Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan telah berbagi tugas dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan soal investasi Tesla.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahlil mengatakan Menteri Luhut akan berkomunikasi dengan CEO Tesla Inc, Elon Musk. Sedangkan dia akan berkomunikasi dengan Foxconn.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Karena kalau di Amerika, jaringan saya enggak terlalu bagus, tapi gak kampungan juga," ujar Bahlil di kantor Kementerian Investasi, Jakarta Selatan pada Rabu, 20 Juli 2022.
Dalam tim ekonomi, kata Bahlil, pemerintah selalu berbagi tugas. Ia mengibaratkan kerja tim pemerintah seperti pertandingan bola. "Kalau kita di kiri luar, jangan jadi kiper, nanti hands. Jadi kalau untuk Elon Musk, silahkan ke pak Menko, daripada saya menjawab tidak sesuai harapan," ucapnya.
Ia mengaku hanya mengetahui sedikit perihal investasi tersebut, sebaliknya Luhut lebih memahaminya karena telah berkomunikasi lebih dalam dengan Elon Musk. Bahlil pun optimistis investasi Tesla di Tanah Air nantinya akan berjalan dengan baik.
Luhut pada awal Juni lalu menyatakan pembicaraan antara Indonesia dan tim Elon Musk tersebut masih terus berjalan. "Tesla ini kami masih runding (berunding)," kata Luhut dalam rapat dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada Kamis, 9 Juni 2022.
Dia menjelaskan tim Tesla sudah pernah datang ke Indonesia dan mengunjungi Morowali serta Kalimantan Utara (Kaltara). Kedua daerah ini merupakan sentra pengembangan kawasan hilirisasi industri.
Luhut pun menuturkan tim Tesla telah mengunjungi kawasan industri Morowali dan Kalimantan Utara (Kaltara) dan mengagumi keduanya. Menurutnya, kedua kawasan industri itu merupakan bentuk end-to-end clean energy dan Elon Musk pun sudah paham mengenai hal tersebut.
"Dan saya over ke dia kalau kau mau bikin pabrik yang clean energy, yang end to end dapat green produk, the best place to go is Indonesia, nggak ada yang lain," ujar Luhut.
Lebih jauh, kata Luhut saat itu, biaya listrik di Indonesia relatif murah, yakni 5 sen per Kwh juga menjadi penarik minat mereka untuk berinvestasi. Biaya transportasi terhitung sekitar US$ 1 juga terbilang murah untuk mengangkut bahan-bahan material.
"Siapa yang bisa ngelawan kita? Dan dia paham betul mengenai itu. Yang harus kita jaga ke depan karena pertanyaan mereka selalu kontinuitas pemerintahan untuk menjaga yang menurut mereka super hebat ini," kata Luhut.
RIANI SANUSI PUTRI | MUHAMMAD HENDARTYO
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.