanfaatkan segala sesuatu, meramu dan menyatukannya dalam sebuah bentuk. Sayang sekali lirik, untuk diucapkan bersama musik, terasa masih lepas. Agaknya soal keterbatasan bahasa atau kurang tepatnya pemilihan kata. Banyak kali yang menonjol baru ide menyindir dan protes yang sangat verbal. Yang menarik adalah keberaniannya melontarkan baris-baris yang sangat terus terang. Misalnya dalam lagu Demi KB: "Aku menyatakan cinta lewat apa, jika tidak lewat kondom .... Apakah kau percaya tentang kondom sebagai satu cita-cita. Ataukah sangsi ia sebagai lelucon yang memanjakan burung?" Sempat juga diselingkan pameran keterampilan vokal. Suara baritonnya yang secara teknis lumayan, tiba-tiba meliuk dalam lagu Bung Sondang -- mengingatkan kita pada liukan dalam Gembala Sapi Norma Sanger dulu. Remy mampu memainkan vokalnya, tapi entah kenapa seperti ada yang menahan sehingga kurang ekspresif. Barangkali terburu-buru. Kaset 'Orexas' yang diproduksi oleh Karya Nada, lebih baik. Sisi A memuat 7 lagu. Di antaranya Mabok Pu Tao yang ditulis Nikki Ukur dan Aku Mo Canti Nama Jadi Apa Saja gubahan Rully Mihardja. Juga lagu Remy bernama Aku Raja Atas Kecewaku yang dinyanyikan Elly Jayusman -- yang menunjukkan sebenarnya lagu Remy bisa baik kalau dinyanyikan orang lain. Sementara Remy sendiri terasa lebih lepas menyanyikan lagu orang lain. Unsur protes tersalur dengan hebat dalam lagu Orexas -- dengan musik, lirik dan vokal Remy sendiri. Dimulai dengan suara anak anjing. Disambung seruan yang mengajak para "orexas" begini: "Hee mari kita panjatkan doa kita, semoga orang-orang tua kita cepat dilanda malapetaka biar mampus dengan segala kemunafikan mereka." Disambung dengan "doa", yang diakhiri dengan kata "Idi Amin". Lalu terdengar suara sejumlah anak muda menggunjingkan perilaku para orangtua mereka, yang disambung suara Remy menyanyikan lirik ini: "Dalam kota kami ada kumpulan anak muda mbeling yang bernama Orexas/Mereka melawan pada orang tua sendiri yang dibilang munafik/Konon ayah larang anaknya mengisap ganja/Padahal mereka sendiri mabok di nigbt club/lbunya bilang tabu jika anaknya ngerti soal sex/Sementara mereka sendiri main gila/ltulah musabab yang menyebabkan mbeling membikin itu Orexas/Orexas adalah Organisasi Sex Bebas/ Untuk mengkaji cinta gombal" .... Sesuai dengan sikap Remy, ia juga menawarkan pemecahan. Baginya pemecahan itu begini: "Jikalau orang tua bisa belajar jadi lugu pada jalannya sang takdir. Mereka kan maklum bahwa di satu waktu yang muda kan jadi tua juga." Remy melihat persoalan itu semuanya sebagai akibat sengketa usia. Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus