SIAPA yang rela bininya digauli orang lain? Sableng atau waras, tapi di Desa Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Jawa Tengah, pasangan silang ini benar-benar terjadi. Suatu hari, Parman (ya, sebut saja namanya demikian), punya angan-angan nyentrik. Ayah tiga anak ini ingin "tukar menu". Dan sebagai gantinya, suami perempuan itu boleh pula "memakai" istrinya. Parman, 34 tahun, lalu menghubungi teman akrabnya, Warso -- yang juga nama kita samarkan. Sudah terang Warso, 32 tahun, tak menanggapi kemauan sinting itu. Tapi Parman sudah ngebet betul. Bahkan kepada istrinya, Suprapti (begitu saja kita sebut), lelaki itu dengan blak-blakan menceritakan apa maunya. "Gonta-ganti pasangan? Kok seperti ayam saja. Emoh, emoh," kata Suprapti, 27 tahun, kepada suaminya. Tapi beginilah tanda-tanda zaman. Permintaan Parman, diam-diam, rupanya termakan juga oleh Warso. Ia, kemudian, mengabarkan niat edan ini kepada istrinya, Tuminah (ini bukan nama asli). Perempuan 39 tahun itu marah besar. "Orang gendeng kamu ini," katanya gusar. Sudah lama Parman mengincar Tuminah. Perempuan cantik berkulit kuning ini memang pernah jadi kembang desa. "Tuminah itu wanita ayu. Dia banyak dipuja laki-laki," kata Parman kepada Kastoyo Ramelan dari TEMPO. Tapi ia tak berani mengganggu Tuminah. Akhirnya, gagasan gila itulah yang muncul dan benaknya. Warso, yang diajak bermain gila itu, semula memang curiga. Jangan-jangan Parman sudah pernah main belakang dengan istrinya yang cantik itu. "Kalau istriku digasak Parman diam-diam, 'kan rugi," kata petani yang sesekali berdagang sayur itu. "Lebih baik terang-terangan, saling berkorban, biar adil," ujar warso, yang juga sudah beranak tiga. Makin dekat kiamat? Tuminah justru kemudian menuruti kehendak Warso. "Daripada suami saya pergi melacur dan menghamburkan uang, ya ..," ujarnya getir "Saya pikir sekali saja cukup. Tapi apa terjadi belakangan adalah berulang-ulang. Anehnya, saya senang juga." Busyet. Bagaimana Suprapti? "Pilihan saya antara cerai dan bersedia edan-edanan. Kalau cerai, saya malu dan kasihan anak-anak," tutur perempuan berkulit hitam manis dan berhidung mancung ini. Tapi setelah tahu Tuminah juga mau, "Saya ikut ngedan." Skenario barter bini ini sejak Oktober tahun lalu itu kemudian berjalan aman-aman saja. Namun, telur busuk, biar disimpan rapat-rapat, akan berbau juga. Dan yang mencium bau tak sedap itu justru anak dari salah satu pasangan gila itu. Awal April lalu, salah seorang anak Warso, yang kita sebut saja Karso. pulang sekolah lebih pagi. Anak berusia 1 tahun ini mendengar suara-.suara "aneh" dari bilik ayahnya. Ia lantas iseng-iseng mengintip. Apa yang ia lihat? Ayahnya lagi cekikikan bersama perempuan lain. Lalu ia buru-buru mengabarkan berita aneh itu kepada pamannya. Lantas keduanya melapor kepada Sugiman, Kepala Desa Plumbungan. Pasangan gelap itu tertangkap basah. Celakanya, Parman juga mengaku, siang itu Warso dan Suprapti sedang "main ayam-ayaman" di rumahnya, tak jauh dari rumah Warso. Pasangan ini pun ditangkap, ketika sedang basah-basah. Malamnya, Sugiman menyelenggarakan sidang tertutup. Mereka dinasihati. Kedua pasangan sesat itu sepakat mengakhiri praktek gila-gilaan ini. Tapi malang bagi Warso. Tak lama setelah rumah tangganya normal, ia meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sementara itu, Tuminah, Suprapti, dan Parman berniat pindah ke desa lain. Mereka tak tahan disindir para tetangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini