Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Siasat Hadapi Efek El Nino

Pemerintah mewaspadai dampak El Nino terhadap kenaikan harga bahan pangan di dalam negeri. El Nino bisa melambungkan inflasi.

29 April 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga mengalami gagal panen akibat kemarau berkepanjangan di Desa Sukaringin, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. TEMPO/ Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pemerintah mewaspadai dampak El Nino terhadap kenaikan harga bahan pangan di dalam negeri.

  • Komoditas yang bergantung pada curah hujan perlu diantisipasi, seperti padi dan sawit.

  • El Nino bisa memperburuk tingkat inflasi tahun ini yang diperkirakan mencapai 5 persen.

JAKARTA — Pemerintah mewaspadai dampak fenomena alam El Nino terhadap kenaikan harga bahan pangan di dalam negeri. Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan, Isy Karim, mengatakan El Nino dapat menyebabkan beberapa risiko dan dampak negatif pada produksi pertanian karena berpotensi menyebabkan kekeringan ekstrem. Terlebih, kondisi ini terjadi di banyak wilayah di dunia, khususnya di Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Afrika Selatan.

“Yang perlu diwaspadai tidak hanya gagal panen dan produksi pertanian yang menurun di dalam negeri, tapi juga tekanan harga komoditas global,” ujar Isy kepada Tempo, Jumat, 28 April 2023. Risiko itu pada akhirnya dapat memicu kenaikan harga pangan secara global karena penurunan produksi dan persediaan yang terbatas.

Baca: Beban Petani Terasa hingga Pasar

Isy mencontohkan harga internasional untuk gula yang sudah naik lebih dari 30 persen dibanding harga pada tahun lalu, yang terutama disebabkan oleh proyeksi penurunan produksi di India akibat curah hujan yang berkurang. “Di dalam negeri, komoditas yang bergantung pada curah hujan perlu diantisipasi, seperti padi dan sawit sebagai makanan pokok dan komoditas ekspor utama,” kata dia.

El Nino merupakan fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal di Samudra Pasifik bagian tengah. Pemanasan tersebut berpotensi mengurangi curah hujan dan memicu kekeringan di Indonesia. Pada 2015, fenomena El Nino mengakibatkan angka kebakaran hutan dan lahan naik mencapai 2,5 juta hektare. Kekeringan panjang di beberapa daerah juga membuat ratusan ribu hektare tanaman padi gagal panen.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pada Maret lalu memprediksi 50-60 persen fenomena El Nino berpeluang terjadi pada semester kedua 2023. Sedangkan menurut peneliti dari Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Erma Yulihastin, berdasarkan rilis terbaru model prediksi National Oceanic and Atmospheric Administration (lembaga di Amerika Serikat yang memprediksi cuaca, memetakan samudra, dan memantau atmosfer) pada April lalu, El Nino tahun ini diperkirakan mulai terjadi pada Mei dan peluangnya meningkat sampai 90 persen pada Agustus.

Menurut Isy, El Nino menjadi salah satu faktor yang diperhitungkan dalam perencanaan dan pengelolaan kebijakan pangan di Indonesia. Sebagai strategi kunci, dia berujar pemerintah menyadari, tanpa cadangan pangan yang dikuasai pemerintah, stabilisasi harga akan sulit dijalankan. Apalagi Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Cadangan Pangan Pemerintah mengamanatkan untuk mewujudkan cadangan pangan yang cukup.

Petani merontokan padi saat panen di Kampung Babakan Cianjur, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, 26 Februari 2023. TEMPO/Prima mulia

Antisipasi Dampak El Nino dengan Impor Beras

“Khusus beras, mengantisipasi potensi penurunan produksi akibat El Nino, pemerintah telah memutuskan menambah cadangan beras pemerintah melalui impor yang dilakukan Perum Bulog, mengingat pasar internasional pangan akan semakin ketat akibat El Nino,” ujar Isy. Dia manambahkan, pemerintah pun tengah membangun cadangan pangan tidak hanya untuk beras, tapi juga untuk komoditas lainnya.

Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), I Gusti Ketut Astawa, berujar penguatan cadangan stok diperlukan untuk menjaga pasokan dan stabilisasi harga yang pada akhirnya bisa mengerek tingkat inflasi. Bapanas pun telah menetapkan cadangan pangan, khususnya minyak goreng, pada tahap awal sebanyak 100 ribu ton. “Kami memerintahkan kepada Bulog serta ID Food untuk menyiapkan cadangan pangan tersebut dan akan digunakan untuk stabilitas pasokan ataupun harga,” ujarnya.

Sementara itu, pada tahap berikutnya, Bapanas akan meningkatkan cadangan minyak goreng di angka 200-300 ribu ton. “Kami akan terus memperkuat peran Bulog dan ID Food sebagai distributor pertama dan distributor kedua untuk distribusi minyak goreng, baik Minyak Goreng Kita maupun minyak goreng curah,” kata Ketut.

Berikutnya, untuk menguatkan cadangan beras, pemerintah memutuskan mengimpor 2 juta ton beras yang diperuntukkan  cadangan Bulog di tengah prediksi kekeringan panjang imbas El Nino. Presiden Joko Widodo sebelumnya mengatakan, jika pemerintah memilih pilihan impor dalam waktu dekat, dikhawatirkan Indonesia tidak kebagian jatah cadangan beras, mengingat negara yang dituju untuk impor juga diprediksi turut terkena dampak El Nino.

“Jangan sampai nanti ketika sudah musim kering panjang, kita bingung mau membeli beras ke Thailand, Vietnam, Pakistan, dan India karena barangnya tidak ada,” ucapnya. Meski demikian, Jokowi memastikan bahwa pilihan impor beras ini di sisi lain tidak akan mengganggu harga gabah petani. Pemerintah, melalui Bapanas, juga memastikan tetap menyerap beras petani dengan maksimal.

Bongkar muat beras dari Thailand di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 13 Februari 2023. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini



Sementara itu, dari sisi hulu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi, mengatakan petani diminta melakukan percepatan tanam merespons adanya perubahan iklim ekstrem akibat El Nino. “Kebijakan dari Kementerian adalah untuk melakukan percepatan tanam setelah memasuki panen raya yang hampir berakhir pada Mei,” ujar dia.

Percepatan tanam dilakukan dengan berbagai upaya. Salah satunya mempercepatnya menjadi tak lebih dari 14 hari. Bahkan beberapa daerah, kata Suwandi, sudah mengolah tanah dengan traktor pada maksimal 10 hari seusai panen. “Jangan lupa juga waktu olah tanam dengan traktor dilakukan penyemprotan biodekomposer untuk mempercepat proses pelapukan,” kata Suwandi. Di sisi lain, untuk penyemaian benih, Kementerian Pertanian menyarankan dilakukan di luar guna percepatan tanam dengan menggunakan benih-benih unggul super disertai terobosan-terobosan baru dalam prosesnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan khawatir akan perluasan dampak El Nino terhadap tingkat inflasi keseluruhan akibat kenaikan harga pangan. Terlebih, kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan saat ini cukup tinggi. Luhut tidak mau pengalaman saat El Nino pada 2015 terulang. “Diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrem pada tahun tersebut,” kata dia. Selain pengamanan stok pangan dan strategi peningkatan produksi di hulu, ujar Luhut, pemerintah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai amunisi untuk menghadapi El Nino.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, menuturkan fenomena El Nino yang berdampak signifikan pada stok pangan dan kenaikan harga dapat meningkatkan inflasi pada tahun ini. Berdasarkan catatan historis, pada 2015 fenomena ini menyebabkan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) mencapai 4,84 persen secara tahunan, berikutnya pada Januari 2016 sebesar 6,77 persen. “Dengan kondisi inflasi pada 2023 diperkirakan 4,5-5 persen, kondisi El Nino bisa memperburuk inflasi,” ucap dia.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menuturkan pengaruh El Nino terhadap tingkat inflasi ke depan akan sangat bergantung pada antisipasi pemerintah dalam menghadapi kenaikan harga-harga pangan tersebut. “Apabila pemerintah telah mengantisipasi cadangan pangan, terutama beras, yang cukup, pada saat kenaikan harga akibat produksi yang berkurang terjadi, pemerintah dapat mengantisipasi dengan melakukan operasi pasar untuk mengendalikan kenaikan harga,” ucap dia.

ANWAR SISWADI | GHOIDA RAHMAH

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Ghoida Rahmah

Ghoida Rahmah

Bergabung dengan Tempo sejak Agustus 2015, lulusan Geografi Universitas Indonesia ini merupakan penerima fellowship Banking Journalist Academy batch IV tahun 2016 dan Banking Editor Masterclass batch I tahun 2019. Pernah menjadi juara Harapan 1 Lomba Karya Jurnalistik BPJS Kesehatan di 2016 dan juara 1 Lomba Karya Jurnalistik Kategori Media Cetak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tahun 2021. Menjadi Staf Redaksi di Koran Tempo sejak 2020.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus