Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Tenda calon haji di Mina bakal jauh lebih luas.
Menu katering diklaim jauh berbeda dibanding pada 2019.
Animo masyarakat naik haji tetap tinggi meski tarif melambung.
JAKARTA – Asosiasi penyelenggara haji belum mengetahui secara persis layanan dan fasilitas yang diberikan dalam paket layanan masyair dalam penyelenggaraan ibadah haji tahun ini. Padahal biaya layanan masyair tiba-tiba naik drastis menjelang pemberangkatan calon haji kloter pertama yang dijadwalkan pada akhir pekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Umum Syarikat Penyelenggara Umrah dan Haji Indonesia (Sapuhi), Syam Resfiadi, mengatakan hampir tak akan ada perubahan yang signifikan dari sisi pelayanan meski terjadi kenaikan tarif masyair. Namun, kata dia, secara fasilitas fisik, memang terjadi peningkatan yang cukup besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Baik itu dari tenda, bentuk kamar mandi, dan katering. Itu yang luar biasa kenaikan kualitasnya,” kata Syam yang tengah berada di Mina, Arab Saudi, untuk meninjau lokasi tenda, kemarin.
Ia mengambil contoh tenda tempat tinggal jemaah haji di Mina nantinya. Pada 2019, tenda yang disediakan berukuran 1 x 2 meter. Tenda itu diisi lebih dari lima calon haji. Di dalam tenda hanya tersedia karpet, busa tempat tidur untuk setiap orang, dan bantal. Berbeda dengan kondisi tenda saat ini. Pada satu tenda terdapat beberapa kamar dan ranjang single bed.
Syam menyebutkan menu katering juga jauh berbeda dibanding penyelenggaraan ibadah haji pada 2019. Jemaah haji khusus atau plus akan mendapat paket makanan yang dibagi dalam empat kategori, yaitu platinum, gold, silver, dan bronze.
“Memang terlihat perubahannya, tapi enggak tahu kenapa mereka harus meningkatkan pelayanan dengan cara membuat tenda yang luar biasa atau kamar mandi yang bagus,” kata Syam.
Jemaah haji menerima makanan dari petugas di Mekah, Arab Saudi, 30 Juli 2020. Saudi Ministry of Media/Handout via REUTERS
Senin lalu, Kementerian Agama menginformasikan adanya kenaikan dana haji, terutama layanan masyair, dari 1.531,02 riyal Saudi (SAR) menjadi 5.656,87 SAR per calon haji. Layanan ini termasuk akomodasi, makan, dan bus selama jemaah haji berada di Arafah, Mina, dan Muzdalifah (Armuzna) pada saat puncak ibadah haji atau wukuf di Arafah. Jemaah haji akan berada di sini selama empat hari.
Kenaikan tarif ini berimbas pada biaya haji, baik reguler maupun haji plus. Namun biaya haji reguler ditanggung lewat dana Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), sedangkan haji plus dibebankan kepada calon haji.
Sekretaris Jenderal Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh), M. Firman Taufik, mengatakan biaya layanan masyair untuk haji khusus naik lebih dari dua kali lipat. Awalnya, biaya haji khusus sekitar 7.000 riyal per calon haji, lalu naik hingga 15 ribu riyal per calon haji. Ia mengatakan penyelenggara masyair dari Arab Saudi belum merinci komponen yang membuat biaya tersebut melonjak.
“Dalihnya upgrade fasilitas, yang tadinya jemaah menempati 0,8 meter persegi, sekarang menjadi 1,6 meter persegi. Jadi, inginnya enggak ada cerita (berdesakan) seperti sarden,” kata Firman.
Meski tarif naik secara signifikan, Firman memastikan animo warga untuk mendaftar ibadah haji plus tetap sangat tinggi. Kondisi itu dipengaruhi oleh ibadah haji dari luar Arab Saudi yang baru dibolehkan lagi setelah dua tahun dilarang akibat pandemi Covid-19.
“Haji khusus itu dikasih kuota 7.000-an. Itu penuh, banyak yang enggak ketampung. Kuota ini saja sebenarnya cuma 47,2 persen, enggak sampai 50 persen. Normalnya 17-an ribu,” ujar Firman.
Reza, anggota jemaah haji reguler yang berangkat pada 2019, mengatakan selama ini sebenarnya layanan masyair secara umum sudah lumayan bagus. Tapi ia mengakui masalah utama ada di tenda tempat calon haji diwajibkan bermalam di Mina.
“Ya, kalau tenda memang sempit sekali. Kaki kadang harus menekuk untuk bisa tidur di situ. Tapi, kalau soal yang lain, saya kira tak ada masalah signifikan,” kata pria berusia 41 tahun itu.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan banyak hal yang tidak dimasukkan ke komponen pembayaran ibadah haji kini dimasukkan ke biaya masyair. Misalnya, pembayaran fasilitas tenda di Arafah. Sebelumnya, kata Yaqut, tidak ada pembayaran untuk fasilitas tenda tersebut.
Namun, kata dia, Arab Saudi mengenakan tarif untuk fasilitas tenda tersebut sekitar Rp 20 juta per calon haji selama empat hari. “Memang kemahalan kalau di logika kita,” kata Yaqut dalam rapat bersama Dewan Perwakilan Rakyat pada 30 Mei lalu.
Begitu mengetahui soal kenaikan biaya ibadah haji ini, Yaqut langsung meminta bertemu dengan Menteri Urusan Haji Arab Saudi. Tapi upaya negosiasi itu berakhir buntu. Negosiasi tersebut sia-sia karena besaran biaya masyair berlaku untuk semua negara, bukan hanya bagi jemaah haji Indonesia. “Last minute ini diputuskan sehingga kita tidak memiliki ruang gerak untuk melakukan manuver yang mungkin bisa menekan biaya masyair ini,” kata Yaqut.
EGI ADYATAMA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo