HATI-hati kalau Anda ke Palimanan-Cirebon. Di sana ada permukiman orang-orang yang suka jahil. Yang dijadikan sasaran, bagian tubuh manusia yang paling penting -- ya, alat vital. Orang jahil itu bisa meminjam alat yang Anda sembunyikan itu tanpa permisi, tanpa Anda sendiri tahu. Awal bulan lalu, yang jadi korban adalah seorang tukang becak dari Kampung Belakang, Desa Kedungbunder. Natija, 27, sedang asyik mengayuh becaknya di jalan raya Palimanan. "Tiba-tiba kepala saya rasanya nyengngng . . . pening," tutur Natija. Urusan pening, bagi pekerja yang lumrah dipanggang terik matahari, obatnya biasa saja. Berteduh, hilang. Nah, waktu itulah, sambil berteduh, ia kepingin kencing. Begitu celananya dicopot, e! -- anunya kagak ada. Natija panik. Ia tak berani memberi tahu teman-temannya sesama becakwan. Ia gemetar. "Kalau kawan-kawan saya sampai tahu, wah, saya pasti malu," ceritanya kepada Hasan Syukur dari TEMPO. Ia memilih pulang, mengabarkan kehilangan aneh itu kepada istri dan ibunya. Maklum, istrinyalah yang paling berhak, sedang ibunya adalah perempuan lain yang pasti pernah melihatnya. Dagini, 22, istri Natija, langsung berteriak histeris dan menangis sejadi-jadinya. Alat vital suaminya, yang juga vital baginya, betul-betul tiada. "Selangkangan Natija datar saja, seperti orang perempuan," kata Marila pula, ibu Natija, yang memeriksa tubuh anaknya yang sudah dewasa itu dengan teliti. "Yang tinggal cuma lubang kencing saja, besarnya seperti sapu lidi," kata Marila lagi. Karena Dagini menangis menjerit-jerit, seisi kampung menghambur datang. Tak bisa dirahasiakan lagi kemalangan itu. Semua heran: kok bisa, ya, anunya Natija dicopot-copot? Tidak ada darahnya, lagi. Tidak sakit, lagi. Dan berita itu sampai ke kuping Duraji. Duraji adalah dukun yang berasal dari Desa Kempek, tempat pesantren yang dulu tersohor, di Kecamatan Ciwaringin Cirebon. Duraji, kisahnya, delapan tahun lalu sudah menangani kasus seperti kasus Natija -- yang waktu itu menimpa Paidi, penduduk di situ juga. Barang Paidi itu ternyata dipinjam orang jahil, dan baru dikembalikan setelah diminta Dukun Duraji. "Wah, orang-orang di permukiman itu memang nakal-nakal. Alat kelamin orang dianggap mainan," kata Duraji. Entah mainan apa. Duraji lalu mendatangi Natija. Setelah merenung sebentar di depan tubuh laki-laki itu, ia berucap, "Sabar. Cuma dipinjam sementara. Nanti sore dikembalikan." Betul. Sore itu, tubuh Natija sudah lengkap lagi dengan itunya. Tak diketahuinya, kapan dikembalikannya, bagaimana memasangkannya. Pokoknya, tahu-tahu ada. Natija dan istri pun berhenti bersedih. Maklum, pasangan ini 'kan belum punya anak. Jadi, barang tadi sangat diperlukan. Siapa yang meminjam? Oknumnya sendiri tak jelas diketahui Dukun Duraji. Yang terang, ia anak buah Buyut Gua Dalam, yang berumah di Gunung Roromong, Palimanan, begitu katanya. "Saya tinggal meminta kesediaan Buyut saja, agar memerintahkan anak buahnya yang nakal itu mengembalikan barang Natija," tutur Wak Dukun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini