Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Arnold, Memoar, dan Skandal

Aktor laga Arnold Schwarzenegger muncul dengan buku memoarnya di Frankfurt Book Fair. Dalam memoarnya itu, sang aktor blakblakan tentang kisah hidupnya, termasuk skandal dengan pembantunya, Mildred Patricia Baena.

22 Oktober 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aktor Hollywood berotot gempal Arnold Schwarzenegger muncul serius pada hari pertama Pameran Buku Frankfurt, Jerman, 10 Oktober lalu. Schwarzenegger mengenakan setelan jas dengan kemeja putih dan dasi bercorak warna merah marun. Ia banyak senyum, dan tampak makin macho jika melihat cincin platinum berbentuk tengkorak di jari kelingkingnya.

Schwarzenegger datang ke pameran buku itu tidak berbicara tentang filmnya atau politik, meski dia bekas Gubernur California, Amerika Serikat. Dia datang untuk mempromosikan buku memoarnya, Total Recall: My Unbelievably True Story, yang sudah dipajang di toko dan diterjemahkan ke bahasa Jerman, Total Recall: Die Wahre Geschichte Meines Lebens, sejak seminggu sebelum kemunculannya di Frankfurt Book Fair itu.

Layaknya selebritas yang muncul di depan publik, stan B 123 Hall 3.0 Hoffmann & Campe, tempat penerbit yang menjual buku Schwarzenegger, riuh bukan kepalang. Pengunjung berjubel berdesakan supaya bisa melihat wajah atau kebagian berfoto bersama jagoan di film Terminator itu. Atau mereka menyodorkan buku setebal 621 halaman seharga 27,99 euro (sekitar Rp 350 ribu) agar bisa ditandatangani Schwarzenegger.

Petugas keamanan pun sibuk membentengi Schwarzenegger, yang diserbu penggemarnya, sampai ia kegerahan dan harus melepas jasnya. ”Wah, wah..., pengawalannya luar biasa, melebihi Mikhail Gorbachev yang beberapa tahun lalu juga duduk di situ,” ujar seorang pengunjung sambil menunjuk sofa putih yang diduduki Schwarzenegger.

”Inilah buku tentang saya. Tentang perjalanan hidup si anak miskin asal kota kecil Thal, Austria, yang sukses di Amerika, tapi sarat gelombang pahit dan manis. Orang tidak akan percaya pada kisah saya ini jika muncul dalam bentuk film,” kata European ”Mr. Muscle” 1966 bersuara berat itu kepada para penggemarnya seraya tertawa lebar.

Hari itu, selain muncul di stan Hoffman & Campe, Schwarzenegger muncul di dua sesi wawancara yang biasanya diisi oleh para pengarang berkelas, seperti Guenter Grass dan Umberto Eco, di Podium Televisi ARD dan Sofa Biru (Blaue Sofa). Di sini panggung Schwarzenegger juga riuh dijubeli ratusan pengunjung. Wawancara satu jam itu berlangsung santai dan diwarnai tawa serta tepuk tangan pengunjung karena Schwarzenegger kerap menyelipkan kata-kata canda.

Buku bersampul wajah Arnold Schwarzenegger itu mengungkap banyak sisi memilukan sang aktor sebelum jadi orang sukses. Sewaktu kecil, Schwarzenegger harus berjalan berkilo-kilometer untuk mengambil air, karena di rumahnya tak ada listrik dan air. Bapaknya, Gustav Schwarzenegger, adalah tentara Nazi yang amat keras mendidik anak-anaknya, sehingga Schwarzenegger kecil pernah dikejar-kejar bapaknya yang lari sambil mengacungkan sabuk tentara. Ia juga pernah berjalan di tengah Kota Muenchen, Jerman, memamerkan otot-ototnya cuma dengan celana cawat pada musim dingin sampai jadi tontonan orang, untuk mempromosikan studio kebugaran karena, semasa ia remaja, fitness masih dianggap barang aneh.

Di Amerika pun awalnya ia dilecehkan ketika melamar jadi bintang film karena, kata sutradara, aksennya terdengar aneh buat kuping orang Amerika. Otot-ototnya juga terlalu besar dan ini sudah tidak ngetren lagi, begitu kata seorang produser. Tapi belakangan sutradara film Terminator, ­James Cameron, malah memujinya. ”Lihat, film ini bisa sukses karena Schwarzenegger bicara seperti mesin,” katanya menirukan ucapan Cameron.

Dan nyatanya Schwarzenegger memang sukses sebagai pencetak uang. Bisnisnya ada di mana-mana. Ia jadi investor berbagai properti di California, menciptakan Restoran Planet Hollywood dengan lebih dari 700 cabang di seluruh dunia. Maka, dalam usia 20 tahun, ia sudah jadi miliuner. Pada 1990, majalah Time menobatkannya sebagai ”Hollywood Top Star”. ”Tidak seperti kebanyakan selebritas Amerika, saya amat lihai mengubah uang dari satu dolar menjadi dua dolar,” katanya tersenyum lebar. Para pengunjung pun langsung menyambutnya dengan tepuk tangan.

Schwarzenegger menikah pada usia 39 tahun dengan keponakan mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, Maria Shriver. Sang istri adalah penulis enam buku laris, pemerhati anak-anak terbelakang dan penderita alzheimer, yang sukses pula berkarier sebagai wartawan televisi. Mereka dikaruniai empat anak: Katherine, Christina, Patrick, dan Christopher.

Tahun lalu Schwarzenegger membuat heboh karena mengaku main serong dengan pembantu rumahnya, Mildred Patricia Baena, sampai melahirkan anak, Joseph. Affair itu terjadi di vila keluarga ketika ia ditinggal liburan oleh istri dan anaknya. Wajah Joseph, yang lahir hampir bersamaan dengan kelahiran anak bungsu Schwarzenegger, amat mirip dengannya sehingga mengundang kecurigaan istrinya. Schwarzenegger pun akhirnya mengaku.

Beberapa bulan kemudian, Maria Shriver dan anak-anaknya angkat kaki dari rumah keluarga dan mengajukan cerai—setelah 25 tahun menikah. Ia menyewa Laura Wasser, pengacara langganan artis top Hollywood, seperti Angelina Jolie, Britney Spears, dan Christina Aguilera, untuk menyelidiki kekayaan sang suami dan menyelidiki apakah Schwarzenegger masih punya anak yang lain. ”Saya bukan manusia sempurna,” kata Schwarzenegger mengomentari perbuatannya.

Dalam buku memoarnya itu, Schwarzenegger juga mengungkap hubungannya dengan yang lain. Semasa pacaran dengan Maria Shriver, ia juga main serong dengan Brigitte Nielsen—artis asal Swedia yang kemudian dinikahi aktor Sylvester Stallone. Kini Shriver dan anak-anaknya tinggal di rumah senilai US$ 10 juta, sekitar 3 kilometer dari rumah Schwarzenegger, agar anak-anak bisa gampang kalau ingin ketemu bapaknya.

Selesai wawancara di podium, Schwarzenegger langsung digelandang keluar. Itu membuat wartawan mesti susah payah menembus barikade pengaman. Dia akhirnya sempat menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan para wartawan, termasuk Tempo, seputar memoarnya dan skandalnya dengan pembantunya, Mildred Patricia, yang dituangkan dalam buku tersebut.

Apakah tidak khawatir istri Anda tahu skandal yang Anda lakukan?

Saya tidak mau membicarakannya karena ini cuma akan membangkitkan kembali sakit hati keluarga saya. Saya berusaha melindungi mereka sebisa mungkin.

Tapi Anda menulisnya di buku?

Ya, saya menulisnya. Saya tidak menyembunyikannya. Tapi saya tidak ingin membeberkan ceritanya.

Mengapa Anda menerbitkan buku itu sekarang? Mengapa tidak menunggu sampai berita skandal itu mereda?

Saya bukan tipe orang yang suka lari dari persoalan. Saya menghadapinya. Buku saya bercerita tentang saya. Bukan cuma kesuksesannya, tapi juga kegagalan dan kesalahan-kesalahannya. Itu semua adalah bagian dari hidup saya, seperti satu paket kehidupan. Buku itu terbit sekarang atau nanti, sama saja. Saya tidak bisa lari dari kenyataan. Orang yang tertarik (prob­lem saya) akan mencari tahu jawabannya di buku.

Bagaimana reaksi keluarga Anda?

Berat. Amat berat buat istri, anak, dan sahabat-sahabat saya. Saya telah menyakiti­ dan membuat mereka kecewa. Skandal ini adalah bagian paling buruk dan bodoh dalam hidup saya.

Bagaimana dengan Mildred?

Saya melakukan kewajiban sebagai ayah Joseph dengan memberinya dukungan finansial, tapi saya tidak pernah menghubunginya. Saya juga tidak melakukan peran bapak buat Joseph.

Apakah istri Anda membaca buku itu?

Saya kira tidak. Tapi dia tahu apa yang saya ceritakan di situ.

Anda tidak curiga ketika melihat Mildred hamil?

Tidak, karena dia punya pacar.

Apa rencana Anda selanjutnya?

Setelah jadi aktor, gubernur, dan kini edukator, saya ingin menjadi profesor. Sekarang saya bekerja di Institute State and Global Policy di sebuah universitas di California Selatan.

Tutty Baumeister (Frankfurt)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus