Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
AKHIR pekan lalu sesungguhnya teramat menarik bagi Chlowitya Shalihnaya. Dia punya banyak acara seru. Ahad kemarin, misalnya, semestinya dia berada di tengah-tengah para pemain Manchester United dalam acara jumpa penggemar alias meet and greet. Puncaknya pada Senin, saat Manchester United bertanding melawan Indonesia All Stars.
Chlowi, bocah perempuan berusia tujuh tahun, memang ketiban rezeki paling empuk. Bersama 21 anak lainnya, dia didapuk menjadi escort atau pendamping para pemain yang tampil di Gelora Bung Karno, Jakarta Selatan. Dia sudah membayangkan akan dituntun Wayne Rooney, bintang Manchester United, masuk ke lapangan hijau. ”Karena Cristiano Ronaldo kan sudah pindah,” kata Aveza, sang ibu.
Ketika diminta menjadi pendamping tiga pekan lalu, anak perempuan itu langsung antusias. Ibunya tak kalah bersemangat. Dia segera mengajak anaknya berbelanja jersey (seragam) Setan Merah. Tak hanya itu, dia sudah woro-woro kepada seluruh keluarganya, termasuk kakek dan nenek. ”Nanti fotonya aku masukin ke Facebook,” kata Chlowi, seperti ditirukan ibunya. Gadis cilik itu ceria luar biasa.
Jumat pagi pekan lalu, semua kesenangan itu lenyap. Bom yang meledak di Hotel Ritz Carlton—tempat pemain United dijadwalkan menginap—dan JW Marriott menghancurkan semua harapan itu. Di benaknya, Chlowi sempat berharap, kalaulah gagal saat ini, bintangnya akan datang di lain waktu. ”Jadi, kapan mereka akan datang,” tanyanya.
Setelah dijelaskan panjang-lebar bahwa Wayne Rooney urung datang, dia pun cemberut. Tatap matanya kosong. Seketika, raut wajahnya berubah mendung. Perempuan murid kelas dua sekolah dasar ini tak bisa lagi menyembunyikan kekecewaannya. Air matanya menetes ditemani jersey yang baru beberapa hari dibelikan orang tuanya.
Tak lama setelah bom itu meleduk, tim perwakilan resmi Manchester United langsung mengirim kabar: kami batal datang ke Jakarta. Keputusan itu diambil setelah mendapat masukan dari berbagai pihak plus peringatan dari pemerintah Inggris. Intinya, mereka kecewa gagal manggung di Jakarta. ”Kami turut berduka kepada semua yang menjadi korban ledakan,” demikian siaran pers dari klub itu.
Sejak awal, klub yang berjuluk Setan Merah ini tak mau ambil risiko. Soal keamanan menjadi prioritas pertama mereka. Jangankan bom, andai mercon meletus saja mereka ogah datang.
Bagi penggemar sepak bola, pembatalan ini merupakan ”kiamat”. Kedatangan Manchester United telah menjadi buah bibir dalam dua bulan belakangan ini. Yang berangan-angan bertemu dengan bintang kesayangan juga tak sedikit. Maklum, di negeri ini terkumpul sekitar 28 juta orang pendukung klub Setan Merah.
Nah, mereka yang sudah bosan dengan prestasi tim sepak bola nasional yang tidak pernah menang tentu saja gembira dengan kedatangan juara Liga Primer ini. Kedatangan klub ini akan memuaskan para penggemarnya yang selama ini hanya melihat dari televisi. Ibarat gadis cantik yang banyak ditaksir, kedatangan mereka pun langsung disambut gegap-gempita.
Kedatangan United ke Indonesia bermula dari ProEvent, perusahaan Hong Kong yang menjadi penyelenggara tur klub ini ke Asia. Indonesia, yang biasanya dicuekin, tiba-tiba mendapat tawaran. Kesempatan ini langsung dicaplok. ”Selama ini, mereka hanya bermain di Kuala Lumpur, Bangkok, Hanoi, Singapura, Hong Kong, Cina, bahkan Korea Selatan. Tapi Jakarta dilewati begitu saja,” kata Agum saat ditemui Tempo awal Juli lalu.
Agum memang orang yang paling pontang-panting. Setelah tawaran datang, dia langsung bersigap. Dana US$ 2 juta atau sekitar Rp 20 miliar harus dikeluarkan panitia untuk membayar United. ”Itu hanya untuk timnya. Kalau ditambah biaya penyelenggaraan, keamanan, dan lain-lain, sekitar US$ 2,5 juta,” kata Agum Gumelar, ketua panitia lokal MU Asia Tour ini.
Penggemar Setan Merah tak kalah antusias. Panitia menambah jumlah tiket yang semula 65 ribu menjadi 77 ribu lembar. Makin dekat, harganya pun melompat hingga berkali-kali. Meski begitu, minat tetap membeludak. Juga dengan tiket super-istimewa: yakni menginap di Ritz Carlton, tempat para pemain menginap. Peminatnya bejibun.
Keluarga Ahmad Dhani, pemusik kesohor ini, memborong hingga lima kamar untuk sepuluh anggota keluarga yang akan ikut nonton. ”Eyang juga ikut nonton,” ucap Ahmad Al Gazali sambil menunjuk Joyce Theresia Pamela, ibu Dhani. Harganya sudah pasti mahal. Si ayah harus merogoh uang Rp 250 juta ”hanya” untuk menyewa lima kamar di hotel itu. ”Kalau saya, sih, yang penting anak-anak senang bisa melihat idolanya,” kata Dhani.
Al, panggilan akrab si sulung, sudah mempersiapkan spidol dan jersey yang rencananya akan ditandatangani para pemain hebat itu. Selain itu, tentu saja berfoto bersama. ”Saya ingin berfoto dengan (Alex) Ferguson,” kata Dhani.
Rombongan pemburu foto dan tanda tangan lainnya adalah keluarga Tamara Geraldine. Jumlah anggota rombongannya jauh lebih banyak, yakni 15 orang. Mereka adalah papa, mama, adik-adik, dan iparnya. ”Ya, mereka ingin meet and greet dengan pemain MU,” ujar Tamara. Semuanya jelas tidak gratis. Tinggal hitung saja uang yang dipakai untuk menyewa delapan kamar. ”Ya, sekali-sekali perlulah hasil kerja dinikmati,” katanya.
Menurut Tamara, harga semua itu masih murah dibanding harus boyongan ke Old Trafford, markas United di Inggris. Itu sebabnya, sejak tersiar kabar Setan Merah akan datang ke Indonesia, Tamara sudah bersiap. ”Sudah dari bulan Mei, saya langsung beli tiketnya,” katanya.
Nah, sepertinya panitia akan mendapat untung. Namun Agum membantah tudingan yang menyebut panitia mencari untung besar dengan menaikkan harga saat tiket sulit didapat. ”Kalau dibilang kami mencari keuntungan besar, aduh, impas saja saya sudah senang. Saya hanya berpikiran agar acara ini sukses. Keuntungan itu nomor dua.”
Boro-boro balik modal. Bom Jumat pagi telah merontokkan segalanya. Pihak panitia sudah pasti boncos alias merugi. Agenda pertama tentu saja mereka harus mengembalikan tiket yang telah terjual. Agum menjamin panitia akan bertanggung jawab dalam soal itu. ”Tapi mungkin butuh waktu,” kata Agum, Jumat pekan silam.
Pada akhirnya, kerugian ini bukan milik panitia saja, melainkan juga khalayak penggemar sepak bola. Kerugian jangka pendek, Setan Merah tak jadi mampir ke Jakarta. Efek yang lebih serius: proposal resmi yang sudah dikirim Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia untuk menjadikan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 bersaing dengan Inggris, Jepang, Qatar, Rusia, Portugal, dan Spanyol, bisa jadi langsung masuk ke keranjang sampah. Mungkin, kecuali tidak akan ada lagi musim bom di negeri ini.
Irfan Budiman, Iqbal Muhtarom, Gabriel Wahyu Titiyoga
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo