Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Perlu "pendidikan demokrasi" ?

Kudeta di bangkok, terjadi melalui berbagai proses politik. mencapai puncaknya ketika mahasiswa tham masak melakukan demonstrasi. laksamana sangad menilai perlu adanya pendidikan demokrasi. (lk)

16 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJAK kudeta kaum intelektuil pimpinan Pridi di tahun 1932 di Bangkok, Muangthai teus menerus sibuk dengan berbagai kudeta. Dengan kudeta pimpinan Sangad pekan silam, Bangkok sudah 14 kali mengalami perampasan kekuasaan. Karena mahasiswa, tiga tahun silam memaksa diktatur Thanom dan Prapass pergi. Pekan lalu tentara merasa cukup alasan untuk menguasai lagi negeri itu. Di tahun 1973, Prapas dan Thanom yang memang sudah tidak terlalu populer di kalangan tentara yang dipimpin oleh KASAD Jenderal Kris Sivara (almarhum), akhirnya dibiarkan saja jatuh. Kris Sivara tidak membela Thanom danPrapass. Bahkan Kris bertekad menarik tentara dari keterlibatan politik. Tapi cuma tiga-tahun hal itu terjadi. Dan selama percobaan demokrasi parlementer itu Muangthai mengalami 2 pemilihan umum, 4 kali pergantian kabinet, 3 orang perdana menteri, 56 partai politik, dan sejumlah kekerasan dan jiwa yang korban oleh teror. Kris Sivara meninggal oleh sakit jantung, dan kesabaran di kalangan tentara berakhir juga pekan silam. Kudeta pekan silam sebenarnya cuma suatu puncak khaos yang melanda Muangthai sejak 3 tahun silam. Tapi apa sesudah itu nampaknya masih harus ditunggu. Sebab bahkan sebelum terjadinya kudeta, sejumlah tokoh mahasiswa yang ekstrim kiri sudah melarikan diri ke dalam hutan atau mengasingkan diri di negara-negara komunis. Kekerasan dan kekejaman pekan silam sudah harus diperhitungkan, sebagai kejadian yang cuma akan mempertajam sifat radikal dari mahasiswa kiri yang pada suatu saat akan bergerak kembali. Ketakutan terhadap kudeta sudah dari semula menjadi bahan pembicaraan di Bangkok. Berkali-kali Jenderal Kris Sivara membantahnya. Tapi kejadian yang ditakutkan itu akhirnya datang juga lewat proses selama 3 tahun. Dan berikut ini adalan kejadian-kejadian penting dalam proses itu: Setelah Prapass, Thanom dan Narong terusir di bulan Oktober 1973, kabinet pimpinan Sanya Dharmasaksi bekerja keras membentuk Undang-Undang dasar 1 Oktober 1974, undang-undang itu diterima. Januari 1975 berlangsung pemilihan umum. Hasil pemilu itu tidak bisa menjamin sebuah pemerintahan yang stabil. Partai Demokrat pimpinan Seni Pramoj menang, tapi tidak cukup mampu memerintah. Kabinet koalisi pimpinan Seni hanya berumur beberapa hari. Setelah bersumpah di depan raja pada 27 Pebruari, 7 Maret bubar setelah ditolak oleh parlemen. Seminggu kemudian, Kukrit ditunjuk oleh raja untuk jadi perdana menteri. Kabinet Kukrit tidak bisa berbuat banyak, meskipun bertahan hingga Januari yang lalu. Tapi di awal tahun ini krisis sudah sangat membayangi kabinet itu. Perpecahan tidak saja terjadi diantara partai-partai, tapi juga dalam tubuh satu partai sendiri. Di luar pemerintahan, kriminalitas meningkat. Dan tekanan kiri makin kuat. Uni Soviet dan RRT terang-terang berebutan pengaruh di Muangthai. Jatuhnya Indocina makin dirasakan sebagai gelombang panas di sepanjang perbatasan. Semua ini tidak bisa diatasi oleh kabinet Kukrit. Tapi sebelum ia mendapat mosi tidak percaya, terlebih dahulu Kukrit membubarkan parlemen. 4 April, berlangsung pemilu untuk kedua kalinya. Juga tidak menghasilkan mayoritas, kendati jumlah partai makin berkurang. Kukrit tidak terpilih. Ini kabarnya "diatur" oleh kalangan militer yang tidak bersimpati terhadap Kukrit yang berkecenderungan kiri. 20 April, Seni jadi perdana menteri. Ujian pertama pemerintahan Seni datang pada tanggal 15 Agustus, ketika Prapass tiba-tiba muncul di Bangkok dari pembuangannya di Taipei. Terjadi demonstrasi mahasiswa, korban jiwa 2 orang dan sejumlah luka-luka. Prapass berhasil diusir. Tanggal 19 September, Thanom mendadak pulang sebagai bissu, dan langsung masuk ke Wat Ada yang menduga kemudian bahwa inipun siasat orang-orang militer, untuk memprovokasi kemarahan mahasiswa. Antara lain karena alasan agama, terjadi perpecahan dalam masyarakat dalam soal Thanom. Kabinet Seni tidak cukup kuat, maka ia mundur pada 23 September. Tanggal 24 ia bersedia kembali jadi perdana menteri. Tapi keadaan sudah tidak bisa dikontrol ketika pertentangan antara golongan kanan dan kiri mencapai puncaknya pekan silam. Mahasiswa yang berkumpul di kampus Tharnmasak belum sempat melaksanakan aksinya terhadap Thanom ketika golongan kanan dan polisi menyerbu dan membantai mereka. Seni cuma bisa menyesalkan kcadaan. tapi tentara yang melihat hantu komunis makin gentayangan, mengakhiri percobaan demokrasi di Muangthai. Kata Sangad: "Demokrasi datang terlalu tiba-tiba di Muangthai. Rakyat belum siap. Perlu pendidikan demokrasi". Masalahnya ialah: bisakah pendidikan demokrasi dilakukan dalam suasana tanpa demokrasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus