Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Apel-apel Menjelang Tenggat

Meski tertinggal pada penghitungan di tingkat bawah, kubu Prabowo masih berkukuh memenangi pemilihan presiden. Bersiap ke Mahkamah Konstitusi.

21 Juli 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DALAM undangan yang disebarkan berantai, acara di Lapangan Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, pada Kamis sore pekan lalu disebut bakal dihadiri 50 ribu relawan pendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa. Kenyataannya, pertemuan bertajuk "apel siaga damai" itu hanya dihadiri ratusan orang dari berbagai kelompok relawan.

Prabowo dan Hatta, yang semula direncanakan datang, pun tak tampak hingga acara selesai. Letnan Jenderal Purnawirawan Yunus Yosfiah, anggota tim pemenangan, meminta maaf lantaran Prabowo berhalangan. "Prabowo sangat sibuk," ujar mantan Menteri Penerangan itu di depan hadirin.

Menurut Yunus, apel tersebut untuk mensolidkan pendukung Prabowo. Sebanyak 5.000 relawan dari 100 kelompok penyokong mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat itu akan dikerahkan ke kantor Komisi Pemilihan Umum pada saat pengesahan rekapitulasi suara nasional, Selasa pekan ini. Tujuannya agar komisioner "bisa bekerja dengan tenang dan bebas dari intimidasi pihak tertentu".

Salah satu kelompok relawan, Laskar Merah Putih, mengklaim bisa memasok ratusan orang untuk bersiaga di kantor KPU di Jalan Imam Bonjol, Jakarta. Organisasi ini menginduk ke Asril Center, lembaga buatan Mayor Jenderal Purnawirawan Asril Hamzah Tanjung, yang juga politikus Partai Gerindra. "Asril dan Prabowo duduk di dewan kehormatan kami," kata Ketua Laskar Merah Putih Lucky Sunarya.

Dalam apel, Asril Tanjung menyerukan agar suporter Prabowo tak terpancing provokasi, terutama ketika berkumpul di KPU. "Namun kita juga harus siap seandainya ada gejolak yang timbul sewaktu-waktu," ujarnya, disambut yel-yel peserta apel. Bekas Kepala Staf Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu meminta mereka "mengawal" hasil pemilihan presiden di kantor KPU, yang akan diumumkan pada 22 Juli ini.

Tidak hanya di Jakarta, di daerah pun pendukung Prabowo tak tidur. Garda Nusantara, juga kelompok pendukung calon presiden nomor urut satu itu, sudah menginstruksikan anggotanya di tiap provinsi mengantisipasi segala kemungkinan. "Kami sudah siaga satu," ujar Ketua Umum Garda Nusantara Syahri Ramadlan.

Peserta apel meyakini pemilihan presiden dimenangi Prabowo-Hatta. Mereka tak percaya terhadap hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei yang memenangkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla dengan selisih rata-rata lima persen. Asril Tanjung mengklaim, berdasarkan hitung riil internal, Ketua Dewan Pembina Gerindra tersebut justru mengantongi tiga persen suara lebih banyak ketimbang Jokowi. "Kami akan mengawal sampai Prabowo jadi presiden."

Keunggulan Jokowi sebenarnya juga disiarkan kawalpemilu.org, yang menghitung suara berdasarkan formulir C1—hasil penghitungan di tempat pemungutan suara—yang diunggah di website KPU. Sebagaimana hasil hitung cepat lembaga survei, di situs independen yang dikelola secara keroyokan itu, Prabowo terpaut lima persen, atau sekitar tujuh juta suara, dari Jokowi.

Di sini Asril Tanjung keliru. Tabulasi internal pun sebenarnya menunjukkan Jokowi menang walau tipis. Menurut seorang anggota tim sukses, sampai Rabu malam pekan lalu, Jokowi memimpin sekitar 1,3 juta suara dari sekitar 95 juta suara yang masuk. Dimintai konfirmasi, calon wakil presiden Hatta Rajasa enggan membuka data dari dapurnya. "Kalau saya ngomong itu, kita akan terbelah lagi karena ada klaim," katanya.

Dengan selisih suara 1,3 juta, Prabowo dan elite partai penyokongnya optimistis bisa membalikkan keadaan. Apalagi, pada Rabu malam pekan lalu, Prabowo dibisiki orang-orang dekatnya bahwa ia kalah karena pihak lawan tak fair di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. "Saya dicurangi, saya dicurangi…," ujar peserta pertemuan, menirukan klaim Prabowo. Di antara orang di sekitar Prabowo, menurut seorang anggota tim, hanya Hatta dan Mahfud Md., ketua tim pemenangan, yang dikabarkan menerima hasil pemilihan.

Hatta menyangkal kabar bahwa Prabowo meluap-luap pada Rabu malam itu. "Biasa-biasa saja," katanya. Walau begitu, ia membenarkan, Prabowo menerima laporan klaim kecurangan di tiga daerah tersebut.

Hashim Djojohadikusumo mengklaim modus kejanggalan yang terjadi di DKI Jakarta. Menurut dia, ada 300 ribu pemilih dari luar Jakarta yang mencoblos tanpa formulir A5—syarat mencoblos bagi perantau. "Ada indikasi kecurangan," ujarnya dalam acara "Ibadah Pengucapan Syukur atas Kemenangan Prabowo-Hatta" di Jakarta Convention Center, Jumat pekan lalu. Hashim menyebutkan Prabowo unggul 1,6 persen atas Jokowi.

Di Jakarta, Jokowi meraih sekitar 2,8 juta suara. Adapun Prabowo dicoblos lebih dari 2,4 juta orang. Badan Pengawas Pemilihan Umum DKI Jakarta dan KPU Jakarta mengendus kejanggalan serupa, tapi jumlahnya tak seperti yang dikira Hashim. Dalam hitungan Gerindra, pemilihan ulang semestinya digelar di 2.000 tempat pemungutan suara. Dari 12.538 TPS yang ada di Jakarta, KPU Jakarta hanya memutuskan pemungutan ulang di 17 TPS. Jumlah pemilih di satu TPS hanya ratusan.

Demikian pula yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain ada faktor pemilih perantau yang tak disertai formulir A5, tim Prabowo-Hatta menuduh ada politik uang dan intimidasi terhadap saksi. Karena itu, kubu Prabowo menuntut pemilihan ulang di sejumlah daerah di dua provinsi ini. Di Jawa Timur, contohnya, di Madiun, Blitar, Ponorogo, dan Tulungagung atau kawasan Mataraman, yang dikuasai Jokowi.

Tim Prabowo mengkalkulasi, dengan menggelar pemilihan ulang di sejumlah wilayah di Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, kekurangan 1,3 juta suara bisa impas. Tuntutan tak cuma dibawa ke Badan Pengawas Pemilihan Umum dan KPU, tapi juga ke Mahkamah Konstitusi seandainya Jokowi dinyatakan sebagai pemenang pada 22 Juli.

Hatta tak menampik kabar bahwa timnya akan membawa kasus ke Mahkamah Konstitusi bila memang dinyatakan kalah oleh KPU. "Kalaupun ke MK, kami masih dalam koridor hukum," ujarnya. Hatta memperkirakan, siapa pun yang menang, pemilihan presiden pasti berujung di Mahkamah.

Sebelum ke sana, tensi sudah keburu naik menjelang rekapitulasi suara KPU. Pada Rabu malam pekan lalu, suasana di kubu Prabowo kembali tegang. Tiga hari sebelumnya, Prabowo dikabarkan hampir menerima hasil pemilihan versi hitung cepat lembaga survei. Setelah Prabowo merasa dicurangi, orang di sekitarnya malah membuat situasi makin panas. Mereka mengusulkan mendatangkan pendukung ke Jakarta, di antaranya dari Banten dan Lampung. Kepada Tempo, beberapa relawan yang berkumpul di Taman Mini pada Kamis pekan lalu mengaku berasal dari Banten, tapi sudah berdomisili di Jakarta.

Alasannya, massa dikerahkan untuk mengimbangi manuver kubu lawan. Beredar kabar di tim Prabowo bahwa tim Jokowi pun akan memberangkatkan orang dari Jawa Tengah dan Bali. Djarot Saiful Hidayat, anggota tim sukses Jokowi yang juga politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, menyangkal ada mobilisasi massa dari daerah. "Untuk apa? Wong kami dalam posisi menang," katanya.

Itulah yang menjadi latar penyelenggaraan apel siaga di Taman Mini pada Kamis pekan lalu. Walau jumlah yang hadir ratusan, kubu Prabowo yakin di KPU bakal lebih banyak pendukung yang datang. Pendukung Prabowo dari kalangan buruh, Said Iqbal, sesumbar akan menggerakkan ribuan buruh ke Jalan Imam Bonjol—kantor KPU. Menurut Said Iqbal kepada wartawan, "Ini aksi damai, bukan intimidasi atau rusuh."

Kegentingan ini dideteksi TNI Angkatan Darat. Bukan hanya polisi, Angkatan Darat pun bersiap turun mengamankan situasi. Menurut juru bicara TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Andika Perkasa, tentara menyiagakan 31 ribu prajurit. Mereka disebar di semua kota dan kabupaten. Koordinasinya di bawah kepala kepolisian resor masing-masing.

Selain dari komando daerah militer, ada pasukan dari Komando Pasukan Khusus dan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat, masing-masing 500 dan 1.500 personel. Pasukan Kopassus dan Kostrad ditempatkan di Jakarta. "Kami tempatkan di titik-titik vital," ujarnya, enggan merinci.

Hatta mengatakan tak mengetahui gerakan para pendukungnya. Walau begitu, ia meminta mereka tak turun ke jalan. "Saya tak mau melibatkan massa. Akan saya sampaikan itu ke pendukung. Menang dan kalah itu biasa," katanya.

Anton Septian, Muhammad Muhyiddin


Di Ujung Penghitungan Suara

SELASA pekan ini, Komisi Pemilihan Umum akan mengumumkan secara resmi hasil pemilihan presiden. Meski begitu, pemenang persaingan sebenarnya sudah tergambar pada penghitungan berjenjang yang formulirnya diunggah ke situs penyelenggara pemilihan itu. Pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla diperkirakan mengungguli pesaing mereka, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

ProvinsiKomisi Pemilihan UmumQuick Count RRI
Prabowo-Hatta*Jokowi-JKJumlah
Kabupaten/Kota
Prabowo-Hatta*Jokowi-JK
Aceh57,79*42,211352,48*47,52
Sumatera Utara39,44*-60,561542,38*-57,62
Sumatera Barat77.96*22.041277,58*22,42
Bengkulu44,85*55,15839,59*60,41
Bangka Belitung31,56*68.44536,64*65,36
Riau45,28*54,72750,16*49,84
Kepulauan Riau35,85*64,15644,46*55,54
Jambi49,78*50,22948,47*51,53
Sumatera Selatan55,07*44,93351,5*48,5
Lampung46,82*53,181350,54*49,46
Banten61,84*38,16356,93*43,07
DKI Jakarta44,88*55,12548,31*51,69
Jawa Tengah36,47*63,532134,34*65,66
DI Yogyakarta46,29*53,71343,8*56,2
Jawa Timur48,84*51,162047,3*52.7
Jawa Barat60,87*39,131759,46*40,54
Bali29,19*70,81930,83*69,17
Nusa Tenggara Barat71,27*28,73871,77*28,23
Nusa Tenggara Timur30,67*69,331032,37*67,63
Sulawesi Barat29,01*70,99217,46*82,54
Sulawesi Selatan38,67*61,331231,74*68,26
Sulawesi Tengah45,56*54,44845,16*54.84
Sulawesi Tenggara46,97*53,03838,87*61.13
Sulawesi Utara45,36*54,64448,89*51,11
Gorontal61,85*38,15660,62*39,38
Kalimantan Barat39,65*60.351445,9*54,1
Kalimantan Selatan53,19*46,81447,61*52,39
Kalimantan Tengah40,47*59,531050,92*49,08
Kalimantan Timur40,54*59,46335,93*64.07
Maluku Utara0*0048,5*51,5
Maluku35,39*64.61253,07*46,93
Papua Barat32,31*67,69248,07*51,93
Papua18,48*81,52432,8*67,2

Jumlah DaerahTotalPersentase
26649753,52

Hasil Suara Total

  • Prabowo-Hatta: 45,07%
  • Jokowi-JK: 54,93%

    Sumber: Form DB1 Komisi Pemilihan Umum per 18 Juli 2014, pukul 14.30 wib, dan Hitung Cepat Radio Republik Indonesia (RRI)

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus