Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Bandul bangkok kembali ke kanan...

Para mahasiswa universitas thammasak, muangthai ber demonstrasi, menentang thanom. golongan kanan melakukan serangan balasan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang tergabung nsct. pm seni pramoj tidak tahu penyerbuan itu. (lk)

16 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERCOBAAN demokrasi di Muangthai berakhir menjelang usia tiga tahun pekan silam. Lewat Radio Muangthai, Laksamana Sangad, bekas panglima tentara kerajaan, dan menteri pertahanan yang baru dua hari memangku jabatannya, mengumumkan berlakunya keadaan darurat perang, pembubaran parlemen, pembatalan konstitusi, pembreidelan semua koran dan majalah serta berlakunya jam malam. Seperti biasanyalah kalau ada kudeta. Atas nama Komite Perbaikan Administrasi, jarn 6 magrib waktu Bangkok 6 Oktober pekan silam suara Sangad terdengar lewat radio: "Keadaan sudah tidak memungkinkan pemerintah melaksanakan tugasnya sebagai yang digariskan oleh undang-undang dasar. Kalau dipaksakan juga, bangsa dan tanah air hanya akan makin mengalami krisis yang makin tak terpecahkan. Karena itulah maka Komite Perbaikan Administrasi merasa perlu mengambil tindakan untuk secara efektif memperbaiki keadaan demi keselamatan negara, agar Muangthai tidak jatuh ke tangan Komunis". Beberapa menit sebelum pengumuman pengambil-alihan kekuasaan itu tersiar, Perdana Menteri Seni Pramoj masih sempat menyatakan ia tak tahu mengenai penyerbuan polisi ke dalam kampus Universitas Thammasak yang hari itu. "Perintah itu tidak dari saya, melainkan dari kepala polisi", katanya. Dengan nada hampir menangis, politikus tua itu berkata: "Sungguh saya tidak pernah menyangka bahwa kekerasan seperti ini akan terjadi dalam masa hidup saya". Sudah itu Seni menghilang, dan keterangan resmi menyebutkan bahwa " di undang" oleh laksamana Sangad untuk berlindung di markas komando Komite Perbaikan Administrasi. Kejadian itu berlangsung begitu cepat, keras dan mengerikan. Tapi nampaknya tidak terlalu mengejutkan. Korhan yang jatuh memang tidak sebanyak yang tewas dan luka-luka pada revolusi mahasiswa yang menggulingkan Thanom tiga tahun silam. Betapapun, kematian sekitar 30 orang pekan silam berlangsung dalam suasana dan cara yang amat mengerikan. Polisi yang sejak lama jadi musuh mahasiswa -- adalah polisi yang dipakai oleh Thanom untuk menekan mahasiswa tiga tahun silam -- pekan silam menggunakan pasukan elitnya untuk menyerang mahasiswa yang hampir tidak bersenjata. Bersama dengan polisi itu. ikut pula menyerbu kelompok kanan yang bertentangan keras dengan mahasiswa yang berhaluan kiri yang bermarkas dalam kampus yang Thammasak yang mereka serbu itu. Pembunuhan di halaman kampus, pembakaran manusia, penggantungan dan penganiayaan hampir seluruhnya dilakukan oleh golongan kanan ini. "Dan polisi hampir tidak berusaha menghalangi mereka", tulis seorang koresponden kantor berita Amerika yang menyaksikan kejadian tersebut. Pembantaian brutal yang terjadi di kampus Thammasak itu sebenarnya hanya salah satu mata rantai dari sejumlah krisis yang melanda Muangthai akhir-akhir ini. Kabinet koalisi Seni Pramoj yang lemah itulah yang sebenarnya menjadi penyebab krisis tersebut. Kembalinya bekas diktator Thanom, dari "pengasingan" di luar negeri, telah menimbulkan protes keras para mahasiswa. Pemerintah Seni Pramoj sama sekali tidak berdaya mengusir Thanom. Maka sejak mendaratnya Thanom di Don Muang dari Singapura tanggal 19 September yang silam, huru-hara senantiasa membayangi Bangkok. Sebulan sebelumnya, bekas Marsekal Prapass -- tokoh militer yang terbuang dan orangnya Thanom juga kembali ke Bangkok Meskipun denean korban dua jiwa serta sejumlah mahasiswa luka-luka ketika berdemonstrasi, namun Prapass berhasil juga diusir ke pengasingannya di Taipei. Tapi Thanom kembali sebagai biksu dan menyatakan mau mengunjungi ayahnya yang tua. Serangan terhadap seorang "biksu" biarpun dia bekas diktator pun dikategorikan sebagai "anti-agama". Golongan kanan yang ekstrim, Nawapol maupun Gaun Merah serta kelompok mahasiswa kejuruan yang dikenal berhaluan kanan, akhirnya menjadikan agama sebagai alasannya untuk menyerang para anggota NSCT yang terus mendesak Seni agar mengusir Thanom. Sementara itu, permusuhan lama polisi dengan mahasiswa terus juga berlangsung dalam berbagai bentuk pada setiap kesempatan. Dua orang mahasiswa yang kedapatan memasang poster anti Thanom di pinggiran gangkok 24 September yang lalu, dibunuh dan mayatnya digantung di pinggir jalan. Mulanya disangkal, tapi akhirnya diakui oleh kepala kepolisian bahwa anak buahnya terlibat dalam pembunuhan kejam itu. Para mahasiswa pun sekaligus menghadapi soal pengusiran Thanom, penganiayaan polisi, serangan golongan kanan, serta tuduhan anti kerajaan. Yang terakhir ini nampaknya diatur rapi oleh golongan kanan. Lewat pamplet dan radio gelap mereka menuduh NSCT memakai orang yang wajahnya mirip dengan putera mahkota dalam adegan penggantungan yang dipertunjukkan oleh mahasiswa jurusan Teater tanggal 4 yang lalu. 4 Oktober malam, Radio gelap milik Kelompok Rakyat Patriot yang ekstrim kanan, menyerukan agar "orang orang yang menghina keluarga kerajaan itu dibunuh saja. Bunuh mereka". Perdana Menteri Seni Pramoj diberi ultimatum untuk menyelesaikan soal itu hingga jam 2 siang pada tanggal 5 Oktober. Penyelidikan memang dilakkan, tapi NSCT menyangkal bahwa pemilihan aktor yang mirip Putera Makota Vajira langkorn itu dimaksudkan untuk menghina keluarga raja. Toh golongan kanan sore itu juga mereka mendatangi Seni Pramoj. Selain mempersoalkan apa yang mereka sebut sebagai "penghinaan terhadap keluarga raja", golongan kanan itu juga mendesak Seni untuk memecat tiga menteri yang berhaluan kiri untuk digantikan oleh mereka yang kanan. Seni cuma berjanji: "Setelah kabinet diterima oleh parlemen, saya akan melakukan pembersihan dalam partai demokrat". Suara kalangan militer sudah mulai terdengar 5 Oktober itu. Atas pertanyaan wartawan, Marsekal Udara Kamol Dechatungka, panglima tentara yang baru saja menggantikan Laksamana Sangad, menjelaskan: "Militer baru akan turun tangan jika dikehendaki oleh rakyat". Bagaimana mengetahui maksud rakyat itu? "Yah, jika keadaan sudah khaos, pemerintah tidak bisa mengatasinya, militer terpaksa turun tangan menyelamatkan negara". Tapi Kamol membantah berita bahwa pasukan-pasukan disiap-siagakan. Ia cuma berkata bahwa setelah diselidiki, ternyata baik Thanom maupun Prapass, sama sekali tidak bisa diajukan ke pengadilan untuk mempertanggungjawabkan jatuhnya korban 71 jiwa pada kekacauan Oktober 1973 yang menyebabkan tergulingnya mereka. GOLONGAN kanan yang mempunyai hubungan akrab dengan kalangan militer, ternyata bersungguh-sungguh dengan ultimatum mereka. Jam 2 pagi 6 Oktober yang lalu mereka memulai serangan terhadap kampus Thammasak yang menjadi benteng pertahanan mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam NSCT. Terjadi perlawanan yang membawa korban luka-luka pada kedua belah fihak. Keadaan baru berubah ketika pagi harinya, pasukan elit polisi-yang biasanya bertugas di perbatasan datang dengan perlengkapan tempur, baju anti peluru serta senapan dan meriam-meriam kecil. Senjata itu mereka tembakkan sembari berusaha terus maju ke dalam kampus. Sebuah sumber menyebut adanya balasan tembakan dari dalam kampus. Tapi pasukan polisi yang terlatih khusus itu dengan cepat menguasai keadaan. Seluruh kelas dan kamar-kamar digeledah, para mahasiswa yang ribuan jumlahnya, yang berjaga di kampus mereka sejak beberapa hari sebelumnya, dikumpulkan di halaman. Laki maupun perempuan dipaksa buka baju dan tiarap. Dalam penggeledahan dan penggiringan itulah terjadinya sejumlah besar penganiayaan oleh polisi. Mahasiswa yang berusaha lari, dicegat di pintu kam pus oleh kelompok kanan yang tadinya memulai serangan. Mereka yang menghindari cegatan golongan kanan itu mencoba lari lewat sungai Chao Phraya yang mengalir tidak jauh dari pagar kampus. Beberapa selamat, tapi ada beberapa yang mati terbenam. Sebelum Sangad mengumumkan terjadinya kudeta, bahkan sekitar 2000 mahasiswa ditahan. Mereka diangkut dengan bis-bis dari dalam kampus untuk "menghindarkan penganiayaan golongan kanan" yang terus melakukan aksinya di kota Bangkok hingga Rabu malam pekan silam. Sejumlah politikus kiri juga ditahan. Rektor Universitas Thammasak, Puey Ung Pakkorn, sempat melarikan diri malam itu ke luar negeri. Keadaan Bangkok dengan segera dikuasai oleh tentara. Beberapa jam setelah pengumuman kudeta, pasukan melakukan penertiban. Perintah menyerahkan senjata api dikeluarkan. Tank-tank diletakkan di tempat-tempat penting dalam kota. Kamis esoknya, keadaan Bangkok kembali normal. Seakan-akan tidak terjadi sesuatu yang amat penting -- kecuali bahwa koran-koran tidak kelihatan di pasaran. Hanya lewat radio dan televisi saja Sangad terdengar menjelaskan kebijaksanaan pemerintahan militer yang dipimpinnya. Sangad menuduh mahasiswa dan pemerintah pimpinan Seni sudah amat "disusupi oleh Komunis". Undang-Undang anti Komunis yang dibuat tahun 1952 dan dicabut dua tahun silam, kini dinyatakan berlaku lagi. Hubungan luar negeri dinyatakan tidak mengalami perubahan, tapi sikap anti-komunis yang keras dari pemerintahan baru Muangthai itu denan segera menimbulkan reaksi di negara-negara Indocina yang merah itu. Hubungan Muangthai dengan negara-negara tetangganya yang memburuk sejak jatuhnya Indocina ke tangan Komunis, sudah bisa dibayangkan bakal lebih buruk lagi di hari-hari mendatang. Yang nampaknya bakal ikut menikmati perubahan di Bangkok itu adalah Malaysia. Fihak militer yang sangat anti-komunis itu dengan mudah bisa bekerja sama dengan Kuala Lumpur dalam hal memberantas gerombolan Komunis yang bercokol di perbatasan kedua negara. Di tengah-tengah kecaman Hanoi yang menuduh kudeta di Bangkok didalangi oleh Washington, yunta militer Muangthai menunjuk Thanin Kraivixien sebagai perdana menteri baru. Thanin 49 tahun, adalah mahaguru hukum yang sangat dihormati di Muangthai, tapi juga terkenal sebagai seorang yang sangat anti Komunis. Pengangkatannya direstui oleh raja Bhumibol Adulyadej yang sebelumnya telah pula memberikan restunya pada kudeta militer tersebut. Restu raja pada penggulingan pemerintahan pimpinan Seni Pramoj itu sudah dari semula diharapkan oleh orang banyak, mengingat kehadiran putera mahkota -- berpakaian kapten Angkatan Darat -- di tengah-tengah demonstran kanan awal pekan silam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus