Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Jumlah pesawat untuk arus mudik Lebaran tahun ini mencapai 335 unit.
Jumlah pesawat maskapai penerbangan berkurang karena ditarik oleh lessor.
INACA optimistis arus mudik Lebaran 2022 bisa terlayani dengan armada yang ada.
JAKARTA – Para pengelola bandara dan maskapai tetap berupaya menampung lonjakan arus mudik Lebaran 2022 di tengah keterbatasan jumlah pesawat. “Keterbatasan pesawat jadi tantangan untuk maskapai penerbangan, tapi dapat diatasi dengan pengaturan flight yang tepat,” kata Vice President Corporate Secretary PT Angkasa Pura I (Persero), Handy Heryudhitiawan, kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekurangan jumlah pesawat diperkirakan terjadi pada arus mudik Lebaran 2022. Data Kementerian Perhubungan menyebutkan tahun ini jumlah pesawat yang tersedia untuk mudik mencapai 335 unit, yang dioperasikan sebelas maskapai. Jumlah ini anjlok dibanding pada 2019 yang mencapai 547 unit. Padahal jumlah penumpang pesawat pada masa mudik Lebaran kali ini diperkirakan melejit, mendekati sebelum masa pandemi Covid-19.
Menurut Handy, sejak aturan tes Covid-19 ditiadakan, 15 bandara yang dikelola Angkasa Pura I menampung 138 ribu penumpang per hari. Angkasa Pura I memperkirakan jumlahnya akan melonjak hingga 150 ribu penumpang pada puncak arus mudik yang jatuh pada 29 April. “Saat itu, lalu lintas pesawat bisa mencapai 1.400 per hari,” ujar dia.
Penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Badung, Bali, 9 Maret 2022. ANTARA/Fikri Yusuf
Handy mengatakan empat bandara bakal menampung volume pemudik terbesar, yaitu Juanda di Surabaya, Sultan Hasanuddin di Makassar, I Gusti Ngurah Rai di Bali, dan Yogyakarta. Menurut dia, Bandara Juanda mencatatkan pengajuan slot extra flight terbanyak. “Permintaan maskapai ke sana mencapai 246 extra flight atau 12.888 kursi,” kata dia.
Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero), Muhammad Awaluddin, sebelumnya mengatakan kelangkaan jumlah pesawat terjadi selama masa pandemi Covid-19 hingga kini. Krisis jumlah pesawat, menurut dia, ditunjukkan dengan pergerakan penerbangan yang tak sebanding dengan peningkatan jumlah penumpang. “Pergerakan pesawat untuk angkutan mudik baru mencapai 78 persen dari angka normal, sedangkan pergerakan penumpang sudah 87 persen,” ujar dia.
Menurut Awaluddin, total trafik pesawat pada kuartal I 2022 mencapai 106 ribu, naik dibanding pada tahun lalu sebanyak 95 ribu. Jumlah ini, dia melanjutkan, tak sebanding dengan jumlah penumpang yang mencapai 11,71 juta. Berkurangnya jumlah pesawat terjadi karena penarikan unit oleh perusahaan penyewa atau lessor dan banyak yang menjalani perawatan akibat grounded pada masa pandemi Covid-19.
Penurunan jumlah pesawat, kata Awaluddin, menyebabkan operator bandara harus menambah jam operasi akibat jam layanan penerbangan menjadi lebih panjang. “Ada deviasi. Harus disikapi dengan penambahan armada,” ujar dia.
Tekanan keuangan akibat pandemi memaksa sebagian besar maskapai penerbangan mengembalikan pesawat kepada lessor. Pada 2021, Lion Air mengembalikan enam pesawat dan mengandangkan 25 lainnya karena pembayaran sewanya tersendat.
Dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Jumat lalu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo mengatakan jumlah pesawat Garuda Indonesia juga berkurang dari 71 unit menjadi hanya 29 unit. “Garuda beroperasi sangat terbatas,” ujarnya. Sebelum restrukturisasi, maskapai pelat merah itu mengelola 142 unit pesawat. Jumlahnya berkurang separuh pada 2021 dan terus merosot hingga kini.
Namun Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, optimistis bisa mengoptimalkan 35 unit pesawat pada puncak arus mudik Lebaran 2022. Dia mengklaim keterisian pesawat atau seat load factor (SLF) berangsur normal. “Rata-rata posisinya di atas 50 persen, bahkan untuk mudik sudah ada yang 100 persen,” katanya.
Direktur Arista Indonesia Aviation Center, Arista Atmadjati, mengatakan munculnya maskapai penerbangan baru belum cukup untuk menambal defisit pesawat. Menurut dia, Super Air Jet yang baru bergabung di pasar penerbangan berbiaya ekstra murah (supercost) hanya mengoperasikan enam pesawat. Demikian pula dengan Pelita Air Service yang baru mengelola dua pesawat.
Adapun Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Bayu Sutanto, yakin lonjakan jumlah penumpang pada arus mudik Lebaran 2022 masih bisa dilayani dengan armada yang ada. Apalagi, kata dia, mayoritas pemudik memilih lewat jalur darat. “Cenderung memilih berangkat lewat jalan tol Trans Jawa sehingga kecil kemungkinan kekurangan pesawat.”
YOHANES PASKALIS | FRANCISCA CHRISTY ROSANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo