Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tak perlu jauh-jauh ke Bali untuk menikmati laut sambil menyewa yacht atau perahu layar. Fauzan Ramadhan Putra sudah merasakan liburan mewah ala selebritas itu dari Teluk Jakarta pada Februari tahun lalu. Pria berusia 27 tahun tersebut bersama istri dan empat temannya menyewa sebuah kapal layar melalui agen penyewaan yacht, Pulau Pulau Indonesia.
Berangkat dari Dermaga Batavia Marina, Sunda Kelapa, pada pagi hari, Fauzan dan rombongannya menjajal pelayaran perdana mereka menuju Pulau Damar Besar, Kepulauan Seribu. Selama perjalanan, Fauzan merasakan pengalaman bak seorang pelaut. Ia mengemudikan kapal, belajar mengembangkan layar, hingga memasang jangkar. “Itu keseruannya. Malah saya baru tahu juga kalau naik perahu layar malah angin yang dicari,” kata Fauzan kepada Tempo, Selasa, 3 Januari 2023.
Di kapal itu, ada seorang nakhoda dan anak buah kapal (ABK) yang mendampingi rombongan Fauzan. Mulanya, Fauzan sempat merasa takut ketika kapalnya miring. Namun perlahan ia mulai terbiasa saat tahu bahwa tantangan berlayar adalah mencari angin agar kapal bisa melaju mulus.
Menurut Fauzan, mengarungi lautan Jakarta saat itu menjadi kenangan tak terlupakan. Pasalnya, berbeda dengan naik speed boat atau kapal cepat yang tinggal duduk, berlayar dengan yacht justru bisa mempererat ikatan persahabatan dengan teman-temannya. Mereka harus bekerja sama dan kompak mengatur posisi layar. Pengalaman itu akhirnya membuat ia ketagihan ingin berlayar lagi. “Ndilalah istri hamil, jadi belum bisa join lagi. Mungkin next time kalau ada kesempatan,” kata lelaki yang hobi berkuda ini.
Fauzan Ramadhan Putra. Dok. Pribadi
Pengalaman seru lainnya, kata Fauzan, ia bebas bercerita kepada teman-temannya tanpa terganggu suara mesin. Pasalnya, mesin di perahu layar itu hanya digunakan ketika hendak menepi. Sisanya, laju kapal hanya mengandalkan kecepatan angin untuk sampai tujuan. Di tengah perjalanan pun, Fauzan berjumpa dengan rombongan lumba-lumba.
Ia tak menyangka ternyata ada hal yang bisa dijelajahi dari pesisir Jakarta. “Kirain harus ke Bali atau Nusa Penida dulu. Ternyata di Jakarta juga bisa.”
Tren Wisata Layar Meningkat
Co-founder Pulau Pulau Indonesia, Maryam Rodja, mengatakan tren wisata layar mengalami peningkatan dalam dua tahun terakhir. Di tahun pertama percobaan wisata layar pada 2021, total ada 124 orang mengikuti trip yang ditawarkan Pulau Pulau Indonesia. Jumlah tersebut naik dua kali lipat pada tahun lalu. Padahal Maryam semula pesimistis wisata layar ini bakal diminati. “Idealnya, sebulan empat kali keisi kapalnya. Tidak tahunya dalam sebulan lebih dari yang kita targetin,” ujar Maryam.
Ketua Komunitas Ayo Berlayar Indonesia, Maryam Rodja. Tempo/Febri Angga Palguna
Menurut Maryam, permintaan terhadap wisata layar ini cukup tinggi ketika liburan Idul Fitri. Saat itu, hampir semua perahu layarnya mengarungi lautan Jakarta menuju Kepulauan Seribu. Maryam menilai antusiasme yang tinggi ini tak terlepas dari harga paket yang relatif terjangkau dibanding sewa jetski atau kayak. Misalnya, untuk kapal kecil berkapasitas 1-6 penumpang, tersedia paket half day seharga Rp 3 juta, belum termasuk konsumsi. Kemudian ada paket full day seharga Rp 5,5 juta, sudah termasuk makanan ringan, makan siang, dan minuman.
Untuk kapal besar berkapasitas 1-10 penumpang, Maryam menetapkan tarif sebesar Rp 6 juta untuk paket setengah hari, belum termasuk konsumsi. Selain itu, ada paket full day seharga Rp 10,5 juta, sudah termasuk makan siang. Jadi, kisaran harga charter perahu layar ini sebesar Rp 550 ribu hingga Rp 1,3 juta per orang tergantung paket yang diambil.
Sayangnya, ketika musim libur Natal dan tahun baru, kegiatan berlayar mulai berkurang demi keselamatan penumpang karena cuaca buruk. Namun, pada tahun ini, Maryam sudah merancang berbagai program demi menarik minat masyarakat untuk berlayar.
Ika Permatasari Olsen, warga Surabaya yang memilih tinggal dan hidup nomaden di atas yacht. Dok Pribadi
Hidup di Atas Kapal
Kisah Ika Permatasari lain lagi. Berlayar kini sudah menjadi bagian dari hidup perempuan asal Surabaya, Jawa Timur, tersebut. Sepanjang hidupnya, ia tak pernah bermimpi apalagi kepikiran untuk menjalani segala aktivitas dari perahu layar. Ia mulai meninggalkan daratan dan hidup nomaden di atas kapal pada 2018.
Pelayaran pertamanya dimulai dari Barcelona menuju Majorca, Spanyol, yang ditempuh dalam waktu 30-36 jam. Dalam perjalanan, Ika berhadapan dengan cuaca buruk. Ia pun mabuk laut dan terus-terusan muntah. “Minum obat antimabuk sudah tidak mempan,” katanya. Ika sempat meminta pulang, tapi sang suami terus meyakinkan agar Ika mencobanya lagi. Perlahan tapi pasti, Ika akhirnya lanjut berlayar hingga sekarang.
Ika dan suaminya tinggal di kapal North Eagle tipe Beneteau 57. Kapal berbendera Norwegia ini memiliki panjang 17,2 meter dan dilengkapi dengan empat kamar tidur. Ika, yang bekerja sebagai pegawai IT yang berkantor pusat di Singapura ini, pun menjalankan segala kegiatan, dari bekerja hingga memasak, di kapal tersebut.
Selama lima tahun ini, total perjalanan yang ditempuh Ika dan suaminya sudah mencapai 12 ribu nautical miles. Keduanya berlayar dari ujung timur Yunani hingga Norwegia. Ika menceritakan bahwa ia dan suaminya kurang tertarik menjelajahi kawasan tropis. Mereka berencana melakukan ekspedisi di kawasan Arktik, dari sisi utara Norwegia menuju Islandia, lalu ke Jepang, dan turun ke Indonesia. “Itu cita-citanya,” kata Ika, yang kini sedang singgah di Yunani.
Ika Permatasari Olsen, warga Surabaya yang memilih tinggal dan hidup nomaden di atas yacht. Dok Pribadi
Ketika di tengah lautan, berbagai insiden pernah mereka alami. Selain berhadapan dengan badai, kapalnya pernah disambar petir yang menyebabkan sistem kemudi otomatisnya tak berfungsi. Mau tidak mau, perahu harus berlayar secara manual dan mengandalkan kompas. Selain itu, pasangan suami-istri ini harus siaga apabila ada badai salju. Sebab, ada banyak kejadian jangkar lepas dari rantai dan menyebabkan kapal karam pada waktu tersebut.
Walau begitu, Ika tak kapok. Menurut dia, dengan berlayar, ia dan suaminya dapat mengunjungi berbagai tempat di belahan dunia tanpa diburu waktu. "Plusnya lagi, ya, something different dan lebih ke eco-friendly,” ujarnya. Penggunaan perahu layar ini disebut ramah lingkungan lantaran minim penggunaan bahan bakar saat beroperasi. Ika menuturkan, mesin hanya dinyalakan apabila kapal hendak menepi di Marina.
Setiap sepekan sekali, Ika pergi ke daratan untuk berbelanja kebutuhan di supermarket sekaligus mengisi bahan bakar. Ia menuturkan proses keluar-masuk negara dalam sebuah pelayaran di Eropa, terutama wilayah Schengen, tidak begitu sulit. Apalagi bagi dirinya yang sudah memiliki izin tinggal di Norwegia. Suaminya juga membayar pajak kapal kepada Uni Eropa sehingga dapat menetap di satu wilayah tanpa batas waktu.
Bagian dalam yacht yang ditumpangi Ika Permatasari Olsen. Dok Pribadi
Indonesia Jadi Destinasi Wisata Layar Asing
Koordinator Produk dan Promosi Wisata Alam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Itok Parikesit, mengatakan wisata perahu layar terbilang masih jarang di dalam negeri lantaran mahalnya harga kapal. Wisata minat khusus ini masih didominasi orang asing.
Kendati begitu, Indonesia memiliki potensi mengembangkan wisata layar. Apalagi pengembangan wisata ini tak memerlukan pembangunan infrastruktur jalan sehingga menghemat biaya pemerintah. Dengan hadirnya aktivitas layar, kata Itok, ada kemungkinan terjadinya kejahatan atau pencurian ikan bisa berkurang.
Di samping itu, Itok menuturkan animo kapal layar asing yang ingin masuk Indonesia cukup tinggi. Salah satunya ditandai dengan adanya Yacht Rally 2023. Dalam perhelatan itu, sebanyak 43 titik di Indonesia akan disinggahi peserta dari 15 negara. Para pesertanya akan berangkat dari Australia dan Selandia Baru. Lintasan pelayarannya, kata Itok, akan terbagi dalam tiga jalur, yaitu West Sumatera Rally, Sail to Indonesia Rally, dan East Indonesia Rally.
“Diharapkan mulai April, Yacht Rally mulai hidup lagi,” ucap Itok. Pemerintah pun kini tengah menyusun paket promosi wisata agar para peserta lomba perahu layar ini mau bersandar.
FRISKI RIANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo