Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Kenaikan harga pangan yang simultan membuat dampak inflasi mulai terasa. Pengeluaran belanja harian dirasakan terus meningkat, terutama oleh para ibu rumah tangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rosmaida Tampubolon, warga Jakarta, mengatakan perlu mengeluarkan uang lebih untuk kebutuhan dapurnya. “Beberapa bulan lalu, uang seratus ribu rupiah masih bisa untuk membeli bahan bumbu, cabai, tomat, bawang, sekaligus daging dan ikan,” ujarnya kepada Tempo, kemarin. Dalam beberapa waktu terakhir, perempuan berusia 69 tahun ini melanjutkan, jumlah uang yang sama hanya bisa dia gunakan untuk belanja bumbu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setali tiga uang dengan pengalaman Ivena Apulina, 22 tahun. Mahasiswa Universitas Indonesia yang indekos dan terbiasa memasak sendiri ini menyadari biaya belanja pangannya makin mahal belakangan ini. “Yang saya notice adalah kenaikan harga telur, cabai, dan bawang, sih," ujar dia. Tanpa ingat angka pasti, Ivena mengatakan, dengan Rp 100 ribu, dia cuma bisa mendapatkan tiga komoditas tersebut dalam kuantitas yang lebih sedikit ketimbang sebelumnya.
Per kemarin, berdasarkan situs web Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga sejumlah komoditas bergerak naik. Di antaranya adalah minyak goreng bermerek yang naik Rp 500 menjadi Rp 22.050 per kilogram dari hari sebelumnya. Gula pasir lokal juga naik tipis Rp 50 menjadi Rp 14.550 per kg.
Kenaikan juga terjadi pada harga telur ayam yang menyentuh Rp 31.400 per kg. Sehari sebelumnya, telur berada di level Rp 31.300 per kilogram. Di pasar, harga jual telur bisa lebih tinggi. Pada Rabu, 24 Agustus 2022, misalnya, ada pedagang yang menjual komoditas ini seharga Rp 32 ribu per kilogram.
Aktivitas perdagangan di Pasar Senen, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Lonjakan harga telur ayam disebutkan terjadi karena kurangnya pasokan, sedangkan permintaan sedang banyak-banyaknya. Daerah dengan harga telur tertinggi adalah Bogor, yang mencapai Rp 32 ribu per kilogram. Pemerintah Kota Bogor melaporkan harga telur ayam ras di sana naik 14 persen dalam tiga bulan terakhir.
Pedagang kebutuhan pokok di Pasar Tebet, Jakarta Selatan, Turino, mengatakan harga telur ayam merangkak naik sejak pekan lalu. Bukannya untung, pedagang malah buntung. “Akibat harga tinggi, penjualan justru menurun,” kata pria berusia 39 tahun itu. “Biasanya orang-orang beli rata-rata 2 kg, sekarang hanya membeli setengah sampai 1 kg telur.”
Komoditas lain yang harganya juga beranjak naik adalah beras. “Saat ini beras rata-rata naik Rp 500 per kg,” ujar Turino. Karena kenaikan harganya tipis-tipis, penjualannya masih stabil. Omzet dia dari penjualan beras pun tidak seanjlok telur.
Kenaikan harga membuat Turino mau tak mau mengurangi stok barang. "Daripada tidak laku," ujarnya. Sudah dikurangi pun, tumpukan bahan kebutuhan pokok masih menggunung saat Tempo mendatangi lapaknya kemarin.
Pedagang tradisional yang memiliki jangkauan di pasar online bernasib lebih baik. Siska, pemilik kios Agung Sayur di Pasar Tomang Barat, Jakarta Barat, mengatakan ada kenaikan harga cabai dan bawang. Penyebabnya tak lain karena harga di tingkat petani lebih dulu naik.
Meski demikian, Siska mampu mempertahankan omzet penjualan hariannya. Sejak 2021, ia menjadi mitra di salah satu kanal e-commerce yang memiliki layanan pesan-antar langsung. “Sekarang 70 persen pembeli dagangan saya datang dari saluran digital,” ujarnya.
Operasi Pasar Akan Digencarkan
Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan pemerintah menyiapkan berbagai program bantuan sosial untuk mengurangi dampak gejolak harga pangan. "Pemerintah juga akan menggencarkan operasi pasar," ujar Ma’ruf dalam keterangan tertulis.
Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, mengatakan telah menyiapkan sejumlah rencana operasi pasar bersama pemerintah daerah. Program seperti bazar pangan murah, kata dia, akan memudahkan masyarakat mendapatkan bahan pangan dengan harga terjangkau. “Sehingga tingkat inflasi bisa tetap stabil dan terkendali,” katanya.
Program bazar pangan ini, Arief melanjutkan, merupakan upaya untuk meningkatkan mobilisasi pangan dari wilayah surplus ke defisit. Badan Pangan mulai menggencarkan bazar pangan murah di tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota, seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kalimantan Barat. “Kami jalankan sejak awal Agustus.”
Warga antre membeli beras dan telur murah saat operasi pasar di Kota Kediri, Jawa Timur, 26 Agustus 2022. ANTARA/Prasetia Fauzani
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah daerah dapat menggunakan data tak terduga dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2022 sebesar Rp 14 triliun untuk mengatasi inflasi yang berasal dari gejolak harga pangan. "Presiden sudah meminta Menteri Dalam Negeri menggunakan dana tak terduga dalam APBD yang baru digunakan Rp 1,8 triliun sampai Agustus ini," kata Sri Mulyani pada Kamis lalu.
Dengan demikian, dana tersebut bisa digunakan pemerintah daerah hanya dengan meminta pengaturannya dari Menteri Dalam Negeri—aturan utamanya sudah dikeluarkan beberapa waktu lalu. Sri Mulyani berharap dana tak terduga dalam APBD tersebut bisa digunakan pemda untuk memberikan subsidi atau kompensasi sehingga bisa menstabilkan harga atau tarif, termasuk untuk angkutan daerah.
PRAGA UTAMA | JELITA MURNI (MAGANG) | ANTARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo