HARI-hari pana sekarang ini bagi Jakarta merupakan musim runyam
pula. Di beberapa kawasan kota merayap wabah muntah berak.
Sedang di bagian kota lainnya kerap kena giliran listrik gelap.
Yang terakhir ini siapa lagi yang punya polah kalau bukan
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) Distribusi IV Jakarta Raya
dan Tangerang.
Perusahaan listrik milik negara ini menjelang hari-hari
peringatan Proklamasi Kemerdekaan (dan sebelumnya pesta HUT 450
Jakarta), rajin menyiram Jakarta dengan cahaya warna-warni lampu
hias gemerlapan. Tapi akhirakhir ini hampir secara tiba-tiba PLN
getol pula menyetop aliran listrik ke rumah-rumah. Kepala Humas
PLN Distribusi TV Hariyono, SH, jarang ada di belakang meja
sebab repot mengeluarkan rupa-rupa pengumuman.
Rabu 20 Juli misalnya 15 kampung di kawasan Jalan Kartini
dicopot hubungan aliran listriknya. Lalu besoknya menyusul
sejumlah kampung tetangganya di kawasan Karanganyar dan Taman
Sari kena. giliran. Tak jarang pula seluruh wilayah Jakarta
Barat dan sebagian Jakarta Utara mengalami gelap total.
Alasannya memang gamblang disebutkan dalam pengumuman. Perubahan
teganganlah atau perluasan sisi teganganlah dan seterusnya. Tapi
berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, di musim panas ini
terasa seperti merupakan tanda-tanda adanya kegawatan. Ada apa
sih sebenanya?
"Alasannya seperti yang diumumkan kok" tukas Widiyarso jubir PLN
Distribusi IV yang biasa melayani pers. "Tak ada sebab lain.
Kalau tak percaya silahkan cek sendiri." Ia tampak enggan
memberi komentar bab musim kemarau dan persediaan tenaga listrik
kini. Itu katanya bukan urusan PLN Distribusi. Alamat buat
perkara itu harus PLN Pembangkitan Jakarta Raya dan Jawa Barat.
"Musim kemarau sekarang masih normal," ujar ir. A.D. Kamarga,
Kepala PLN Pembangkitan dengan muka cerah di kantornya Jalan
Satsuit Tubun tak jauh dari Kali Banjir Kanal. "Sampai saat ini
kondisi air di Jatiluhur misalnya masih sesuai dengan program.
Tak ada tanda-tanda kegawatan. Mudah-mudahan di hari-hari
mendatang juga tidak" tambahnya. Menurut Kamarga, keadaan air di
waduk Jatiluhur tetap masuk "daerah kuning". Berarti sesuai
dengan rencana penyediaan air. Ada 2 pertanda yang punya arti
tak normal, yakni "di bawah" atau "di atas" daerah kuning tadi.
Bila di bawah garis warna kuning pertanda berkurangnya
persediaan air di waduk raksasa yang jadi sumber pembangkit PLTA
(Pembangkit Listrik Tenaga Air) Jatiluhur. Bila sebaliknya, ada
kelebihan. Kedua keadaan tersebut merupakan keadaan "tak
disukai." Sedang bila berada di kawasan warna kuning berarti
segala sesuatu berjalan stabil dan aman.
Dengan begitu, menurut Kamarga, "belum dirasa perlu ada
langkah-langkah di luar rutin, buat mengatasi keadaan tak
normal. Tapi ia mengakui bahwa biasanya saat-saat gawat
(persediaan air Jatiluhur berkurang) ialah bulan-bulan
September-Oktober. Lebih-lebih bulan Nopember-Desember. Hingga
biasanya di bulan-bulan terakhir itu, PLTA Jatiluhur melakukan
overhaul. Dan biasanya pula merupakan saat-saat genting
pembangkitan listrik.
"Tapi itu dulu," ucap Kamarga cepat-cepat. "Misalnya yang pernah
terjadi tahun 1972." Sekarangini- diusahakan sqak 1973 -- bila
terjadi keadaan genting, "kita tetap punya cadangan termis dan
PLTG." Kamarga mengungkapkan bahwa peristiwa yang terkenal
sebagai September gelap tahun 1972 itu memberi "pengalaman pahit
dan pelajaran berharga" bagi PLN dan PUTL. Sejak itu para
direktur, pengasuh atau pemimpin wilayah PLN Pembangkitan
Listrik di Jakarta dan Jawa Barat makin mesra berhubungan.
Setiap minggu mereka bikin rapat untuk konsultasi dan melakukan
evaluasi.
Pengalaman pahit itu juga menyebabkan orang-orang PLN
Pembangkitan jadi kreatif. Yakni dengan alat-alat hasil
otak-atik sendiri mereka mampu membangun Loal Dispatching
Centre di Cawang. Dengan alat ini PLN dapat mengamati dan
mencatat segala kejadian yang berhubungan dengan persediaan air,
tenaga listrik, gangguan-gangguan dan lainnya di Jakarta dan
Jawa Barat. Dan sistim saling berhubungan di antara
pembangkit-pembangkit listrik menyebabkan pusat-pusat listrik
itu bisa saling membantu penyediaan listrik. Jadi tak perlu
khawatir? "Teoritis tak perlu. Tapi kami cuma bisa berusaha
semaksimal mungkin," ucap Kamarga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini