Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bandar Calon DKI-1

Prabowo mensponsori pasangan Jokowi-Basuki "ahok" Purnama. Siap menanggung semua biaya kampanye.

26 Maret 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEWAT isya, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mengisi perut di Warung Sate Senayan di kawasan Taman Menteng, Jakarta. Bersama mereka, ada politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Effendi Simbolon. Senin pekan lalu itu, ketiganya baru pulang dari pendaftaran calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta di kantor Komisi Pemilihan Umum provinsi.

Belum lagi makanan selesai disantap, telepon Basuki alias Ahok berdering. Suara di seberang telepon meminta Ahok meluncur ke Hotel Grand Hyatt. "Pak Prabowo ingin bertemu," kata Ahok pada Rabu pekan lalu, menirukan si penelepon. Pria yang menelepon, kata Ahok, adalah orang dekat Prabowo Subianto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.

Di Grand Hyatt, Prabowo sedang menerima tamu. Ahok, yang datang di tengah perjamuan, segera diperkenalkan Prabowo kepada tamunya, seorang warga negara asing. "Perkenalkan ini calon vice governor Jakarta," kata Prabowo ditirukan bekas Bupati Belitung Timur itu. "Siapa bilang saya anti-Cina? Cuma saya yang berani mengusung keturunan Tionghoa maju dalam pemilihan gubernur."

Bukan hanya dalam soal penculikan aktivis, tatkala Jakarta rusuh pada 1998 dan banyak warga beretnis Cina dikabarkan menjadi korban, Prabowo dituding ikut bertanggung jawab. Sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat yang bermarkas di Ibu Kota saat itu, Prabowo punya kekuasaan untuk mengerahkan pasukan, mencegah kerusuhan meluas.

Hampir 14 tahun setelah peristiwa itu, di hadapan Prabowo berdiri Ahok, 46 tahun, pria Tionghoa tulen. Setelah Prabowo selesai menjamu tamu kulit putihnya, Ahok ditanya, "Kapan mundur dari Golkar?" "Malam ini surat pengunduran diri diserahkan ke kantor DPP," kata Ahok, anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari Golkar. Menurut Ahok, dalam kesempatan itu Prabowo juga bertanya apakah Ahok sudah mengantongi kartu anggota Partai Gerindra atau belum.

Itulah kedua kalinya Ahok bertemu dengan Prabowo bertatap-tatapan. Pertemuan pertama terjadi lebih dari sebulan sebelumnya, tepatnya pada 24 Februari. Seorang pengurus Gerindra mengatakan Prabowo ingin menemuinya pukul sembilan, malam itu juga, di Intercontinental Hotel Jakarta. Tak dijelaskan maksud pertemuan, Ahok berangkat ke Intercontinental dengan dada berdebar-debar.

Di sebuah restoran di hotel itu, betul saja Prabowo sudah menunggu. Setelah berkenalan, keduanya duduk bersebelahan. Menurut Ahok, saking groginya, ketika ditawari santap malam oleh Prabowo, ia memesan air putih. Setelah itu, Prabowo mulai mencecarnya. "Saya akan mencalonkan Anda sebagai cawagub," ujar Prabowo. "Saya tak punya duit," Ahok berkata. "Saya tak minta uang. Semua biaya akan kami tanggung," kata Prabowo lagi.

Menurut Ahok, setelah itu, Prabowo menjelaskan alasan Gerindra menyorongnya jadi calon wakil gubernur meski ia masih kader Beringin. Salah satunya lantaran Ahok dianggap berhasil memimpin Belitung Timur. "Gerindra rela tak mencalonkan kadernya," ujar Prabowo. Mantan Komandan Jenderal Kopassus itu juga mengatakan partainya akan menduetkan Ahok dengan Jokowi.

Setelah mengantar Jokowi-Ahok mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum Jakarta pada Senin pekan lalu, Prabowo mengatakan alasannya menyokong Jokowi-Ahok. "Saya kira mereka yang terbaik," katanya singkat. Muhammad Taufik, Ketua Gerindra Jakarta, yang hadir di Intercontinental, membenarkan Prabowo berkata demikian kepada Ahok. Ia juga mengatakan Gerindra Jakarta intens berkomunikasi dengan Ahok sejak Januari 2012.

l l l

EMPAT tamu membikin siang di Loji Gandrung—kediaman Wali Kota Solo—jadi ramai. Itu tanggal 9 Februari, dua pekan sebelum Ahok bertemu dengan Prabowo di Intercontinental. Dua dari empat tamu itu adalah Ahok dan Anshary, yang disebut Ahok pensiunan Angkatan Darat. Menurut Ahok, Anshary adalah orang yang menghubungkannya dengan Jokowi—penghuni Loji Gandrung.

Bagi Jokowi, pertemuan dengan keempat tamunya itu merupakan yang pertama. "Belum kenal sebelumnya," ujarnya. Dalam pertemuan itu, menurut Jokowi, tak ada pembicaraan tentang pemilihan Gubernur Jakarta. "Cuma pembicaraan mengenai pengelolaan kota," kata Jokowi. Menurut Ahok, Anshary justru yang mengungkapkan kemungkinan Ahok dan Jokowi berpasangan. "Tapi lewat partai apa?" ujar Ahok kepada Anshary saat itu.

Hari itu pertemuan terjadi dua kali. Pertama, sejak pukul 11.00 hingga 14.00. Sekitar pukul 17.00, Jokowi menghubungi Ahok agar menemuinya lagi. Pada kesempatan ini, Jokowi dan Ahok berbincang-bincang selama satu jam. "Kali ini soal pengelolaan kota," kata Ahok. Sekitar pukul 19.00, Ahok bersama tiga tamu Jokowi terbang lagi ke Jakarta.

Pembicaraan soal kemungkinan Jokowi maju di Jakarta tak cuma dilakukan dalam pertemuan dengan Ahok. Dalam sebuah pertemuan pada awal 2012, Jokowi mengaku pernah diminta Hashim Djojohadikusumo mencalonkan diri sebagai gubernur Ibu Kota. "Setelah itu, kami berkomunikasi lewat telepon," ujarnya.

Sebagai sesama pengusaha, keduanya memang telah lama saling mengenal. Di luar itu, Hashim mengetuai Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, yang memiliki hubungan dengan Jaringan Kota Pusaka Indonesia, yang salah satu anggotanya adalah Jokowi. Muhammad Taufik, Ketua Gerindra Jakarta, menyebutkan partainya memang menjalin komunikasi dengan Jokowi. "Lewat saya, Pak Hashim, dan Pak Prabowo," katanya.

Disorong-sorong Gerindra, di kalangan internal PDI Perjuangan nama Jokowi tak langsung mengerucut. Menurut Tjahjo Kumolo, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, semula partai memiliki dua opsi: mengusung kembali Fauzi Bowo sebagai gubernur dengan wakil dari Partai Banteng atau berkoalisi dengan partai lain dengan posisi DKI-1 dipegang PDIP. Sepanjang pekan ketiga Maret, nama Jokowi turun-naik di daftar kandidat.

Masih mentahnya nama Jokowi sebagai calon gubernur berimbas pada Ahok. Mengetahui nasibnya juga tak jelas, Ahok menghubungi seorang tangan kanan Prabowo. "Kami akhirnya bertemu di Rumah Sakit Medistra," kata Ahok. Dalam pertemuan itu, yang juga dihadiri Pius Lustrilanang, anggota Dewan dari Gerindra, Ahok mengusulkan Prabowo turun tangan. "Pak Prabowo harus bertemu dengan Ibu Mega," ujarnya. Itu tanggal 14 Maret, sehari sebelum Prabowo berkunjung ke Lenteng Agung—markas Partai Banteng.

Sehari kemudian, pada 15 Maret, PDI Perjuangan menggelar rapat. Menurut Ketua Seleksi Calon Gubernur PDIP Djarot Syaiful Hidayat, dalam rapat, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri mengatakan, "Jokowi bisa memimpin Jakarta." Saat itu belum ada keputusan partai menyorongkan Jokowi. Kader partai masih terbelah menyokong duet Fauzi Bowo-Adang Ruchiatna atau Jokowi dengan pasangannya. Kata-kata Mega merupakan isyarat.

Bakda asar hari itu, Prabowo tiba di Lenteng Agung. Selama setengah jam, Prabowo bertemu dengan Mega empat mata. Menurut sumber Tempo, Prabowo mengatakan bersedia menanggung seluruh biaya bila duet Jokowi-Ahok jadi. "Tapi Prabowo tak menyebut angka," kata sumber itu. Mega mengangguk. Namun, menurut Tjahjo, pertemuan tersebut membicarakan sejumlah isu, antara lain kenaikan harga bahan bakar minyak. Pemilihan gubernur, kata Tjahjo, juga disinggung meski tak terperinci.

Yang pasti, setelah Prabowo bertandang ke kandang Banteng, angin bertiup ke Jokowi. Sabtu malam, menurut Jokowi, Megawati meneleponnya. "Siap-siap, besok pagi berangkat ke Jakarta," kata Megawati ditirukan Jokowi. Ahad siang, sekitar pukul 14.00, semua peserta rapat kerja daerah khusus bulat mendukung Jokowi. Persoalan tinggal satu: calon pendamping Jokowi belum diputuskan.

Sampai Senin siang keesokan harinya, atau hari terakhir pendaftaran calon, PDIP masih punya beberapa calon wakil. Selain Ahok, ada seniman Deddy Mizwar; pengurus Nahdlatul Ulama, Endi Priyatna; seorang jenderal bintang satu; dan seorang jenderal bintang dua. Gerindra ngotot mengajukan Ahok. "Saya akhirnya menemui Basuki," ujar Tjahjo. Menurut Tjahjo, mereka bertemu di Hotel Harris, Tebet. Ahok ketika itu didampingi Widjono alias Oni, anggota Dewan dari Gerindra.

Belakangan Oni mengontak Ahmad Muzani, Sekretaris Gerindra. Tjahjo pun mengajak Jokowi datang ke Harris. Tak berselang lama, semua sepakat Jokowi didampingi Ahok. Pada hari terakhir pendaftaran, pasangan ini datang ke Komisi Pemilihan Umum Daerah. Prabowo mengantarkan mereka.

Jokowi memberikan baju kemeja kotak-kotak merah-hitam untuk pasangannya, seragam dengan baju yang ia pakai. "Saya beli di Tanah Abang. Empat ratus ribu, tiga potong," katanya.

Anton Septian, Pramono (Jakarta), Ahmad Rafiq (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus