Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masyarakat Singkawang banyak mengandalkan jasa tatung dalam berbagai aspek kehidupan. “Kami percaya, dewa-dewi memiliki tanggung jawab atas kehidupan manusia,” ujar Wijaya Kurnaiwan, ahli budaya Singkawang, kepada Tempo. Menurut Kurnaiwan, jasa tatung dibutuhkan sebagai tabib penyakit luar dan dalam, menghalau kerasukan, sampai membersihkan kota dan tempat tinggal dari roh jahat. Satu jasa mereka yang populer adalah sebagai pemberi mantra pelaris serta kode nomor undian buntut.
Dalam praktek pengobatan, tatung tetap menganjurkan pasiennya pergi ke dokter untuk penyakit yang perlu ditangani secara medis. ”Saya tak bisa mengobati kanker,” ujar tatung Se Chiong, 54 tahun. Metode mereka mengobati pasien bergantung pada keluhan. Salah satunya membakar phu (kertas mantra), yang kemudian diminum atau disebar. Ada juga yang memberi resep obat herbal, seperti akar tumbuhan dan ginseng.
Setiap tatung memiliki atribut pribadi. Bagaimana cara mendapatkannya? Melalui mimpi. Pesan-pesan diberikan roh para suhu kepada tatung pilihannya melalui mimpi. Pesan tersebut akan dipenuhi tatung, baik dengan dana sendiri maupun dengan bantuan umat.
Berikut ini benda-benda yang mereka pakai dalam setiap ritual.
- Kostum:
Ilham tentang kostum lazimnya datang lewat mimpi. Jika si suhu dulu seorang panglima perang, kostum si tatung akan dilengkapi parang panjang dan pedang. Warna kostum menunjukkan sifat sang suhu. Para panglima perang biasa memakai kostum warna hitam, merah, atau hijau dan merah. Seorang sarjana menggunakan kostum kuning atau putih. Kostum hanya boleh dipakai jika tatung sedang membutuhkan sang suhu. - Phu (Kertas Mantra):
Phu digunakan untuk pengobatan atau mantra pembawa rezeki. Isi mantra ditulis dengan tinta merah (fung shui) dan dicap dengan stempel suhu (jyin). Phu putih biasanya dibakar di luar pintu. Phu kuning dibakar dan kemudian dicampur air minum. Phu hijau, yang biasa dipakai sebagai antimaling atau pelindung tubuh, dibakar, dicampur dengan garam dan beras kuning, kemudian disebar di belakang rumah. Phu merah disimpan di atas pintu toko, pintu rumah, atau di dalam laci, sebagai pembawa rezeki. - Cap (Jyin):
Cap merupakan tanda tangan suhu. Mantra yang diberikan tatung harus memuat cap ini. Seminggu sebelum Imlek, tatung membungkus jyin dengan kertas shin thin kuning. Mereka percaya pada saat ini para suhu pulang ke kayangan, menghormati Dewi Kwan Im. Bungkusan baru dibuka ketika para suhu kembali lagi menjelang Cap Go Meh. Menurut kepercayaan, tatung yang asli tak akan bisa mengobati orang saat jyin dibungkus. - Altar:
Altar didirikan untuk menghormati dewa dan para leluhur. Kebanyakan ritual tatung dilakukan di atas altar. Biasanya altar dipenuhi hio, patung para dewa, lilin sembahyang, dan barang sesembahan, seperti makanan dan buah. - Sin Kaow:
Sin Kaow berfungsi untuk mengetahui persetujuan para dewa dalam setiap urusan. Setiap selesai mengajukan permohonan di altar, tatung akan melempar sin kaow. Jika posisi sin kaow ada yang telungkup dan terbuka, berarti dewa merestui sang tatung. Tanda setuju ini biasanya dibuat dari sepasang kayu yang kemudian dibentuk mirip kuping. Ada juga yang menggunakan sepasang piring tembaga kecil yang diikat dengan tali. - Tandu (Khiau):
Tandu menjadi kendaraan tatung dalam perayaan Cap Go Meh. Bahannya bambu dan kayu, dengan tempat duduk dari ratusan paku atau jejeran pisau. Agar tak melukai penggunanya, tatung mencipratkan air yang sudah dimantrai pada pisau sebelum dinaiki. - Jarum:
Beberapa tatung menusukkan jarum ke wajahnya saat pawai untuk menjaga agar suhu tak cepat pergi. Ukuran dan ketebalannya beragam, tapi rata-rata memiliki panjang 50 sentimeter. Agar jarum tak melukai tubuh, tatung harus berpuasa vegetarian selama tiga malam dan tidak boleh bercampur secara seksual dengan pasangan. - Gendang:
Dalam setiap pawai Cap Go Meh, arak-arakan tatung pasti diiringi penabuh gendang. Bunyi gendang berfungsi membangkitkan spirit sang suhu. - Jimat:
Tatung biasa menggunakan jimat dari kain untuk menangkal guna-guna, terutama jika suhu sedang pergi meninggalkan badannya. - Sui Bon:
Setiap kali seorang tatung berhasil menangkap roh jahat, si jahat akan dimasukkan ke sui bon. Bentuknya seperti mangkuk dari bahan keramik. Agar tak terbuka, mangkuk diikat dengan kain merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo