Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Kelangkaan kontainer mewarnai bisnis logistik.
Permintaan layanan logistik dalam negeri meningkat.
Didorong booming bisnis komoditas dan e-commerce.
DUA kontainer milik PT Agri Tiga Berkat akhirnya tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, awal Desember ini. Kedatangan peti kemas berisi daging sapi asal Australia itu molor sebulan. Biasanya, proses order hingga barang sampai di Jakarta memakan waktu dua bulan. Tapi peti kemas logistik sedang langka, menghambat importasi. “Sekarang tiga bulan baru nyampe,” kata Marina Ratna, Direktur Utama PT Agri Tiga Berkat, Sabtu, 4 Desember lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Krisis kontainer global belum berlalu. Masalah ketidaktersediaan kapal, yang tak siap memenuhi naiknya permintaan pengiriman kargo di awal tahun, belakangan bertambah dengan ditutupnya sejumlah pelabuhan besar di dunia—termasuk karena pemogokan. Peti kemas pun menumpuk, membuatnya langka di pasar perdagangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi curiga persoalan logistik ini juga dimanfaatkan oleh penyedia kapal pengiriman barang (shipping line) untuk membatasi layanan. “Jadi sebenarnya bukan krisis kontainer lagi sekarang, tapi krisis ruang,” ucap Budi ketika berbicara dalam webinar “Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi”, Selasa, 23 November lalu.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Desember 2018. TEMPO/Muhammad Hidayat
Pemerintah pantas khawatir atas kondisi ini. Kontraksi pada ketersediaan angkutan barang, yang kini terbatas, bisa membikin ongkos pengiriman membengkak. Ujung-ujungnya, harga barang bisa ikut melonjak.
Arief Suhartono, Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, mengaku sempat ditanyai soal kelangkaan kontainer ketika mengikuti rapat bersama pemerintah. “Saya sampaikan, Pelindo ini perusahaan pengelola terminal. Enggak punya sebiji pun kontainer,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 25 November lalu.
Menurut Arief, kelangkaan kontainer telah menjadi isu global. Stagnasi juga terjadi di pelabuhan Singapura setelah regulator mewajibkan kru kapal menjalani karantina dulu sebelum bersandar untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Akibatnya, biaya rental kapal meningkat hingga 5-10 kali lipat. Di sisi lain, kapal-kapal besar Indonesia akhirnya juga banyak disewa ke luar negeri sehingga ketersediaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri berkurang.
SETITIK LEBIH BAIK
INDUSTRI logistik Indonesia diprediksi kembali bangkit setelah terpukul pandemi Covid-19. Pemerintah menargetkan produk domestik bruto (PDB) pada lapangan usaha transportasi dan pergudangan—yang biasa menjadi salah satu rujukan kinerja sektor logistik—tumbuh 7,5-8 persen pada 2022.
Badan Pusat Statistik mencatat, hingga triwulan III 2021, nilai PDB transportasi dan pergudangan mencapai Rp 294,39 triliun, tumbuh 1,55 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tipis ini jauh lebih baik dibanding kinerja sepanjang tahun lalu yang minus 15,04 persen.
SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK, BADAN KEBIJAKAN FISKAL KEMENTERIAN KEUANGAN
NASKAH: AGOENG WIJAYA
Belakangan, pemerintah berembuk dengan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia untuk mencari jalan keluar. Salah satu solusi yang disiapkan adalah menghimpun anggota Kadin untuk memberikan ruang kapal dan mengirimkan barang secara kolektif. "Kami mau ada ‘Indonesia Incorporated’ yang dimulai dengan satu perjalanan," kata Budi Karya.
Ketua Umum Kadin Mohammad Arsjad Rasjid P. Mangkunungrat mengkonfirmasi konsep “Indonesia Incorporated” yang dimaksud Budi. Polanya berupa penyatuan barang-barang dari dalam negeri yang akan diekspor.
Dia menilai saat ini Indonesia diuntungkan sebagai negara nonblok. Ketika ada negara yang berseteru, Indonesia bisa mengambil ceruk pasar yang ditinggalkan. “Kita ekspor naik. Baju, sepatu, termasuk mebel,” tuturnya.
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) pun mengusulkan penggunaan kapal roll-on/roll-of untuk pengangkutan barang antarpulau. Pola ini dinilai lebih simpel, tidak bergantung pada kontainer, karena barang dimuat di truk yang masuk ke kapal. “Begitu sampai pelabuhan tujuan, kapal sandar, truk keluar, barang terdistribusi,” kata Ketua Umum ALI Mahendra Rianto.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, 16 November 2021. TEMPO/Ridho Fadilla
Saat ini ALI sedang mengkaji penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai untuk menggantikan angkutan truk. Selain menjadi bentuk partisipasi upaya menekan emisi gas karbon, penggunaan kendaraan listrik diyakini akan menghemat ongkos bahan bakar yang punya porsi besar dalam komposisi biaya logistik.
•••
TAK seperti angkutan barang via laut yang sedang dilanda krisis, bisnis angkutan logistik darat justru tengah menggeliat. Sekretaris Jenderal Perkumpulan Perusahaan Multimoda Transportasi Indonesia Kyatmaja Lookman mengungkapkan, permintaan jumlah pengangkutan barang manufaktur meningkat setelah sempat susut sekitar separuhnya di masa pandemi.
Pemilik PT Lookman Djaja Logistics ini mengatakan sektor pengangkutan dipengaruhi regulasi tentang pembatasan sosial. Pada awal masa pandemi, ketika kebijakan jaga jarak masih sangat ketat, industri manufaktur beroperasi sangat terbatas. Akibatnya, permintaan pengangkutan barang merosot.
Kondisi mulai membaik ketika pemerintah membagi level setiap daerah dalam pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sesuai dengan kondisi dan risiko penyebaran Covid-19. “Ada daerah yang berstatus PPKM level 1, 2, dan seterusnya, beda-beda, sehingga industri masih ada yang bisa bergerak. Tidak tutup semua,” kata Kyatmaja.
Kapal pengangkurt peti kemas bersiap untuk bersandar di Pelabuhan Tanjung Rriok, Jakarta, 1 September 2021. Tempo/Tony Hartawan
Meski demikian, masalah bukannya tak ada. Belakangan, ketika kebijakan PPKM mulai dilonggarkan, muncul sejumlah persoalan yang menyebabkan perusahaan pengangkutan tidak bisa serta-merta beroperasi penuh seperti semula. Beberapa perusahaan, misalnya, sudah telanjur merumahkan sejumlah sopirnya karena sepi order. “Armada ada, tapi sopirnya enggak ada. Harus merekrut baru lagi. Ini butuh waktu,” ujar Kyatmaja.
Namun sektor logistik tetap berpotensi terus tumbuh pada 2022. Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021, 11-21 November lalu, sedikit memberi sinyal bahwa sektor logistik bakal menggeliat. Salah satu gejalanya adalah naiknya jumlah permintaan kendaraan komersial.
BERKAH LONJAKAN PERDAGANGAN
MENINGKATNYA aktivitas perdagangan internasional beberapa tahun terakhir memperbesar peluang bagi sektor logistik untuk pulih lebih cepat. Hal serupa dipercaya kembali terjadi pada 2022 lantaran ekspor dan impor diperkirakan tumbuh, masing-masing di kisaran 5,8-7,9 persen dan 6-8,6 persen.
Kinerja industri logistik juga ditopang bonanza perdagangan online yang terus menggelembung. Tahun depan, transaksi e-commerce diproyeksikan tumbuh hingga 22 persen. Tren ini diyakini bakal berlangsung dalam beberapa tahun ke depan seiring dengan meningkatnya penetrasi Internet di Indonesia.
Chief Operation Officer PT Astra International Tbk–Isuzu Sales Operation (Astra Isuzu) Yohanes Pratama menyebutkan perusahaannya telah menjual 449 unit kendaraan senilai Rp 248 miliar. Melihat animo yang tinggi, ia optimistis penjualan tahun ini bisa meningkat 50 persen dibanding pada 2020, yang mencapai 17.855 unit.
Ia menyebutkan beberapa pendorong penjualan mobil komersial antara lain perkembangan proyek infrastruktur pemerintah, peningkatan performa e-commerce, serta kenaikan harga komoditas pertambangan dan perkebunan. Lonjakan harga komoditas pertambangan dan perkebunan memicu Isuzu memperkenalkan Isuzu D-Max dan MU-X 4x4 dalam GIIAS. “Dua tipe mobil ini mendukung mobilitas manusia di sektor perkebunan, pertambangan, minyak, dan gas,” kata Yohanes.
Sektor e-commerce memang laris manis selama masa pandemi. Layanan penjualan daring meningkat pesat sejak pemerintah membatasi pergerakan warga untuk mencegah penularan virus corona. Riset Google dan Temasek memperkirakan omzet e-commerce di Indonesia pada tahun ini mencapai US$ 53 miliar atau sekitar Rp 750 triliun, menyumbang 76 persen bagi kue ekonomi digital Tanah Air yang ditaksir senilai US$ 70 miliar.
Dalam empat tahun ke depan, nilai transaksi perdagangan online di Indonesia diproyeksikan tumbuh berlipat menembus US$ 104 miliar. Pertumbuhan ini diperkirakan akan berimbas ke bisnis logistik juga.
WAWAN PRIYANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo